Share

Bersiap!

Author: Dita SY
last update Last Updated: 2025-09-05 09:00:24

Yang dijelaskan Barta sangat mudah dipahami. Dokter Antoni, Gunawan dan perawat tersenyum kagum pada kecepatan berpikir Barta.

Namun sebenarnya, ada seseorang yang berada di belakang sang Dokter. Ya, Barta meminta bantuan Bramanto yang juga berada di rumah sakit.

Bramanto membayar beberapa petugas kebersihan rumah sakit untuk melancarkan rencananya dengan sang anak.

"Sebelum kita semua keluar dari ruangan ini. Sebaiknya kita berdoa bersama agar semua rencana berjalan mulus," ucap dokter Gunawan.

Semuanya menganggukkan kepala.

Dring!

Suara ponsel Barta berdering, Dokter Tampan itu menjauh dari rekannya lalu menerima telepon dari sang ayah.

"Jenazah sudah ada di koridor tiga belas, Nak. Waktu kamu hanya sepuluh menit. Mulai bergerak! Cepat!" titah Bramanto.

"Baik Pa, terima kasih banyak," ucap Barta. "Tanpa Papa, aku ngga akan bisa melakukan ini."

"Buk
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
hoyanah abdul muis
semakin menarik ceritanya.. suka
goodnovel comment avatar
FrismaMungil
bagus up 3 bab suka .........
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Ah! Enak Mas Dokter   Masih Hidup?

    "Iya benar, anak kalian masih hidup dan sekarang dia sudah berada di tempat aman. Kalian jangan sedih lagi, ya," ucap dokter Gunawan menjelaskan.Agung dan Innaya terdiam mematung. Penjelasan dokter Gunawan tentang anaknya belum bisa diyakini oleh mereka.Namun saat mereka melihat peti mati yang kosong, mereka berdua saling tatap kemudian mulai percaya dengan ucapan dokter Gunawan.Untuk memastikannya lagi, mereka kembali bertanya pada Dokter yang ikut mengantar ke Bandung. Namun, jawaban Dokter Gunawan sama seperti tadi. "Anak kalian masih hidup." Wajah Dokter Gunawan terlihat serius. Tak menunjukkan kebohongan sama sekali.Agung menyandarkan punggungnya ke jendela mobil ambulance sambil menarik napas pelan. Ia sama sekali tidak mengerti dengan apa yang terjadi. Semua sangat membingungkan.Begitu juga dengan Innaya, yang belum percaya dengan ucapan Dokter Gunawan. Namun, jenazah anaknya memang tidak ada di dalam peti.

  • Ah! Enak Mas Dokter   Petinya Kosong?

    Petugas Polisi terus memperhatikan gelagat Rico. Sadar dirinya diperhatikan, Rico bergegas pergi menjauh dari kamar mayat."Anda tahu dia siapa Dok?" tanya salah satu anggota Polisi pada dokter Antoni."Namanya Rico, dia salah satu Nakes di rumah sakit ini," jawab dokter Antoni, masih memperhatikan Rico meski pria itu sudah semakin hilang dari pandangan."Agak mencurigakan kalau dia tidak tahu jenasah Sisca sudah dibawa ke kampung halaman. Apa mungkin dia memiliki tujuan lain?" gumam Polisi. Dokter Antoni menatap polisi tersebut. "Bukannya menyelidiki kejanggalan dari semua yang terjadi di rumah sakit ini adalah tugas Anda? Polisi yang berjaga di sini diminta untuk melindungi kami semua. Terutama pasien yang bernama Sisca tapi kenapa kalian bisa kecolongan, hingga membuat pasien nyaris meninggal dunia."Polisi terdiam mendengar ungkapan kekecewaan dokter Antoni. Mereka hanya menundukkan kepala, menyadari keteledoran yang mereka lakukan.

