Share

surat ibu

Setelah menyampaikan rasa belasungkawa, Bu Dokter pamit untuk kembali ke rumah sakit untuk kembali berugas. Namun beberapa ssat kemudian Beliau datang kembali dengan membawa sebuah kotak merah, lalu memberikannya padaku. Katanya kotak itu adalah barang yang dititipkan ibu untukku, yang akan  diberikan jika nanti terjadi sesuatu padanya.

Segera kubuka kotak merah yang dihiasi sebuah pita kecil lucu di atasnya itu, terdapat sebuah jilbab khimar panjang, sebuah amplop dan sepucuk surat di dalamnya.

Assalamualaikum, Nak.

Ibu berharap saat membaca surat ini kamu dalam keadaan sehat, tidak dalam keadaan sulit, dan semuanya baik-baik saja.

Zahra pasti marah karna ibu tidak memberitahukan tentang penyakit ini. Ibu hanya tidak mau Zahra bertambah sedih, apalagi semenjak ayah pergi Zahra telihat sangat tertekan.

Ibu menulis surat ini karna rasanya mulai khawatir tidak mempunyai waktu lagi untuk menyampaikan hal ini pada Zahra. Ibu khawatir jika nanti ibu tidak bisa sembuh, ibu khawatir jika nanti Mia tidak menepati janjinya pada ibu untuk menguliahkan Zahra, dan ibu khawatir Mia masih menyimpan dendam itu pada ibu.

Ibu mulai tidak percaya pada Mia saat  melihat Zahra kelelahan saat sedang mengepel teras besar rumahnya. Awalnya ibu fikir itu tidak masalah karna memang sudah seharusnya Zahra membantu pekerjaan rumah Tantenya, Ibu berusaha untuk tetap husnudzon dan menghalau semua pikiran buruk. Walaupun Mia memiliki dendam pada ibu, dia tidak mungkin melampiaskannya pada Zahra

 Tapi setelah tiga minggu Mia belum juga mengabarkan perihal kuliah, hal itu semakin membuat ibu berfikir bahwa seharusnya ibu tidak usah menyerahkan Zahra pada Mia.

Rasa khawatir itu selalu saja muncul dipikiran ibu, Bagaimana kalau tiba-tiba Mia mengingkari janji? Makanya, ibu sudah menyiapkan rencana untuk Zahra mengantisipasi segala hal yang mungkin akan dilakukan oleh Mia.

Jika nanti Mia tidak menepati janjinya dan ibu sudah tidak bersama Zahra lagi maka Zahra harus pergi menemui Paman Hasan yang berada di Jakarta. Beliau adalah kakak kandung ayahmu, dulu ibu  pernah bertemu dengannya saat Zahra bayi.Beliau orany yang bijak dan sangat baik.

Ibu sudah menghubungi Paman Hasan, meminta alamatnya di Jakarta, dan sudah menceritakan sedikit permasalahan yang terjadi. Alhamdulillah Beliau dengan senang hati mau membantu. Ibu yakin,  Allah sudah titipkan jalan keluar dari masalah ini padanya.

Zahra jangan khawatir, dan upakan semua masalah yang ada di sini, masalah apapun itu yang mungkin terjadi. Temuilah Paman Hasan, dan ikuti nasihatnya

Ibu menyayangimu, Nak. Ibu berharap semua yang ibu khawatirkan tidak terjadi, tapi jika memang takdir berkata lain, maka bersabarlah. Maafkan Tantemu, dan maafkan ibu juga karna sudah tidak bisa lagi bersamamu.

Lagi, kenapa air mata ini kembali tumpah saat membaca setiap kata yang ditulis ibu? bukankah sebelumnya air ini sudah habis kupakai seluruhnya, kenapa sekarang bisa kembali mengalir deras seperti ini.

Kuceritakan semua isi surat itu pada Pak RT, dan meminta saran apa yang harus aku lakukan sekarang padanya. Pak RT menyarankan agar aku mengikuti apa yang ibu rencanakan dengan pergi menemui Paman Hasan yang ada di Jakarta, karena sebelum memutuskan hal itu ibu pasti sudah memikirkan dengan matang semua kemungkinan yang akan terjadi.

Tapi aku tidak mau meninggalkan rumah ini, bahkan rela di penjara hanya demi mempertahankan agar tidak jatuh ketangan Tante Mia. Rumah ini adalah satu-satunya tempatku merasa dekat dengan ibu dan ayah, tempat dimana kami biasa menghabiskan waktu bersama, sudah banyak sekali kenangan indah di sini. Aku tidak bisa meninggalkan rumah ini begitu saja.

 Pak RT terus berusaha meyakinkan agar aku mngikuti wasiat ibu dan pergi menemui Paman Hasan. Bahkan berjanji akan berusaha untuk mempertahankan rumah ini dari Tante Mia.

Akhirnya, Aku mau pergi ke Jakarta. Seperti yang Pak RT katakan, aku pergi bukan untuk lari, tapi untuk menyusun strategi pembalasan dan mengumpulkan kekuatan untuk kembali.   

  

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status