Gebrugh!
Ceklek.
Pintu gudang sekolahpun mendadak tertutup, dan terdengar juga suara sayup orang yang menguncinya.
"Hey, tunggu jangan dikunci! Di dalam masih ada orang, hey!" Key berlari kearah pintu yang terkunci sambil menyeru seseorang yang telah menguncinya berdua bersama Leo.
"Pak? Pak Mandor? Buka Pak pintunya jangan dikunci ada orang di dalam!" Seruan Key dari dalam gudang.
Tidak salah lagi, siapa lagi orang yang bertugas mengunci semua pintu selain Pak Mandor?
"Pak? Buka Pak!" Key terus berteriak berharap Pak Mandor masih ada di area gudang.
Gebrugh. Pintu gudang sekolah akhirnya terbuka. Dan ternyata ... Dugh. Saking kerasnya Key mencoba membobol grendel kunci, dorongannya sampai overdosis hingga ia menabrak tihang yang berdiri di depan gudang. "Aduh!" Key terpental kembali dan langsung tergeletak di lantai. Leo tak kuasa menahan geli di hatinya setelah melihat kelakuan Key, ia beberapa kali terlihat senyum kecil namun ia mencoba menahan senyumannya itu.
Malam itu terlihat Aditia tengah asyik memainkan ponselnya di sebuah caffe menunggu Leo dan Aditia yang belum muncul. Brak! "Ya Alloh," ujar Aditia yang terkejut karena tiba-tiba Leo datang dan memukul meja yang ada di hadapannya. Terlihat juga Leo menatapnya dengan sorotan tajam yang mematikan. "Kenapa nih?" tanya Aditia yang keheranan melihat tingkah Leo. Leo memicingkan mataya. "Kau orangnya?" "Selow selow, maksudnya gimana nih?" "Kau yang menulis tulisan itu!" desis Leo. Aditia langsung tertawa terbahak-bahak mendengar pernyataan Leo. "Acieee, lo pasti kebaperan ya gue nulis itu," goda Aditia. "Kalo enggak, mana mungkin lo marah cuma gara-gara gue nulis itu." "Jangan-jangan lo ngira kalo Key yang nulis tulisan itu ya, Acieee ---" "Diam! atau kubunuh kau!" d
Aditia kembali ke dalam cafe dan kembali duduk di kursinya. Dilihatnya hanya ada Reynal dan Leo, ia pun bertanya-tanya"Lahh, sepupu lo belum datang juga Rey?" "Ini juga masih ditunggu. Heran, kemana dulu itu anak? Gara-gara lo juga nih, kelamaan di toilet." "Lah? Kok jadi gue?" Aditia keheranan. "Tadi gue mau cari Fayla keluar, tapi mana mungkin gue tinggalin Leo sendiri disini, yaudah gue harus nunggu lo balik. Eh, ternyata lu lama gak balik-balik kayak ditelen bumi," celoteh Reynal "Ya maaf, soalnya tadi di toilet gue debat sama cewek," tutur Aditia "Hah? Yang bener aja, yang ada lo gombalin tu cewek." Reynal sesikit tertawa mendengarnya. "Asli bukan palsu Rey, tadi ada cewek kerudungan yang ngintip gue lagi kencing," "Yaelah Dit, mana mungkin ada cewek mau ngintip lo di toilet cowok. Apalagi lo bilang ni cewek kerudungan, ngaco l
Bel pulang sekolah berbunyi. Key menelusuri koridor sekolah yang mulai sepi dengan kedua kaki yang gemetar dan jantung yang berdebar-debar. Karena hari ini ia akan berbicara serius dengan sosok yang ia kagumi. Key tidak pernah seperti ini sebelumnya. Hanya satu alasan kenapa ia sangat mengagumi sosok yang bernama Leonar itu. Leo adalah orang pertama yang memuji karangan tulisannya. Seandainya Leo tidak memuji karangan Key waktu itu, Mungkin mereka tidak akan saling kenal saat ini. Sepertinya gudang sekolah adalah markas pertemuan mereka dan pulang sekolah adalah waktu mereka untuk melakukan pertemuan itu. Saat Key hampir sampai, terlihat Leo yang tengah bersandar di dinding pinggir gudang. Key tidak bisa membohongi dirinya, lelaki itu benar-benar terlihat tampan. Dengan tas yang disoren di sebelah bahunya, beserta kedua tangan yang dimasukan kedalam saku celananya. Lalu berdiri sebelah dengan kaki kanan yang disandar li
