共有

Bab 5 Pengetahuan

作者: J Shara
last update 最終更新日: 2025-10-07 17:05:04

“Jadi.. apa yang harus aku ketahui sebelum aku menulis adegan intim, dok?” Ariel begitu penasaran, tangannya yang memegang pulpen siap menulis di buku catatan yang sudah ia siapkan sendiri.

“Pertanyaan yang bagus dan terlalu to the point...” kata Nathan dengan alis terangkat. “Untuk menulis adegan intim agar pembacamu bisa larut dalam tulianmu, tentu yang pertama kau harus tahu rasanya berhubungan intim, Ariel,” tambahnya dengan raut wajah serius.

“Aku siap, Dok!” koar Ariel begitu semangat.

Nathan mengangguk-ngangguk kecil. “Tapi... sebelum kamu mengenai praktik bercinta lebih lanjut, kau harus tahu urutan yang mesti kau pelajari.”

“Apa saja itu, dok?” Ariel bertanya antusias.

“Yang pertama pengetahuan, kedua keamanan, ketiga komunikasi, keempat kesiapan emosional, kelima foreplay, dan yang terakhir...”

Nathan mendekatkan wajahnya ke Ariel hingga gadis itu menarik punggungnya, wajah Nathan begitu serius menatap mata Ariel. “Intercourse itu sendiri,” tambah Nathan.

Ariel langsung menarik bukunya dan mencatat apa yang tadi Nathan katakan. “Foreplay... dan... intercourse...” gumamnya sambil mencatat.

“Jangan terburu-buru, malam ini kita pelajari tentang pengetahuan dulu,” tambah Nathan lalu menenguk air mineralnya yang tampak berembun dari luar botolnya.

“Yang pertama adalah pengetahuan, entah itu tentang sistem reproduksi pria maupun wanita. Dan aku yakin.. kau pasti sudah mendapatkan pelajaran ini di sekolah. Jadi, aku tidak akan menjelaskan terlalu eksplisit. Hanya saja.. ini bukan hanya tentang sistem reproduksi, tapi segala perubahan yang terjadi secara biologis,” terang Nathan.

Ariel terkesimak mendengar penuturan dr. Nathan barusan. “Perubahan.. secara biologis?”

“Ya, seperti.. jantung yang semakin berdebar, pelebaran pembuluh darah, pelepasan hormon.. bahkan perubahan yang terjadi di tubuh.

“Perubahan yang terjadi di tubuh.. seperti apa itu, dok?” Ariel makin penasaran, wajahnya bertanya serius.

"Seperti..."

Tiba-tiba, dengan gerakan cepat, dr. Nathan bergerak dan menempelkan bibirnya ke bibir Ariel. Ariel terkejut dan membelalakkan matanya sejenak, namun ciuman itu ternyata bukan sekedar kecupan. Ciuman itu makin dalam, bergairah dan terasa panas. Ciuman ini sangat berbeda dengan ciuman Ariel beberapa hari yang lalu.

Saat bibir Nathan menyesap bibir Ariel, Ariel tampak bingung. Ia bisa merasakan darahnya berdesir hebat, jantungnya berdebar kencang dan tubuhnya merinding. Tanpa sadar tangan Ariel bergerak melingkar ke leher Nathan dan itu seperti lampu hijau untuk Nathan untuk melakukan ciuman yang lebih bernafsu dan menuntut.

Saat ciuman itu berakhir, napas mereka terengah-rengah.

“Bagaimana? Apa yang kau rasakan?” tanya dr. Nathan sambil mengatur napasnya.

Ariel menelan ludah sekali lalu tampak berpikir dengan apa yang ia rasakan barusan. “A-aku.. merasa tubuhku agak kaku, jantungku memompa lebih cepat dan aku.. merasa merinding.”

“Lumayan, tapi... kau ini tidak berpengalaman berciuman sama sekali, ya?” pertanyaan dari dr. Nathan itu terdengar seperti mengejek. “Kau bahkan tidak membalas. Kalau seperti itu.. bagaimana kau bisa tahu rasanya berciuman?”

“Bisakah kita melakukannya sekali lagi?” pinta Ariel. Wajahnya tampak memohon dan penuh harap. “Kali ini aku akan lakukan lebih baik.”

Nathan terdiam sejenak. “Kau serius?”

