Share

Bab 129: Video Call

Author: Duvessa
last update Last Updated: 2025-07-11 00:31:32
“Ra?” Alvano kembali memanggil, agak heran karena istrinya mendadak diam. “Kamu kenapa?”

Isvara tersentak. Jari-jarinya refleks menggeser notifikasi yang baru saja muncul di bagian atas layar dengan cepat, tapi tetap berusaha terlihat santai. Matanya tetap menatap layar ponsel, seolah tidak ada yang aneh.

Padahal, di kepalanya, sirine sudah meraung-raung: Livia. Mau bicara. Jangan bilang Alvano.

Kenapa harus sekarang? Dan yang lebih penting, apa yang Livia mau?

“Nggak ... nggak apa-apa kok,” ucap Isvara cepat, berusaha terdengar wajar. “Tadi cuma notifikasi kerjaan.”

Alvano mengerjap. Dahi kirinya terangkat sedikit. Lalu sorot matanya berubah, lebih tajam. Seperti sedang memindai layar untuk mencari celah kebohongan. “Kamu yakin? Kenapa ekspresimu kayak baru lihat setan?”

Isvara menelan ludah. ‘Iya, Van. Memang baru lihat setan. Setan bernama Livia.’

Namun, Isvara hanya bisa tertawa tipis, mencoba menutupi gelombang resah yang baru saja membanjiri dadanya.

“Perasaan kamu aja,”
Duvessa

Dunia berasa milik mereka berdua, kita bentar lagi ngontrak di Mars ya :(

| 52
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Gendhis Jawi
ya ,.. kita ngontrak di Mars kek , di Jupiter kek , di Nuvo kek ,.. ...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Akad Dadakan: Suami Penggantiku Ternyata Sultan   Bab 253: Cara Lain?

    Sepanjang perjalanan menuju ruang rawat istrinya, langkah Alvano lebih lambat dari biasanya. Ucapan dr. Lestari terus terngiang di kepalanya. Ternyata perjuangan menahan kebutuhan biologisnya selama trimester pertama tidak ada apa-apanya dibanding perjuangan Isvara yang harus menahan mual, lelah, dan nyeri setiap hari demi dua nyawa kecil dalam rahimnya. Ada rasa malu sekaligus tekad baru dalam dirinya: dia ingin jadi sandaran, bukan beban.Akhirnya, Alvano membuka pintu kamar VIP dengan hati-hati. Cahaya lampu temaram menyambutnya, bersama sosok Isvara yang sudah setengah duduk di ranjang. Wajahnya masih pucat, pipinya belum kembali berwarna, tapi begitu melihat suaminya masuk, matanya berbinar kecil, seolah itu sudah cukup untuk membuat dunia terasa lebih ringan.“Mas, dari mana?” tanyanya lembut, suaranya masih serak tapi jelas lebih segar dari sebelumnya.Alvano menutup pintu, lalu mendekat. “Baru ngobrol sama dr. Lestari. Tidur kamu nyenyak?” tanyanya kemudian, dia meraih kursi

  • Akad Dadakan: Suami Penggantiku Ternyata Sultan   Bab 252: Tanggung Jawab

    Brakk! Jefri langsung tersedak kopinya sampai nyaris keluar lewat hidung. Dia buru-buru menutup mulut dengan tangan. “Mas … maksudnya–”“Dewa! Jangan bilang kamu–”“Bukan kayak yang kalian pikir! Cuma … ya, semacam kecelakaan kecil,” kilah Dewangga cepat, kedua tangannya terangkat panik.“Dewa!” Suara Alvano meninggi, nyaris membentak. Untung saja dia masih sadar mereka sedang di kafetaria rumah sakit, sehingga nada tajam itu tertahan di tenggorokan.“Mas, sumpah aku nggak rencanain.” Napas Dewangga tersengal, matanya gelisah. “Waktu itu aku lagi di klub, terus lihat Aruna dipegang-pegang sama cowok lain. Aku mabuk, marah, dan akhirnya kelewatan.”Ya, seperti yang semua orang tahu, Aruna memang ratu klub sejak dulu.Jefri menunduk makin dalam, pura-pura sibuk mengaduk kopi, padahal telinganya panas seperti habis disetrika.“Memang kamu nggak pakai … itu?” Alvano sengaja menahan kata yang jelasnya, mengingat mereka ada di tempat umum.“Boro-boro, Mas. Namanya juga lagi mabuk, ya gas aj