Reynal kemudian berjalan pelan menghampiri ketiga perempuan itu sambil tidak melepaskan pandangannya dari Sira. Sedangkan Sira sendiri hanya mencoba membuang muka ke arah lain. Namun, Reynal hanya diam saat sudah berhadapan langsung dengan ketiga perempuan itu. "Lah? Kok pada diem? Dogy ama meong gak mau salaman gitu?" ucap Fayla sambil melirik Reynal dan Sira yang dari tadi hanya saling diam. Reynal kemudian menyodorkan tangan isyarat mengajak Sira bersalaman, kemudian Sira juga menjabat tangan Reynal dan keduanya berakhir salaman tanpa sepatah kata pun. Key yang melihat itu mendadak tersenyum, ia teringat akan pertemuannya dengan Leo saat pertama kali di tangga lantai dua. Keduanya kaku saat hendak bicara, ternyata hal serupa bisa terjadi pada sahabatnya Sira. "Ekhem! Ciee pada malu-malu, biasanya kan pada berantem mulu," ujar Fayla yang memecahkan keheningan diantara mereka. Key juga terlihat senyum
"Kau adalah perempuan teraneh yang pernah aku temui Khansa Arima Iriana." ~Leonar Halim Al-ghifari~
Leo duduk termenung di rerimbunan pohon yang berdiri tegak di pinggir danau. Ia benar-benar berfikir keras untuk keluar dari masalahnya itu. Untuk saat ini, ia membutuhkan jawaban atas segala pertanyaan di benaknya itu. Sesekali ia memijat keningnya karena terlalu keras berfikir. Apa aku harus menerima tinggal bersama Ayah? benaknya bertanya-tanya, menurutnya itulah langkah pertama untuk mengetahui kebenaran tentang tragedi masa lalunya. Menurutnya, ada beberapaa kejanggalan yang harus ia selidiki. "Duaarrr!" Suara itu jelas membuat Leo terhentak karena terkejut, renungannya juga buyar seketika karena mendengar suara itu. Kala ia menoleh ke sumber suara, matanya sempat terbelalak mendapati Khansa yang dari tadi jongkok sambil menertawakannya. "Kaget ya? Hehe maaf," ujar Khansa sambil mengambil po
Kamis pun tiba, Leo dan Aditia berkemas memasukan barang-barangnya ke dalam bagasi mobil Reynal, hanya saja saat ini Reynal terlihat terjebak dengan lamunan yang mengiangi pikirannya. Membuat dirinya terlihat lambat saat berkemas."Rey? Napa si? Ngelamun mulu," tanya Aditia yang daritadi memperhatikannya."Ada hal yang belum gue kasih tau sama lo berdua," jawab Reynal yang membuat Leo berhenti berkemas dan ikut ke dalam pembicaraan."Emang ada apa?" tanya Aditia kembali.Belum juga Reynal menjawab, ketiganya sudah di hebohkan dengan teriakan Fayla yang datang menghampiri ke tiganya."Cihuuuyy! I'm coming guys, kita jadi ke pantai nih yeaayyy!" teriak Fayla yang membuat ke tiga pria itu menoleh."Berisik lo kacamata bunglon! Ni kuping meledak denger suara lo!" seru Aditia membalas teriakan Fayla."Eh gagak hutan! Ter