Share

kesempatan ke dua

Author: Wrold tree
last update Last Updated: 2024-12-21 07:01:31

Brak!!!.

Dengan kasar Grand Duke melempar tubuh putri Evelina ke atas kasur.

"Akhh!!" pekik Evelina.

"Bukankah kau selama ini menanyakan kenapa aku tidak menyentuhmu?! akan ku jawab sekarang. Jadi dengarkan baik-baik!" ujar Grand Duke dengan wajah kesal.

Putri Evelina yang dilemparkan tadi mulai bangkit sembari menatap sendu ke arah suaminya itu. Melihat tatapan kesal suaminya yang selama ini selalu mengabaikannya, hati putri Evelina terasa tersayat berkali-kali.

"Kau menjijikkan! Aku menikahimu karna kau akan mendatangkan keuntungan untukku dan wilayahku. Caramu mendatangiku dan mengulurkan tangan mu waktu itu sangat memuakkan, kau pasti berpikir kau bisa memiliki segalanya kan!" bentak Grand Duke sembari mendorong kening putri Evelina.

"Jadi anda menikahi saya demi mendapat keuntungan!" seru Evelina sembari menepis tangan Grand Duke..

"Kau wanita yang tidak menarik. ku akui cukup menyenangkan melihatmu mengejarku seperti orang bodoh. Tapi hanya itu daya tarik mu," hina Grand Duke.

Mendengar pengakuan mengejutkan suaminya, putri Evelina tidak bisa lagi menahan tangisnya. Dengan penuh amarah ia mendorong kuat Grand Duke sampai Grand Duke mundur beberapa langkah.

"Aku pasti akan mengadukan hal ini pada Ayahku dan kau tidak akan mendapatkan apapun lagi!!" seru putri Evelina.

Grand Duke yang sangat serakah itu pun sangat tertegun mendengar apa yang akan Putri Evelina lakukan pada usahanya dalam mendapatkan keuntungan. Karna tidak mau semua rencananya berantakan, ia mengambil vas bunga di samping kamar tidur dan...

Prang!!!..

"Akhhh!!" pekik Evelina sembari memegang kepalanya yang di hantam vas bunga.

Begitu putri Evelina berbalik, pandangannya mulai samar dan akhirnya ia terjatuh ke lantai. ketika penglihatannya perlahan memudar, ia melihat wanita berambut hitam tadi datang kembali dan memeluk suaminya di depan dirinya yang sedang sekarat.

dalam batinnya Evelina berkata. "Jika ada kesempatan kedua, aku berjanji tidak akan pernah mencintaimu, William."

Perlahan-lahan nafas putri Evelina mulai tersengal, penglihatan mulai hilang, dan segalanya mulai gelap. Saat itu di benak putri Evelina mulai terlintas kenangan-kenangannya ketika masih menjadi seorang putri yang dimanja di kerajaannya.

"Apakah ini akhir hidupku?" gumam Evelina.

Kemudian tiba-tiba putri Evelina merasa ada yang sedang mengguncang kuat tubuhnya. Dengan berat hati putri Evelina mencoba membuka matanya. Dan ketika ia berhasil melakukannya, Tampaklah suasana kamar yang terang dengan hiasan ranjang yang sangat mewah dan familiar.

"Ini seperti kamarku dan William?!!" gumam Evelina dengan raut tercengang.

"Nyonya, ini sudah pagi. Ini sudah waktunya anda sarapan bersama Grand Duke," ujar seorang pelayan yang rupanya membangunkan Evelina.

"Apakah ini surga?" tanya Evelina.

"Apa maksud anda Grand Dhucess, sekarang bangunlah cepat! Atau Grand Duke akan marah," ujar pelayan itu sekali lagi.

"Liliana, bukankah kau seharusnya sudah tiada? Jadi apakah sekarang aku sudah mati?" tanya Evelina sekali lagi.

Melihat nyonyanya terus saja bertingkah aneh, pelayan yang bernama Liliana itu pun meletakkan handuk yang sudah di rendam air dingin ke pipi putri Evelina. Merasakan hawa dingin di pipinya, Putri Evelina seketika terperanjat.

"Ahh dingin!" teriaknya.

"Sekarang anda sudah sadar dari mimpi anda kan Grand Dhucess. mari, anda harus segera bersiap untuk sarapan pagi."

