Hari sudah sore.
Seperti biasa ketika selesai kuliah, Denis diam dulu di kelas, menunggu para mahasiswa di sana pulang duluan.
Tak disangka setelah menunggu lima menit, Denis keheranan. Kenapa Salma dan Putri belum pulang?
Terlebih, Blondie dan teman-temannya juga masih duduk di bangkunya. Sedang apa mereka? Tidak biasanya mereka belum pulang?
Tetapi, Denis tidak terlalu peduli dengan Blondie.
Denis hanya sengaja menunggu Salma ke luar karena dia tidak mau berhadapan dengan Salma.
Denis tahu, Salma pasti akan bertanya kenapa dia bisa kuliah di sini. Ditambah, mereka sudah lama tidak bertemu. Setidaknya, Salma pasti akan bertanya dan meminta penjelasan darinya.
Saat ini, Denis masih tidak ingin berbicara dan memberitahu identitas aslinya pada Salma. Karena itu, dari tadi dia menunggu Salma keluar duluan agar bisa segera pulang ke asrama.
Sementara itu, di tempat Blondie, Brian berbisik, “Bro, gimana? Apa kita beri si Denis
“Ee ... T-Tidak! Aku tidak apa-apa, kok,” jawab Salma tergagap, kemudian melirik lagi ke belakang.Melihatnya, Putri sadar. Ternyata dari tadi Salma sedang memperhatikan Denis.“Hm, aku tahu. Kau pasti penasaran dengan pria di pojok ruangan itu, kan?”Putri tersenyum ketika kemudian melanjutkan, “Okey! Biar aku beritahu, Salma. Dia namanya Denis Tayson. Orang paling tampan di kampus ini. Tapi, meski begitu banyak orang di kampus yang tidak suka kepadanya karena mereka menganggap dia itu miskin. Aku sungguh tidak habis pikir kenapa mereka menuduh Denis begitu. Mungkin karena mereka tidak melihat langsung kedatangan Denis saat itu.”“Kamu pasti aneh kan? Kenapa tadi pagi orang-orang di sini mengejek dan menghina dia. Itu karena mereka tidak melihat langsung kedatangan Denis saat pertamakali daftar kuliah, Salma! Aku sama sekali tidak menganggap Denis miskin. Justru, menurutku Denis adalah orang kaya yang misterius.&
Salma tidak menghiraukan Putri.Sambil menggendong tas di punggungnya, Salma terus berjalan ke pojok ruangan menuju Denis.Saat itu, Salma melihat, Denis sedang melamun menghadap ke arah jendela sebelah kiri dan tidak melihatnya.Segera setelah berada di belakang Denis, Salma sempat ragu-ragu untuk memanggil Denis. Namun, karena tekadnya untuk meminta maaf sudah kuat, Salma mengesampingkan keraguannya itu lalu memanggil Denis dengan tergagap, “D-Deniss!”Terdengar suara lembut keluar dari mulut Salma.Mendengar suara yang tidak asing dari belakang, sontak Denis terkejut.Seketika jantung Denis berdegup kencang, sebuah perasaan aneh muncul dalam hatinya.Denis membalikan badan perlahan untuk melihat ke arah sumber suara. Setelah melihat siapa yang memanggilnya, sekali lagi Denis terkejut.“S-Salmaa?”“Kamu ... mau apa kamu ke sini?”Salma menundukan kepala, malu. Pipinya memerah.
Kalau boleh jujur, Denis juga sebenarnya sudah sangat kesal pada Blondie. Bukan hanya sombong, Denis tahu kalau Blondie dan keluarganya sangat kejam!Saat pertamakali menjalankan misi pengintaian pada keluarga Cruel, sebenarnya Denis ingin memberi pelajaran kepada mereka.Sayangnya, komandannya keburu mencabut misinya dan menggantinya untuk bersiap-siap menghadapi serangan Organisasi YungZo di desanya.Tetapi, karena sekarang Denis tahu kalau dirinya sangat berkuasa di Bandung City, dia bisa saja memberi pelajaran pada Blondie sekarang. Kenapa tidak?Kenapa harus takut?Detik berikutnya, Denis kemudian menghampiri Salma lalu berdiri tepat di depannya.Denis melihat Salma sejenak sebelum kemudian berbalik menghadap ke arah Blondie.Melihatnya, Blondie kesal.“Hei! Mau apa kau? Minggir! Aku sedang bicara dengan Salma.” Blondie menatap Denis tajam.“Blondie? Kenapa kamu tidak terus terang saja. Kamu pasti na
