Share

bu dokter

''Terimakasih karna Bapak selalu datang untuk menolong saya.''

''Tidak masalah Nak Zahra, Bapak senang bisa membantu. Lagipula kita memang harus saling tolong, kan?'' jawab Pak RT tersenyum ramah.

''Hm … Pak, apakah di dalam penjara itu enak?''

''A~apa!?'' Pak RT terlihat terkejut dengan pertanyaanku sampai-sampai minuman yang baru saja diteguk hampir membuat laki-laki baik itu tersedak. ''Kenapa kamu bertanya seperti itu?''

''Tante Mia mengatakan akan memasukkanku ke sana.''

''Kenapa?''

Aku menceritakan semua yang telah kualami selama satu bulan tinggal di rumah Tante Mia. Mulai dari semua perlakuan buruk wanita itu, janji palsunya untuk menguliahkanku, sampai dengan aksiku yang hampir membunuh Rian untuk membela diri dari  perbuatan tidak pantas laki-laki brengs*k itu.

Tidak ada satu bagian pun yang terlewat kuceritakan. Bahkan saat wanita itu datang ke pemakaman yang katanya mengajak untuk berdamai dan keinginan anehnya untuk mengambil rumah ibu juga kulaporkan semuanya.

Rasanya saat ini aku membutuhkan orang untuk berbagi, terlampau banyak hal yang sudah terjadi hanya dalam waktu singkat,  Biasanya ibu yang selalu mendengarkan semua ceritaku, tapi sekarang aku hanya sendiri. Aku seperti kehilangan semangat, bahkan tujuan untuk hidup saja sudah tidak ada

Ntahlah, sempat terlintas di pikiran untuk menyusul ibu dan ayah di sana, sudah lama kami tidak berkumpul utuh satu keluarga. Mereka pasti tahu aku tidak akan mampu bertahan, tapi kenapa mereka berdua begitu tega meninggalkanku sendiri? Apalagi sekarang masalah bertubi datang seketika, menambah pahit kehidupan yang terpaksa harus kujalani sebatang kara. Ibu, ayah, anakmu tidak sekuat itu.  

Pak RT mendengarkan semua ceritaku dengan antusias. Sesekali Beliau bertanya hanya untuk memastikan, seketika langsung kuberi jawaban yang membuat kepalanya menggeleng tak menyangka semua itu bisa terjadi. Namun faktanya memang seperti itu yang kualami.

''Maaf, Pak. Apa ibu pernah bercerita tentang rumah ini atau mungkin pernah berpesan sesuatu yang lainnya pada Bapak?'' tanyaku sedikit canggung takutnya nanti malah membuat Beliau tersinggung.

''Sekitar satu minggu lalu Bu Fatimah datang ke rumah. Beliau menanyakan tentang cara pengurusan sertifikat rumah,'' ungkap  Pak RT

''Sertifikat rumah ini?''

Pak RT mengangguk.

''Kenapa ibu tiba-tiba mau mengurus sertifikat rumah? Apakah ibu sudah tahu bahwa Tante Mia akan mengambilnya?''

''Saya tidak menanyakan alasan Bu Fatimah, saat itu wajahnya terlihat sangat sedih. Oh, iya sebelum pamit Beliau meminta agar saya selalu menjaga dan memantau kondisi anaknya. Saat itu saya bingung dan tidak mengerti apa maksudnya tiba-tiba bicara seperti itu. Namun, setelah apa yang terjadi saya bertekad untuk terus menjaga janji saya kepada Bu Fatimah,'' jelas Pak RT.

''Terimakasih karna Bapak sudah mau menjaga saya, tapi sebentar lagi saya akan dipenjara,''

''Itu tidak akan terjadi, saya akan …''

Tok … tok … tok …..

Terdengar suara ketukan pintu dari luar, saat kubuka ternyata itu adalah Bu Dokter yang menangani ibu di rumah sakit waktu itu. Segera kupersilahkan masuk dan bergabung bersama Pak RT.

Dokter itu menceritakan bahwa ibu dulu pernah menolongnya saat hampir di tabrak oleh pengendara motor di jalan. Namun tiga bulan yang lalu ibu datang ke rumah sakit mengeluhkan bahwa dia akhir-akhir ini sering mimisan, setelah di periksa ternyata ibu tmenderita kanker darah.

Awalnya ibu sngat terpukul dengan penyakit itu, tapi dokter itu mengatakan akan membantu ibu agar bisa sembuh tanpa harus memikirkan tentang besarnya biaya yang dikeluarkan, sebagai ucapan terimakasih karna ibu pernah menolong Bu Dokter.

Selama ibu menjalani tahap pengobatan, Bu Dokter sempat heran karna ibu selalu datang sendiri tanpa ada yang menemani. Namun setelah ditanyakan ibu menjawab bahwa dia tidak ingin anaknya menjadi khawatir dengan penyakit yang dideritanya.

Air mata yang rasanya kemarin sudah habis tiba-tiba saja sudah terisi kembali, dan sekarang malah tumpah saat mendengar apa yang disampaikan Bu Dokter tentang ibu. Aku tidak Ttau kenapa ibu bisa berfikir seperti itu, kenapa ibu begitu egois mengorbankan perasaanya demi menjaga perasanku? Bukankah kita pernah berjnji untuk melewati segala hal bersama.  

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status