Menyadari dirinya bisa merasakan perasaan dingin yang normalnya dirasakan orang yang masih hidup, putri Evelina langsung tahu bahwa dirinya hidup kembali.

"Apakah surga benar-benar mendengarku dan memberiku kesempatan kedua?" gumamnya.

Karna masih tidak percaya dengan apa yang ia rasakan, putri Evelina pun mengangkat tangannya dan langsung menampar kedua sisi pipinya sendiri.

Plakk!!!.

"Astaga! apa yang anda lakukan Grand Dhucess?!!" Seru Liliana dengan panik.

"Aku...Aku benar-benar masih hidup Liliana!" Evelina termangu karna tidak percaya dirinya masih hidup.

Melihat tingkah aneh nyonyanya itu, pelayan bernama Liliana itu Pun langsung memeluk erat putri Evelina seraya berkata."Grand Dhucess, suatu hari nanti Grand Duke pasti akan menyayangi anda. Jadi, semangat lah!" Hibur Liliana.

"Tahun berapa sekarang Liliana?"

"Ya? ini tahun 450 godina Grand Dhucess."

"450 godina, ini berarti dua tahun sebelum kematianku," batin Evelina.

"Apa anda baik-baik saja Grand Dhucess?" Tanya Liliana.

"Aku baik-baik saja, segera persiapkan aku Liliana."

"Baik Grand Dhucess."

Setelah itu Putri Evelina memakai beberapa waktunya untuk mandi, berhias, dan berdandan secantik dan serapi mungkin. Begitu selesai merias dirinya, putri Evelina pun turun untuk sarapan pagi bersama suaminya. Seperti biasa, kedatangan putri Evelina selalu tidak terlihat oleh Grand Duke, sampai putri Evelina duduk pun Grand Duke tidak pernah menoleh sedikitpun.

"Bagaimana pekerjaan mu hari ini William?" tanya Evelina membuka bicara.

Untuk sesaat Grand Duke tertegun mendengar putri Evelina untuk pertama kalinya dalam tiga tahun pernikahan mereka memanggil namanya langsung.

"Hmm...baik," sahut Grand Duke sembari fokus pada makanan nya.

"Baguslah" ujar putri Evelina lalu ia langsung terdiam.

Di meja makan yang suram dan sepi itu tidak ada percakapan apapun lagi. Hanya terdengar suara dentingan antara sendok dan garpu yang saling beradu. Begitu putri Evelina selesai makan, ia langsung berdiri dari duduknya dan hendak berbalik pergi.

"Kau mau kemana Evelina?" tanya Grand Duke.

"Ya?! aku mau kembali ke kamarku untuk mengambil topi," sahut Evelina.

"Tidak kah kau..." tiba-tiba Grand Duke William. terdiam.

Saat Evelina hendak menanyakannya, Grand Duke malah melambaikan tangannya tanda ia membiarkan putri Evelina untuk pergi. Putri Evelina yang melihat hal itu langsung saja pergi dan mengabaikan tatapan heran Grand Duke tadi.

"Grand Dhucess, anda tidak seperti biasanya," ujar Liliana.

"Apa maksudmu Liliana?"

"Biasanya anda tidak akan berdiri dari meja makan sampai Grand Duke yang berdiri duluan. Tapi, hari ini anda berbeda Grand Dhucess," jelas Liliana.

"Yahh, aku hanya berpikir, tidak selamanya aku harus begitu kan!"

Perkataan putri Evelina sontak membuat Liliana tertegun. Seperti perkataannya pada Grand Duke tadi, setelah mengambil topi dan memakainya. Putri Evelina melangkah keluar kamar lagi dan hendak berjalan menuju taman.

"Evelina!" panggil Grand Duke.

"Ya, apa kau butuh sesuatu William?"

Mendengar putri Evelina memanggil namanya untuk yang kedua kalinya, Grand Duke sontak mengernyit kesal.

"Kenapa kau melihatku seperti itu William, wajar bukan bagi *istri* memanggil nama suaminya!" tegas Evelina.

"Ekhem, tidak masalah. kau tidak mengantarku pergi?" tanya Grand Duke.

"Selamat tinggal dan sampai jumpa lagi nanti William, semoga harimu menyenangkan," ujar Evelina kemudian berlalu pergi dengan santai.