Ariel mengangguk yakin.

Tanpa tunggu lama, Nathan mendekatkan wajahnya ke Ariel. Ariel memejamkan matanya ketika bibir itu hampir menempel, ia bisa merasakan hembusan napas Nathan yang halus dan hangat. Dan saat bibir itu berpagutan, Ariel mengambil inisiatif menyesap bibir Nathan yang sintal.

Nathan meraih satu tangan Ariel dan meletakkannya di dadanya. Ariel mencekram kemeja bagian dada Nathan dan Nathan menarik tengkuk gadis itu agar ciuman itu semakin dalam dan makin bergairah.

Ariel merasakan dirinya begitu menikmati ciuman itu walaupun adrenalinnya terus memacu jantungnya untuk terus memompa kencang. Membuat darahnya berdesir hebat dan entah berapa lama ciuman itu berlangsung.

“Mmhhh...”

Akhirnya ciuman itu terlepas dan napas mereka terengah-engah bak habis berlari. Mata mereka saling pandang dan wajah mereka memerah karena ciuman itu.

“Ba-bagaimana tadi, Dok?” suara Ariel terdengar gugup.

“Lumayan,” jawab Nathan singkat. “Bagaimana rasanya?”

Ariel tampak berpikir. “Sama seperti tadi, hanya saja... ada dorongan kuat untuk... melakukan lebih dari sekedar ciuman.” Wajah Ariel merah padam setelah mengatakan hal itu.

Nathan terkekeh. “Ya, seperti itulah tubuh mulai terangsang, tapi ini masih permulaan saja. Kita akan mempelajarinya lebih nanti di sesi foreplay.”

“Fo-foreplay? Apa itu, Dok?" Ariel tampak penasaran dengan istilah itu. "Daritadi aku ingin bertanya soal itu..."

Dr. Nathan terhenyak. “Foreplay pun kamu tak tahu, bagaimana mungkin kau bisa menulis cerita dewasa, tapi tidak apa-apa karena aku akan membahasnya nanti.”

“Kapan?”

“Nanti. Tapi kita akhiri pelajaran hari ini dulu.”

“Ce-cepat sekali!” protes ariel, alisnya mengerut tajam.

“Ya, kamu sudah merasakan perubahan tubuh sebelum masuk sesi yang lebih intim. Memang itu tujuan pelajaran hari ini, bukan?"

“Benar juga.. baiklah, besok aku akan datang lagi dok, bolehkan?” Ariel tampak berharap.

“Boleh. Ingat jangan telat, kalau bisa jam 9 saja karena ada yang harus kusiapkan untuk pelajaran selanjutnya.”

Ariel mengangguk pelan, menyembunyikan debar halus di dadanya yang belum juga mereda. “Terima kasih banyak, dok… atas pelajaran malam ini,” ucapnya lirih. Suaranya nyaris tenggelam oleh keheningan di ruangan itu, namun cukup bagi Nathan untuk mendengarnya.

“Ya…” jawab dr. Nathan datar, suaranya berat namun mengandung nada yang tak bisa disembunyikan. Ia mengambil botol air mineral di atas meja, berusaha menutupi kegelisahan yang samar tumbuh di matanya.

Ariel menunduk sopan sebelum melangkah menuju pintu ruang tamu. Setiap langkah terasa canggung, seolah udara di sekitar mereka masih dipenuhi sisa kehangatan yang belum sempat menguap. Sesampainya di ambang pintu, ia menoleh sejenak, menatap Nathan yang kini duduk bersandar di sofa. Tatapannya bertemu sepersekian detik—cukup lama untuk membuat dada keduanya kembali bergetar.

Ariel membungkuk sopan. “Selamat malam, Dok. Sampai besok lagi...”

"Ya," jawaban Nathan hanya singkat.

Lalu Ariel pergi, meninggalkan aroma lembut parfum dan kesunyian yang terasa terlalu berat bagi Nathan.

Begitu pintu tertutup, Nathan meneguk air mineralnya dalam sekali teguk. Cairan dingin itu tak cukup untuk meredam panas yang merambat di dadanya. Ia menyandarkan tubuh ke sofa, menatap kosong ke langit-langit seolah berusaha memaksa pikirannya tenang.

