Share

5. Paket Menikah Super Kilat

"…."

Rhea berkedip, dengan tatapan menyelidik dia menatap pria didepannya ini.

Tampan. Itu kata pertama yang terlintas di benaknya. Kata kedua adalah uang. Menjadi artis membuatnya melek terhadap produk produk fashion dan segala ke eksklusivitasnya. Pria ini, dari atas dan bawah memancarkan uang, banyak uang. Jenis laki-laki yang memiliki keduanya bisa dipastikan tidak pernah kekurangan wanita, hal terakhir yang Rhea inginkan adalah keluar dari lubang buaya dan masuk ke mulut singa. Tapi dia tidak berada di situasi yang menguntungkan. Dia akan menikahi pria ini.

Sudut mulutnya tersungging untuk membentuk senyuman. "Anda bernilai dimata saya, Hansa." 

"Jadi sekarang?" 

Hal lain dari Hansa yang disukai Rhea adalah suaranya. Suaranya dalam dan tenang. 

Rhea melirik ke arah orangtuanya. Mereka memolototinya, bukan- mereka memolototi Hansa. 

Yah, satu-satunya pria yang berani mendatanginya bukan orang sembarangan. Seperti yang laki-laki itu kenalkan, dia adalah pemimpin grup Prisma. Siapa di negara ini yang tidak mengenal perusahaan multinasional tersebut? Seluruh produk mereka memiliki nama di berbagai lapisan sektor industri. Sederhananya, Hansa Adiwinata jauh dari liganya. 

Rhea mengendikkan bahu. Dia mengangkat tangan kirinya ke udara. "Pengantin wanita butuh cincin pernikahan dan kau harus meminta izin dari orangtuaku."

Melirik calon suami barunya dan mengetes apakah dia memang serius untuk pernikahan dadakan.

"Beri aku dua puluh menit untuk menyelesaikannya."

Dengan itu Rhea berjalan menuju latar belakang diikuti oleh Hansa.

Penampilan dramatis Hansa yang naik ke altar membuat keterkejutan yang menyebar seperti api di kalangan tamu. Sekali lagi, ini Hansa Adiwinata, bujangan nomor satu se indonesia raya yang terkenal sebagai kaisar muda yang berhasil mengembangkan grup Prisma menjadi perusahaan raksasa yang memiliki cabang di beberapa negara asia. Tampan, banyak uang, bersih dari skandal wanita, dan berada di umur matang untuk menikah membuatnya menjadi incaran wanita. Para wanita itu berlomba lomba untuk menjadi nyonya Adiwinata berikutnya, dari model hingga putri aristokrat. 

Hansa Adiwinata, pria yang bisa memilih wanita manapun untuk menjadi istrinya, ternyata memilih untuk mengajukan diri menjadi pengantin pria pengganti. Kegilaan macam apa ini?!

"Aku mendapat pasangan baru, yah, bu." Rhea memperkenalkan Hansa secara personal ke orangtuanya. Dia mengatakan seolah-olah tidak ada yang luar biasa dari memiliki Hansa sebagai calon suaminya.

Hansa mengangguk dan menjabat kedua tangan mereka. Tuan dan nyonya Aslein memandangnya secara menyeluruh dan menilai. Masih tidak percaya mereka baru saja mendapat calon menantu pengganti yang seribu kali lipat lebih baik dari sebelumnya dalam waktu tak kurang dari setengah jam. Entah ini baik atau buruk, sebanyak yang mereka ingin percayai, Hansa adalah orang yang penuh perhitungan dan berorientasi pada bisnis. Jika niatnya menikahi putri mereka hanya untuk memperlebar perusahanya ke ranah game dengan mengambil Theseus, mereka akan menolaknya mentah mentah. Kemungkinannya memang kecil tetapi selalu ada kemungkian untuk itu.

"Rhea," panggil ayahnya. "Bisakah kamu meninggalkan Hansa sebentar. Ini pembicaraan khusus antara calon menantu dan mertua."

"Tentu saja." 

Rhea melirik Hansa yang masih memiliki ekspresi tabah di wajahnya. Laki-laki ini jelas berwajah batu.

"Sejak kapan kakak mengenal dia?" 

Baru saja dia duduk di kursinya, Eda langsung menodongnya dengan pertanyaan. Adiknya itu beringsut mendekat dan memojokkannya. 

Rhea menghela nafas lelah. Dia hanya ingin tidur, demi Tuhan. "Aku tidak tahu. Aku tidak mengenalnya." Jawabnya, lebih menyerupai gumaman. 

"…." 

Eda menahan diri untuk tidak menggetok kepala kakaknya. "Lalu kenapa dia maju ke depan kalau tidak mengenal kakak?"

Rhea memandang Eda dan memberinya tatapan lelah. "Aku tidak tahu Edward, syaratnya yang berani maju ke depan mendatangiku, bukan seseorang yang harus kukenal." 

Dia memejamkan mata dan yang terlihat adalah bayangan Hansa yang maju ke depan tanpa membatalkan kontak mata dengannya. "Mungkin dia terpesona denganku. Siapa tahu?" Lanjutnya.