Melihat tingkah putri Evelina yang tidak seperti biasanya. Grand Duke mengernyitkan keningnya dan terus menatap punggung putri Evelina yang terus berjalan pergi tanpa menoleh sedikit pun.

"Kenapa dadaku terasa sakit?" gumam Grand Duke.

Mengabaikan perasaannya sendiri, Grand Duke pun berangkat menuju istana dengan pikiran nanti ketika ia pulang, putri Evelina akan kembali ke dirinya yang biasanya. Sementara itu di taman, saat ini putri Evelina dengan wajah santai menikmati setiap bunga yang ditanam dengan baik oleh para tukang kebun.

"Grand Dhucess, biasanya anda akan mengantar Grand Duke sampai gerbang depan kemudian berdiri di depan gerbang sampai kereta kuda Grand Duke tidak lagi terlihat," ujar Liliana.

"Bukankah sudah ku katakan Liliana, tidak selamanya aku akan melakukan hal itu. Sudah tiga tahun aku menikah dengan Grand Duke, kurasa sekarang aku sudah tidak perlu melakukan hal itu lagi," sahut putri Evelina.

Melihat tatapan nyonyanya yang tenang-tenang saja, Liliana pun menghembuskan nafas pelan. di lubuk hatinya Liliana merasa sikap nyonyanya yang seperti ini lebih baik daripada dirinya yang memohon-mohon kepada Grand Duke seperti biasa untuk mengemis perhatian Grand Duke.

"benar, anda terlihat lebih bahagia saat anda seperti ini Grand Dhucess," batin Liliana.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   32.

    Kembali ke saat ini... "Jadi....alasan saya tidak bisa mengingat anda, karna anda menggunakan sihir pada saya?" tanya Evelina. "Ya, maafkan aku soal hal itu Evelina. Aku melakukannya semata-mata demi menjaga semuanya tetap aman." "Lalu bagaimana anda berhasil merebut tahta, Yang Mulia?" "Aku kembali ke Barat saat aku sudah berusia lima belas tahun. Saat itu Selir tertinggi sudah melahirkan. Sayangnya, anak itu adalah seorang anak perempuan. Awalnya Selir tertinggi tidak mempermasalahkannya, tapi karna aku yang kembali setelah dikabarkan mati, hal itulah yang memicu kemarahan Selir tertinggi." "Karna ia melahirkan seorang anak perempuan?" tanya Evelina. "Ya. Tidak seperti Romagna yang bisa menaikkan pewaris baik itu perempuan atau pun lelaki tergantung performanya. Di Barat, pewaris perempuan bisa naik tahta, hanya jika tidak ada pewaris laki-laki yang akan menjadi Kaisar. Tapi tekad ingin menjadi penguasa membuat Selir tertinggi gelap mata sampai ia melakukan pemberontakan

  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   31. Kerja sama

    Setelah diselamatkan oleh Evelina terakhir kali, selama empat hari Lyrius tinggal di Istana Putri tanpa diketahui keberadaannya oleh Kaisar dan Permaisuri Romagna. "Apa namamu Lilius?" tanya Evelina. "Lyrius, namaku Lyrius bukan Lilius," jelas Lyrius untuk yang kesekian kalinya. "Humph! Itu kalna yidahku pendek. Jadi aku kecuyitan menyebut namamu," bantah Evelina sambil menggembungkan pipinya dan memalingkan wajahnya. "Hahaha begitu ya. Maafkan aku Putri kecil," bujuk Lyrius. "Baikyah. Kalna aku baik hati, aku akan memaafkanmu." Saat itu, Evelina pikir ia bisa menyembunyikan Lyrius di Istananya selamanya. Namun sayangnya harapan itu sirna. Di hari keenam Lyrius tinggal di Istana Evelina, akhirnya Kaisar mengetahui keberadaan anak lelaki asing yang saat ini tengah disembunyikan oleh putri kecilnya. Tak ingin membuang waktu lagi, sang Kais