Brian dan tiga temanya berbalik menatap Blondie penasaran. “Blondie, jawab aku! Apa semua itu benar?” Alih-alih menjawab, Blondie menggertakan gigi, menatap Denis tajam. “Sialan! Sepertinya aku memang harus memberimu pelajaran, Denis!” “Blondie! Jawab!” Brian semakin penasaran. Sementara itu, Salma menarik lengan baju Denis pelan lalu bertanya cemas, “Denis! Ada apa ini? Apa maksudmu?” Tidak ada jawaban dari Denis. “Scot! Cepat kunci ruangan ini! Aku akan memberinya pelajaran sekarang juga! Orang ini memang tidak pantas berkeliaran di Bandung City!” perintah Blondie pada Scot sambil mengepalkan tangannya erat. “T-Tapi, Blondie! Di sini masih ada Putri! Bukankah kau ...” “Cepat kunci! Aku tidak peduli jika harus dikeluarkan dari kampus ini. Yang jelas! Aku harus menghukumnya agar rahasia keluargaku tida
“Hallo!!”Tidak ada jawaban dari Denis.“Deniiss!”Saat itu juga Salma berteriak dan langsung menghampiri Denis seraya berjongkok dan bertanya cemas, “Kamu tidak apa-apa?”“Uh ... Tidak! Aku tidak apa-apa.” Denis mengerang, merasa punggungnya sedikit sakit akibat terbentur dengan meja.“Kalian! Cepat hajar dia!” raung Blondie tegas, memerintah Brian serta dua temannya untuk segera menghajar Denis.Sementara Scot menjaga pintu ruangan agar Denis tidak bisa kabur.Brian dan dua teman Blondie mengepalkan tangan mereka, kemudian bergegas menghampiri Denis.Menyadari itu, Denis segera berdiri. “Salma! Minggir! Sepertinya aku harus melayani mereka!”“T-Tapi Denis! Kenapa--”“Cepat! Kamu baru tiba di sini hari ini. Kamu belum tahu sikap-sikap orang di sini seperti apa.” Denis tahu apa yang mau dikatakan Salma. Untuk itu,
“Ada apa, Denis?” tanya Salma penasaran.“Iya, Denis. Ada apa? Kayaknya ada banyak mobil yang menuju ke sini. Apa mereka ...,” timpal Putri menggantungkan bicaranya dengan nada cemas. Dia mengira kalau itu adalah para anak buah keluarga Cruel.“Ee, itu ....” Denis tidak tahu harus menjawab apa. Dia hanya bisa diam dan pasrah dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Identitasnya pasti akan terbongkar! Pasti!Ahhh...Di sisi lain, Blondie juga terkejut mendengar suara gendruman mobil itu. Apa mereka para anak buahnya? Tetapi, kenapa mereka bisa datang ke sini? Aku kan belum memanggil mereka!’ pikir Blondie keheranan.Tepat saat Blondie hendak melihat ke arah jendela, tiba-tiba terdengar banyak suara langkah kaki dari luar kelas menuju ruangan mereka.Sontak semuanya melihat ke arah pintu. Dan ...Brak! Brak!Detik berikutnya yang mereka sadari, terlihat dua orang pria tinggi besar memaka
Sepertinya, dia harus meminta penjelasan langsung dari Denis. Meskipun Salma sudah tidak peduli mau Denis kaya ataupun miskin, tetap saja Salma merasa aneh pada Denis. Tidak pernah terbayangkan kalau ternyata Denis benar Tuan muda Tayson dari keluarga Zero! Tidak heran saat pertamakali Denis datang ke kampus, dia diantar oleh seorang kakak cantik memakai mobil yang sangat mewah. Semuanya menjadi masuk akal sekarang! Kalau Denis memang tuan muda Tayson seperti yang dikatakan Putri, pantas saja Denis pergi kuliah ke universitas Yunzi ini di Bandung City. Rupanya keluarga Denis sebenarnya ada di sini! Tetapi, kenapa Denis menyembunyikan identitas aslinya? Memikirkan itu, Salma semakin kebingungan. Saat yang sama, rasa bersalah Salma kian membesar dalam hatinya. Dulu, dia memutuskan Denis hanya karena Denis miskin. Dia juga sudah menghina Denis. Salma semakin merasa malu dan sangat menyesal.
Sementara itu, Brian dan teman-teman Blondie mematung di tempat tidak tahu harus berkata apa. Mereka sama tidak menyangka kalau ternyata Denis adalah tuan Tayson—pemilik perusahaan Parahiangan Asri sekaligus tuan muda dari keluarga Zero—. Akan seperti apa nasib mereka di masa depan jika Denis membuat perhitungan pada mereka. Sial! Semua ini gara-gara Blondie!Seandainya mereka tidak menuruti perintah Blondie, mereka pasti tidak akan berada di posisi seperti ini.Brian, Scot, dan dua temannya bergegas menghampiri Denis dan ikut meminta maaf.“Maafkan kami, tuan Tayson! Kami sangat menyesal telah menghajarmu. Kami benar-benar tidak tahu siapa Anda sebenarnya, tuan,” kata mereka serempak seraya membungkuk hormat pada Denis.Melihatnya, Denis menjadi tidak tega kepada mereka. Sejak awal Denis memang tidak berniat untuk menghukum Brian dan teman-temannya.Barus