Eda membuat suara muntah sambil memperagakannya.

"Aku mungkin percaya jika itu orang lain selain dia. Kakak tahu kan siapa itu Hansa Adiwinata?" 

"Hansa Adiwinata. CEO grup Prisma. Lajang. Umur 32 tahun." Rhea mengulang kalimat yang Hansa katakan kepadanya.

"Kak?!" Eda mengerang frustasi. 

"Dia adalah orang yang dingin, kejam, dan tak berperasaan, yang aneh, dia tidak pernah terlihat memiliki pacar, kekasih atau apalah itu." Eda menjelaskan panjang lebar akan reputasi Hansa yang terkenal. Tiba-tiba dia teringat sesuatu.

"Olivia pernah mencoba membual ke media bahwa dia dekat dengannya dan Hansa langsung membantahnya. Itu berita lama." Eda menyebut nama.

Rhea membuka matanya dan menegakkan tubuhnya, ia mulai tertarik dengan pembicaraan ini. "Olivia Mauren?"

Eda mengangguk. 

Olivia Mauren adalah artis papan atas yang berbanding terbalik dengan Rhea. Olivia selalu menjadi pemain protagonis yang berbudi luhur, penggemarnya adalah salah satu yang memiliki fan base besar. Rhea tidak pernah bermain film atau drama dengannya sehingga dia tidak mempunyai komentar untuknya. Meski begitu, Rhea tidak bisa membandingkan untuk tidak membuat perbandingan antara dirinya dan Olivia. Harus diakui, dari segi reputasi publik, ia kalah telak.

"Mungkin dia gay dan mencoba menutupinya dengan menikahi kakak? Akhir-akhir ini banyak kasus seperti itu di media sosial." 

"Mungkin." Rhea menyetujui hipotesis Eda. Itu masuk akal.  "Aku tidak peduli jika dia gay, kami akan menikah hari ini. Mungkin selama satu atau dua tahun." 

"Kakak berencana untuk bercerai dengannya?" Sekarang Eda tidak bisa mengikuti pemikiran Rhea. 

"Tentu saja. Kau berpikir dia menikahiku karena jatuh cinta denganku? Kau yang mengatakan bahwa dia aneh. Ini mungkin lebih seperti dia membutuhkan suatu hal dariku, seperti pengalihan yang kau maksud misalnya." Jelasnya.

Percakapan mereka disela oleh pengumuman MC yang mengatakan bahwa pernikahan akan dilangsungkan sepuluh menit lagi. Rhea dan Eda saling berpandangan. Mereka tidak menyangka Hansa berhasil meyakinkan kedua orangtuanya secepat ini.

Mereka bertiga keluar dari ruangan belakang yang terlarang untuk tamu. Hansa masih berwajah datar seperti biasa, ayahnya tampak tidak tahu harus berekspresi apa, sedangkan ibunya tengah tersenyum. 

Theodorus berdehem. Dia tersenyum ketika menatap putrinya. "Kami memutuskan Hansa cukup baik untuk menjadi suamimu." 

"Sebenarnya lebih baik daripada si Rangga itu." Christina menambahkan. Dia menggandeng lengan Hansa seolah-olah mereka sudah kenal secara pribadi sejak lama.

"Oke?" Rhea bingung dalam menanggapi.

"Sekarang kita harus menunggu asisten Hansa untuk membawakan berkas penting dan cincin pernikahan, tentu saja." Lanjutnya dengan nada riang.

Cincin, Rhea tidak menyangka Hansa akan menyiapkannya dalam waktu singkat. 'Tunggu, dia tidak mengetahui ukuran jariku', pikirnya.

Kekhawatiran Rhea ternyata tidak perlu karena asisten Hansa, Jeremy datang sambil membawa set cincin dari berbagai ukuran. Semuanya hasil dari karya seniman terkenal dan berkualitas, dan Rhea memutuskan untuk memilih cincin dengan manik berlian biru, yang merupakan warna favoritnya.

Pernikahan berjalan dengan lancar, setelah melakukan seremonial didepan pendeta, mereka berdua mengucapkan sumpah dengan tenang dan berakhir dengan ciuman. Ciuman itu singkat dan tidak memberi kesan karena hanya bertahan sekitar satu detik sebelum Rhea menjadi yang pertama untuk mengakhirinya. Setelahnya, mereka menandatangani dokumen agar pernikahan sah di mata hukum dan negara, dan ya, tidak kurang dari setengah jam sekarang Rhea telah menjadi nyonya Adiwinata yang baru.

Para tamu memberi selamat kepada mereka dan keluarganya. Tidak ada keluarga Hansa yang datang, selain karena pernikahan diadakan mendadak, Hansa ternyata telah tidak memiliki orang tua dan dia anak tunggal. Itu membuat Rhea sedikit tenang saat bertanya-tanya bagaimana reaksi keluarga Hansa atas pernikahan ini. 

Ketika para tamu mulai sepi, ibunya menjatuhkan bom dengan pertanyaan.

"Jadi, kapan bulan madunya?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status