Home / Romansa / Ah! Enak Mas Dokter / Dia Istri Orang

Share

Dia Istri Orang

Author: Dita SY
last update Last Updated: 2025-07-05 09:00:05

Di rumah, Febby masih enggan keluar kamar. Ia mengurung diri sambil terus menangis pilu. Menutup seluruh tubuh dengan selimut.

Ratih terlihat cemas memikirkan menantunya yang tengah hamil muda, khawatir bayi di dalam kandungan juga stress karena ibunya stress.

Wanita baya itu mengantar makanan ke kamar, meletakkan nampan ke atas meja lalu duduk di tepi ranjang.

"Makan dulu, Nak Febby," ucap Ratih, mengusap lembut kaki Febby yang berbaring membelakanginya.

"Aku kenyang, Bu," sahut Febby dengan suara parau.

"Kenyang makan apa? Seharian kamu belum makan. Nanti sakit. Kasihan anakmu di dalam sana. Kalau kamu mau nyiksa dirimu sendiri, monggo. Ngga apa-apa. Tapi jangan siksa anakmu, Feb. Kasihan dia ngga ada salah sama sekali."

Febby mengusap perut, tangisannya semakin menjadi.

"Tuh, Ibu ngomong bener kamu nangis. Nangis aja terus biar kamu keguguran," kesal Ratih.

"Kok Ibu nyumpahin aku?" Febby menoleh ke belakang,
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Elviana Debora Lataena
makin penasaran dengan ceritanya, up lagi Thor
goodnovel comment avatar
Rostiny Rose
meskipun udah baca tapi tetap penasaran dan seru gak bosen
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Ah! Enak Mas Dokter   Menunggu

    Fandi hanya diam, menatap menantunya dengan tatapan iba. Namun, siapa yang berani melawan Inneke dan menolak keputusan Ibu satu anak itu."Permasalahan sepele gimana? Pisah kamar karena jijik kamu bilang permasalahan sepele? Kalau Febby tiba-tiba muntah di kasur, terus Febby yang bersihin sendiri. Gitu? Sedangkan waktu kamu sakit, semuanya Febby yang ngurus. Bahkan waktu di rumah sakit, kamu 'pup di kasur, 'kan Febby yang bersihin. Dia ngga bilang jijik. Ibu aja sakit hati dengernya, apalagi Febby yang lagi hamil begini," cecar Inneke, emosi. Ia menaikan nada bicaranya satu oktaf."Bu," tegur Fandi."Diam dulu, Yah! Ibu mau ngomong sama Andi," sahut Inneke. "Kalau aja tadi kita ngga datang ke sini, apa yang terjadi sama Febby, Yah. Sedangkan Febby udah lama ngga menghubungi kita sejak dia ngambek, nangis minta cerai dari Andi. Awalnya iya Ibu percaya sama Andi. Mungkin bawaan bayi Febby jadi cengeng, tapi sekarang. Ternyata begini perlakuan Andi pada anak

  • Ah! Enak Mas Dokter   Kalian Pisah Rumah Saja!

    Fandi memposisikan duduk di sofa empuk agar lebih nyaman. Dipandangnya Andi dan Febby yang duduk berjauhan seperti sedang bermusuhan.Keningnya berkerut, bingung dengan kecanggungan di ruang tamu rumah itu. "Kalian ngomongin apa? Kok mukanya pada serius begitu?" tanya Fandi. Pandang matanya beralih pada Inneke yang memasang wajah kecut sambil sesekali melirik menantu mereka. "Bu, kamu kenapa?"Andi tersenyum canggung, "Ngga apa-apa kok, Yah. Tadi cuma ada sedikit kesalahpahaman aja. Tapi aku udah mengakui aku salah dan aku minta maaf," jelasnya gugup.Fandi melirik istrinya, sedikit memiringkan kepala. "Betul begitu, Bu? Kok muka kamu jadi asem. Kayak ada yang dipikirin aja. Kenapa sih? Coba cerita sama Ayah. Kamu 'kan janji di antara kita ngga boleh ada rahasia apapun."Meski sudah mendengar penjelasan dari Andi, laki-laki baya itu seakan kurang puas. Ia sangat mengenal istrinya yang jarang marah, kalau Inneke marah, artinya ada yang benar-benar