  • Ah! Enak Mas Dokter   Saya Ingin Memeriksa Mayatnya

    Fandi shock berat saat mengetahui keponakan istrinya meninggal dunia. Ia terpukul dan jatuh pingsan. Ayah satu anak yang lahir sebatang kara itu, sudah menganggap Sisca seperti anak keduanya. Sejak Sisca lahir, dia yang paling antusias menyambut kedatangan Bidadari setelah Febby. Kabar kematian Sisca benar-benar membuatnya hampir meninggal juga. Namun akhirnya pria baya itu sadar setelah dua jam pingsan. "Bu, Sisca Bu," tangis Fandi menatap istrinya yang terlihat santai. "Bu, Sisca meninggal!" Ia membulatkan mata, kebingungan. Apa mungkin aku masih mimpi? batinnya. Fandi memutari mata, melihat sekitar kamar dan orang-orang yang duduk di pinggir tempat tidur. Wajah mereka terlihat biasa saja, seperti tidak ada kejadian memilukan. "Kalian semua belum tahu kalau Sisca meninggal?" Akhirnya Fandi emosi. Ia mengubah posisi menjadi duduk. "Febby! Inneke! Kalian tahu

  • Ah! Enak Mas Dokter   Bersiap!

    Yang dijelaskan Barta sangat mudah dipahami. Dokter Antoni, Gunawan dan perawat tersenyum kagum pada kecepatan berpikir Barta. Namun sebenarnya, ada seseorang yang berada di belakang sang Dokter. Ya, Barta meminta bantuan Bramanto yang juga berada di rumah sakit. Bramanto membayar beberapa petugas kebersihan rumah sakit untuk melancarkan rencananya dengan sang anak. "Sebelum kita semua keluar dari ruangan ini. Sebaiknya kita berdoa bersama agar semua rencana berjalan mulus," ucap dokter Gunawan. Semuanya menganggukkan kepala. Dring! Suara ponsel Barta berdering, Dokter Tampan itu menjauh dari rekannya lalu menerima telepon dari sang ayah. "Jenazah sudah ada di koridor tiga belas, Nak. Waktu kamu hanya sepuluh menit. Mulai bergerak! Cepat!" titah Bramanto. "Baik Pa, terima kasih banyak," ucap Barta. "Tanpa Papa, aku ngga akan bisa melakukan ini." "Buk

  • Ah! Enak Mas Dokter   Jangan Pergi, Neng!

    Setelah mengetahui anak perempuan mereka meninggal dunia, Innaya dan Agung jatuh pingsan. Keduanya tak sanggup menerima kenyataan terpahit seumur hidup. Pasangan suami-istri itu dibawa ke ruang perawatan dan ditangani oleh Dokter. Sementara di tempat lain, Dokter Gunawan, Antoni dan satu orang perawat mendorong ranjang rumah sakit menuju kamar mayat. Para Polisi yang menjaga keamanan rumah sakit, juga ikut mendorong bed menuju ruang dingin tersebut. "Apa penyebab kematian, Sisca?" tanya salah satu Polisi pada Dokter Gunawan. "Penyebab kematian pasien karena gagal napas, Pak," jawab Gunawan. Polisi mengangguk paham. "Apa pihak keluarga akan membawa jenazah ke kampung mereka?" "Sepertinya begitu, Pak." Antoni ikut menjawab pertanyaan Polisi. "Sebelum dibawa ke kampung, jenazah akan diurus oleh pihak rumah sakit. Setelah proses selesai, keluarga boleh membawa jenazah

  • Ah! Enak Mas Dokter   Cek Mayatnya!

    "Bos, Sisca udah meninggal dunia." "Kau yakin?" "Yakin Bos. Orang tuanya semaput ngeliat anaknya meninggal." "Cek mayatnya!" "Tapi Bos." "Cek mayatnya. Aku curiga pada Dokter mata empat itu. Dia sudah terlalu jauh ikut campur ke dalam urusanku. Sekarang kalian cek mayatnya di kamar mayat. Pastiin dia udah beneran mati." "Baik Bos." "Satu lagi, awasi Hengky! Jangan sampai dia bocorin apapun tentang kejadian malam itu. Buat dia bungkam. Kalau perlu, teror keluarganya agar dia ngga bisa berkutik! Paham?" "Baik Bos, kami paham. Kami akan menjalankan semua perintah Bos. Setelah selesai kami akan menginformasikannya pada Anda Bos." "Bagus, aku tunggu kabar baik dari kalian semua. Kerjakan dengan benar, jangan sampai terendus polisi!" Telepon diakhiri~ ***

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status