Namun sentuhan itu—lembut, spontan, dan terlalu nyata—masih melekat di bibirnya. Ia mengangkat tangan, meraba pelan bagian itu, lalu menghela napas panjang. “Sial…” gumamnya serak. “Kalau begini terus… bisa-bisa aku yang tidak bisa menahan diri.”

Dalam keheningan itu, hanya suara detak jam dinding yang terdengar. Tapi di dalam dirinya, Nathan tahu, ada sesuatu yang baru saja berubah—sesuatu yang tak seharusnya tumbuh… namun kini sulit dihentikan.

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • Ajari Aku Bercinta, Dokter Nate!    Bab 8 Seminar Keintiman

    Ariel menatap layar laptopnya dengan tatapan kosong. Cahaya putih dari monitor memantul di wajahnya, menyoroti ekspresi serius namun lelah. Jari-jarinya menari di atas keyboard, mengetik cepat beberapa kalimat untuk outline novel barunya.Ia berhenti mengetik, menatap kalimat itu dengan pandangan kosong. Kursor di layar berkedip-kedip seperti mengejek kebuntuannya.“Hhh… apalagi ya?” gumam Ariel pelan, menopang dagunya dengan tangan kiri.Di mejanya, segelas kopi sudah dingin. Di layar lain, notifikasi media sosial muncul—Cindy, rival sesama penulisnya, baru saja mengunggah postingan: ‘Launching my new book! Thank you for everyone’s support’Ariel menatap postingan itu dengan senyum miris.“Cindy meluncurkan buku barunya dan langsung booming… sementara aku di sini, masih memikirkan outline dan—” ia menatap layar laptopnya sejenak, lalu mendesah, “—dan pelajaran dari dr. Nathan…”Tiba-tiba, ting!Suara notifikasi dari ponselnya membuat Ariel tersentak. Ia meraih ponselnya yang tergelet

  • Ajari Aku Bercinta, Dokter Nate!    Bab 7 Sarung Penyelamat

    Ariel mengangguk gugup sebelum bersuara. “Lalu... apa hubungannya, Dok?”Tatapan Nathan yang tajam namun bukan menakutkan ─ lebih seperti seseorang yang menilai kesiapan lawan bicaranya. “Kau tahu gunanya kondom?” Nathan malah bertanya balik.Ariel mengangkat wajahnya perlahan, sedikit terkejut oleh pertanyaan yang tiba-tiba itu. Ia mengangguk, tapi nada suaranya ragu. “Ya... biar nggak hamil.”Nathan menatapnya tanpa ekspresi selama beberapa detik. “Apalagi?”Ariel menggigit bibirnya. “Hmm... apa ya...” ia menatap ke bawah, menatap ujung jarinya sendiri. “Kayaknya cuma itu deh.”Nathan menghela napas pendek, lalu tersenyum kecil. “Itu memang fungsi utamanya yang paling banyak dikenal. Tapi bukan satu-satunya.”Nathan merebut pulpen milik Ariel dan menarik buku catatan gadis itu, memulai menggambar garis sederhana di depan Ariel. “Kondom juga berfungsi sebagai pelindung dari penyakit menular sex seperti HIV, sifilis, gonore, klamidia... dan banyak lagi.”Ariel menatap serius. “Jadi, b

  • Ajari Aku Bercinta, Dokter Nate!    Bab 6 Safety

    “Ariel.. kau tahu, kemarin Cindy launching lagi buku terbarunya.”Ariel menahan sendok sereal di udara. “Cindy?” alisnya terangkat. “Launching buku baru lagi? Bukannya bulan lalu dia baru launching? Kok—kok sudah launching lagi?”Silvi memasang wajah takjub sembari mengusap cover buku yang ia pegang seperti mengelus kucing. “Ya, dan kau tahu, Riel… penjualannya langsung membludak dan—”“—dan kamu udah beli,” sela Ariel setengah manyun.Silvi tertawa kecil sambil memutar bola mata. “Aku membelinya dan memang ceritanya sangat bagus dan bikin penasaran tiap babnya. Lihat deh.” Ia mengayun-ayunkan buku itu seperti piala.Ariel memerhatikan judul di sampul dengan raut cemberut. Dadanya menghangat oleh sesuatu yang bukan kopi. “Cindy… penulis seangkatanku… editor George juga… kok bisa secepat itu?” gumamnya, lebih kepada diri sendiri.Silvi menyandarkan punggung ke sandaran ranjang. “Kayak gimana sih ceritanya? Penasaran nggak? Eh.. siapa tau kalau kau baca bisa membantu jadi referensimu, R