  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   30. Evelina Russel

    Cerita Kaisar.... dua puluh tahun lalu saa Kaisar baru berusia lima tahun, sang Permaisuri menghembuskan nafas terakhirnya. Raja yang sangat bersedih atas kepergian Permaisuri yang ia cintai terlarut dalam kesedihan sampai tidak memperhatikan Selir tertingginya menyiksa sang Pangeran Mahkota. "Karna Yang Mulia sedang sakit, pemerintahan Kekaisaran ada di tanganku," ujar Selir tertinggi. "Baik Yang Mulia Selir," ucap para mentri dan pejabat Kekaisaran yang sudah disuap oleh sang Selir. Selama pemerintahan berada di bawah Kuasa sang Selir, Pangeran Mahkota banyak menerima perlakuan yang tidak layak baik dari para pejabat sampai para pelayan. Pangeran pikir penderitaannya itu hanya akan berlangsung beberapa waktu saja, oleh sebab itu sang Pangeran terus bersabar dan dengan tenang ia menerima semua perlakuan lancang Pelayan padanya. Sampai Selir tertinggi berbuat hal melewati batas dengan mengirim sang Pangeran Mahkota yang baru ber

  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   29. Flashback

    Keesokan harinya, sidang pun dimulai. Di ruang sidang yang penuh dengan bangsawan-bangsawan kelas tinggi, sekali lagi Evelina dan William berdiri berhadapan dalam rangka sidang perceraian. Tapi tidak seperti sebelumnya dimana William berusaha mempertahankan Evelina dan menimbulkan banyak perdebatan di depan hakim. Kali ini, sidang berjalan dengan sangat lancar dan cepat karna William langsung menyetujui perceraian yang diajukan oleh Evelina. "Karna Grand Duke William Northern setuju dengan perceraian, maka mulai saat ini, hubungan Grand Duke William Northern dan Grand Dhucess Evelina Northern telah terputus." Tok... Tok... Tok... Begitu hakim menotok palu, senyum indah terukir dengan sangat jelas di wajah Evelina. Dan William yang melihat itu sontak tertegun. Awalnya William merasa sedih dan sedikit kesal karna ia harus melepaskan Evelina tepat setelah ia menyadari per

  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   28.

    Kembali ke saat ini... Setelah William mendengar detail cerita Evelina, dengan kepala tertunduk ia meminta maaf kepada Evelina. Sayangnya, hati Evelina sudah mati saat itu. Dan dengan acuh tak acuh Evelina berbalik pergi meninggalkan William dengan kata maafnya. "Aku tahu semua ini sudah terlambat," gumam William. Karna Evelina sudah pergi, pelayan mansion pun menuntun William menuju pintu keluar karna William berniat pergi. Setelah itu, William langsung kembali ke mansion Northern untuk memperbaiki suasana hatinya. "Selamat datang kembali Grand Duke," sambut para pelayan Northern. "Siapkan secangkir kopi untukku dan antarkan ke ruang kerjaku!" titah William. "Baik, Grand Duke." baru saja William akan mendinginkan kepalanya di ruang kerjanya, ia malah bertemu dengan alasan pusingnya, yaitu Isbel. Mengingat dirinya tidak dalam emosi yang stabil untuk menghadapi Isbel, William pun melangkah cepat melewati Isbel dan langsung masuk ke ruang kerjanya tanpa menyapa Isbel terlebih da

  • Air Mata Putri Tidak Untuk Pengkhianat   27.

    Flashback saat Evelina diculik... "Ini sudah dua hari, kemana orang yang menculikku itu. Dia tidak pernah telrihat lagi," ujar Evelina dalam posisi terikat. Dengan wajah yang sudah sangat pucat dan tubuh yang melemas, Evelina merasa berkunang-kunang dan perutnya terasa sangat lapar. Saking laparnya, Evelina mulai merasa dunia di sekitarnya berputar. Dan tepat sebelum Evelina jatuh pingsan, sosok pria yang tampak mengkhawatirkannya muncul sambil berlari kencang ke arahnya. "Lyrius," gumam Evelina. Saat itu juga, Evelina kehilangan kesadarannya. Dan begitu ia membuka mata, ia sudah berada di sebuah kamar mewah dengan pelayan-pelayan berdiri di sekitarnya. Saat itu, nampak raut senang para pelayan menyambut siumannya Evelina kemudian salah satu di antara mereka terlihat buru-buru keluar dari kamar. Dengan tubuh yang masih terasa berat, Evelina pun mencoba bangun dari berbaringnya. "Ukhh! Kepalaku sakit sekali," ujar Evelina. "Grand Dhucess, silahkan makan dulu. Anda sekarang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status