  • Ah! Enak Mas Dokter   Ocehan Ibu Mertua

    Kedatangan Fandi dan Inneke ke rumah Andi, benar-benar tak disangka-duga. Kedua mertuanya itu datang tanpa memberi kabar lebih dulu.Untungnya Andi tidak melakukan apapun pada Febby selain meminta dilayani, namun Inneke tahu Andi tidur di kamar terpisah."Kok kamu tidur di kamar itu, Ndi? Kenapa emangnya kamar kalian?" tanya Inneke pada Andi yang duduk di sofa panjang berhadapan dengan Ibu mertuanya.Saat Febby membuka pintu rumah, Inneke memergoki Andi masuk ke dalam kamar tamu sambil membawa bantal dan selimut.Andi tersenyum kecil, gugup. Namun sebisa mungkin dia menutupi alasan sebenarnya, "Itu Bu, aku sebenarnya ngga tidur pisah kamar sama Febby. Aku tadi cuma mau istirahat aja, soalnya .... ""Tadi aku muntah-muntah Bu, terus Mas Andi jijik denger suara muntahan aku," potong Febby, memberitahu yang sebenarnya. "Mas Andi bilang ngga mau tidur di kamar yang sama. Takut muntah juga karena jijik."Wajah Andi pucat. Pandang mata

  • Ah! Enak Mas Dokter   Datang ke Bandung

    Hampir dua jam Dirga menunggu kedatangan kedua orang tua Febby, namun kedua suami-istri itu belum juga menunjukkan batang hidungnya.Ibu-ibu berdaster bunga-bunga, bolak-balik memastikan mobil milik Fandi sudah terlihat di ujung jalan atau belum. Ia menghentikan langkah dan berdiri seraya memegang kayu panjang penahan rumah.Dirga mengangkat satu tangan kiri, melihat jam yang melingkar. Jarumnya sudah menunjukkan pukul lima sore, tetapi kedua orang tua Febby belum juga datang."Biasanya mereka pulang jam berapa, Bu?" tanya laki-laki tampan itu, yang duduk di kursi kayu dekat meja bundar seraya meminum kopinya.Bu Ida nama tetangga keluarga Febby, dia menoleh ke belakang, menatap Dirga dan menjawab, "Biasanya jam lima lewat dikit lah. Kalau jalanan ngga terlalu macet biasanya jam setengah lima juga mereka udah pulang. Ini ngga tahu kenapa lama banget. Mungkin macet parah kali di jalan." Ia menghela napas, memutar tubuh dan berjalan mendekati kursi,

  • Ah! Enak Mas Dokter   Sentuhan Andi

    Cup!Kecupan lembut mendarat di bibir Febby, membuat wanita itu mendesis risih. Menahan air mata yang nyaris tumpah.Entah apa yang terjadi, Febby sendiri bingung kenapa dia merasa jijik berada di dekat Andi, bahkan membuat perutnya bergejolak, mual."Mas! A-aku ... aku mau muntah." Febby menggerakkan tubuhnya. "Turun Mas! Aku mau muntah. Cepat!"Andi mengerutkan kening, "Kamu mau muntah?""Iya, Mas. Hoek!" Satu tangan memegang mulut."Tunggu! Jangan muntah di wajahku. Sial!" Andi beranjak dari tempat tidur, melepas kungkungannya.Febby berdiri, berlari ke kamar mandi dan masuk."Hoek! Hoek! Hoek!"Terdengar suara Febby yang mengeluarkan isi perut.Andi bergidik, jijik. "Kok bisa kamu muntah dicium aku? Hah! Sial!" kesalnya. "Memang mulutku bau? Aku baru selesai gosok gigi.""Maaf, Mas.""Sial!" umpat Andi, emosi. Kedua tangan mengepal kuat-kuat. Ingin marah, tetapi takut Febb

  • Ah! Enak Mas Dokter   Jangan Kasar!

    Febby masuk ke kamar, menuruti permintaan suaminya. Ia mengambil lingerie seksi dari dalam lemari lalu membawanya ke kamar mandi untuk dikenakan.Jam baru menunjukkan pukul sebelas siang, namun seperti biasa, Andi selalu meminta jatah sesuka hatinya.Sejak menjalani program kehamilan, Febby memang belum disentuh oleh Andi, mengikuti saran Dokter Tampan itu.Sebenarnya ada sesuatu yang janggal mengusik pikiran Febby, dan hingga saat ini dia belum bisa memecah kejanggalan itu.Tentang Andi yang mengetahui perselingkuhannya dengan Dirga, namun kenapa suaminya seolah membiarkan dia menjalani program kehamilan itu?Febby mematut diri di depan cermin panjang di atas wastafel, memikirkan Andi yang semakin lama semakin menakutkan."Kalau Mas Andi tahu aku selingkuh dengan Mas Dirga, kenapa dia diam saja? Malah terkesan membiarkan hubungan aku dan Mas Dirga berlanjut," gumamnya pelan. Tak habis pikir.Sekian menit termenung di de

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status