  • Ajari Aku Bercinta, Dokter Nate!    Bab 5 Pengetahuan

    “Jadi.. apa yang harus aku ketahui sebelum aku menulis adegan intim, dok?” Ariel begitu penasaran, tangannya yang memegang pulpen siap menulis di buku catatan yang sudah ia siapkan sendiri. “Pertanyaan yang bagus dan terlalu to the point...” kata Nathan dengan alis terangkat. “Untuk menulis adegan intim agar pembacamu bisa larut dalam tulianmu, tentu yang pertama kau harus tahu rasanya berhubungan intim, Ariel,” tambahnya dengan raut wajah serius. “Aku siap, Dok!” koar Ariel begitu semangat. Nathan mengangguk-ngangguk kecil. “Tapi... sebelum kamu mengenai praktik bercinta lebih lanjut, kau harus tahu urutan yang mesti kau pelajari.” “Apa saja itu, dok?” Ariel bertanya antusias. “Yang pertama pengetahuan, kedua keamanan, ketiga komunikasi, keempat kesiapan emosional, kelima foreplay, dan yang terakhir...” Nathan mendekatkan wajahnya ke Ariel hingga gadis itu menarik punggungnya, wajah Nathan begitu serius menatap mata Ariel. “Intercourse itu sendiri,” tambah Nathan. Ar

  • Ajari Aku Bercinta, Dokter Nate!    Bab 4 Deal

    “Maaf, aku sudah mengatakan pada nona ini kalau dokter Nathan sudah selesai dengan pasien hari ini,” ucap perawat berparas manis itu, sedikit khawatir melihat tamunya yang tampak keras kepala. Belum sempat Ariel membalas, suara berat nan tenang terdengar dari mulut Nathan. “Tidak apa-apa, Laura. Nona ini hanya sebentar saja,” kata dr. Nathan, langkahnya mantap dan wajahnya tetap tenang seperti biasanya. Perawat bernama Laura menatap heran, tapi segera mengangguk hormat. “Baik, dokter.” Ia lalu meninggalkan ruangan, menutup pintu dengan lembut di belakangnya. Ariel menelan ludah. Suara detak jantungnya seolah menggema di ruang hening itu. “Dr. Nathan…” ucapnya pelan sambil melangkah maju. “Aku penulis… penulis yang waktu itu datang ke seminar dokter hari Sabtu lalu. Aku sempat memperkenalkan diri—” Nathan menyandarkan punggungnya ke kursi empuk, matanya menatap lekat perempuan muda di hadapannya. “Ya, aku ingat,” katanya singkat. “penulis cerita dewasa itu, kan?” Ariel

  • Ajari Aku Bercinta, Dokter Nate!    Bab 3 Pertemuan Tanpa Janji

    Ariel masih berdiri terpaku di ujung lorong hotel, napasnya belum juga tenang meski punggung dokter itu telah lama menghilang dari pandangan. Jantungnya berdetak keras, tidak hanya karena malu atau panik—tapi karena sesuatu yang tak bisa ia jelaskan. Ada sesuatu di mata Nathan tadi, sesuatu yang membuatnya yakin kalau pria itu tidak sepenuhnya menolak dirinya. Ia mengusap bibirnya pelan. “Aku gila,” gumamnya dengan suara bergetar. Tapi senyum kecil justru muncul di wajahnya. “Setidaknya… dia tidak akan lupa padaku.” Langkah-langkah cepat terdengar mendekat. Ariel buru-buru menegakkan tubuh, bersiap kalau-kalau Nathan kembali untuk menegurnya lagi. Tapi ternyata yang muncul adalah pria berkacamata dengan wajah ramah—orang yang tadi ia lihat berdiri di dekat dokter Nathan saat seminar berlangsung. “Permisi, Nona Penulis, benar?” tanya pria itu sopan. Ariel mengangguk bingung. “Iya, saya memang seorang penulis. Ada apa, Pak?” Pria itu tersenyum kecil, lalu mengeluarkan sesuat

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status