  • Akad Dadakan: Suami Penggantiku Ternyata Sultan   Bab 251: Si Kembar

    Ratna menyalakan mesin USG, gel dingin kembali dioleskan ke perut Isvara. Isvara spontan menggenggam tangan Alvano lebih erat.“Relax ya, Bu. Kita cek perkembangan si kembar,” ujar Ratna lembut.Monitor menyala, menampilkan bayangan dua janin mungil yang bergerak samar. Detak jantung terdengar ritmis, memenuhi ruangan dengan bunyi yang membuat dada mereka bergetar.Alvano menunduk, matanya terpaku tanpa berkedip. “Itu … mereka makin jelas,” gumamnya lirih, seolah takut suaranya bisa merusak momen. Jemarinya refleks mengusap kepala Isvara.“Betul, Pak.” Ratna tersenyum sambil menunjuk layar. “Sekarang usia kandungannya masuk tujuh minggu lebih. Janin satu sudah 1,1 cm, janin dua sekitar 1,2 cm. Pertumbuhannya bagus, stabil, dan keduanya punya detak jantung yang kuat. Tidak ada tanda bahaya.”Isvara mengembuskan napas lega, matanya berkaca-kaca. “Mereka sehat ya, Dok?”“Sehat,” jawab Ratna mantap. “Tapi Ibu tetap harus banyak istirahat. Asupan makanan juga penting. Nanti saya atur vitam

  • Akad Dadakan: Suami Penggantiku Ternyata Sultan   Bab 250: Calon Ayah

    “Pesta dengan perut hamil?” Isvara langsung mendengus. “Yang bener aja, Mas. Aku bisa pingsan sebelum naik pelaminan. Mending uangnya dipakai buat sesuatu yang lebih berguna nggak sih?”Alvano mengangguk pelan, seolah memang sudah menebak jawaban itu. “Oke. Kalau gitu buat usaha, gimana? Kamu ada rencana mau bikin apa? Biar aku modalin.”“Modalin? Gampang banget bilang mau modalin.” Isvara menyipitkan mata.Alvano hanya mengangkat bahu ringan. “Kalau buat kamu, gampang.”Isvara mendecak, tapi tidak bisa menahan senyum tipis.“Kamu mau bikin toko kue?” usul Alvano dengan nada main-main.Isvara langsung cemberut, mengingat satu kejadian. “Mas nggak inget aku pernah bikin cheesecake gosong?”Alvano terkekeh kecil. “Oke, skip! Kalau galeri? Kamu suka lukis, ‘kan?”“Kalau terapi seni sih iya, aku suka. Tapi kalau soal lukisan? Percayalah, Mas, lukisan aku lebih cocok dipajang di TK daripada di galeri,” sahut Isvara.Pria itu mengusap rambutnya lembut. “Ya udah, bukan toko kue, bukan galeri

  • Akad Dadakan: Suami Penggantiku Ternyata Sultan   Bab 249: Kabar dan Rencana

    Alvano menoleh. Sekejap wajahnya berubah kaku. Seorang perempuan berdiri tak jauh darinya, berbalut dress hitam sederhana, tapi elegan. Rambut panjangnya terurai rapi, bibirnya melengkung dalam senyum samar. Senyum yang dia kenal, senyum yang selalu menyimpan maksud tersembunyi.“Oh, Liv.” Alvano menyapanya datar, nyaris tanpa intonasi.Livia melangkah mendekat, tatapannya jatuh ke kantong belanjaan di tangan Alvano. “Habis beli apa?” tanyanya ringan, tapi nadanya jelas menyelipkan rasa ingin tahu.“Nggak mungkin habis beli obat di toko kue, ‘kan?” sahut Alvano dingin.Senyum miring muncul di bibir Livia. “Tumben kamu ke mall sendiri. Kamu, ‘kan biasanya selalu ditemani Jefri.”“Iya. Ini permintaan istriku sendiri. Dia lagi ngidam, minta dibeliin ini.” Suara Alvano terdengar tegas, sekaligus menjadi penegasan statusnya.“Ngidam? Isvara lagi hamil?” tanya Livia lalu mengangkat alis.“Hm.” Alvano mengangguk pendek, tanpa penjelasan lebih lanjut.“Selamat ya, Al.” Senyum Livia sekilas te

  • Akad Dadakan: Suami Penggantiku Ternyata Sultan   Bab 248: Ada Apa?

    “Bukan masalah, Pak. Justru kabar baik. Lihat ini …” Sang dokter menunjuk layar, lalu memperbesar gambar. “Ada dua kantung janin. Selamat, sepertinya kalian akan jadi orang tua dari bayi kembar.”Isvara menutup mulutnya dengan tangan, matanya membesar, campuran syok dan bahagia. Sementara Alvano menatap layar itu tanpa berkedip, dadanya naik turun lebih cepat.Namun kegembiraan itu hanya sebentar. Begitu pemeriksaan selesai, Ratna kembali menoleh serius. “Tapi karena kondisi Ibu masih lemah dan tidak bisa menelan makanan, saya sarankan rawat inap dulu. Supaya cairan dan nutrisi tetap masuk,” ujarnya lembut tapi tegas.Isvara spontan menoleh pada suaminya, sementara Alvano hanya mengangguk cepat, seolah tak memberi ruang untuk tawar-menawar. “Kalau itu yang terbaik, Dok, langsung rawat inap saja.”Beberapa menit kemudian, seorang perawat datang untuk mengantar mereka. Alvano sendiri yang mendorong kursi roda Isvara menuju lantai VIP.Begitu pintu kamar rawat terbuka, aroma antiseptik be

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status