Share

Bab 204: CEO Paling Beruntung

Author: Duvessa
last update Huling Na-update: 2025-08-14 00:09:19
“Pak Alvano Narendra Putra, nggak bisa kasih jeda aku sedikit aja, ya?” suara Isvara sudah penuh keluhan begitu dia masuk ke ruangan kerja suaminya. “Baru juga aku mau makan bareng temen-temenku, langsung dikirimin notifikasi kayak alarm kebakaran. Pantes aja Jefri nggak punya temen, kamu gini-gini banget, baru ditinggal sebentar udah manggil.”

Alvano tidak langsung merespons. Dia duduk santai di sofa tamu, dengan satu set makan siang di hadapannya: nasi hangat, ayam bumbu kecap, sayur sop, dan segelas air lemon. Semua yang istrinya siapkan sebelum jam makan. Gerakannya tenang, napasnya stabil. Seolah omelan panjang barusan hanya jadi latar musik pengantar makan siang.

Pria itu melirik ke arah Isvara yang berdiri di depan pintu, wajahnya kesal, dan tangannya terlipat di dada. Ah, sungguh menggemaskan sekali istrinya itu.

“Aku cuma bilang temenin makan. Bukan sekarang juga. Tapi kamu datang. Artinya hatimu terpanggil,” ujar Alvano santai, lalu menyendok nasi dengan elegan.

Isvara melen
Duvessa

Gimana? Bikin kamu senyum-senyum ga? :)

| 33
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (3)
goodnovel comment avatar
Aruza
hehe suka banget dgn bab ni..senyuuummm saja
goodnovel comment avatar
Uut Chintyana
lanjut dobel up nya byak
goodnovel comment avatar
Jessen Farrel
eh..banget kak..senyum" sendiri kayak....
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Akad Dadakan: Suami Penggantiku Ternyata Sultan   Bab 220: Tanpa Kabar

    Di penthouse, Isvara membereskan meja makan yang masih menyisakan dua piring tak tersentuh. Ayam panggang yang tadi dia buat kini sudah dingin, sementara salad di mangkuk hanya diaduk setengah hati. Sejak Alvano pergi dua jam lalu, dia terus memandang layar ponsel, menunggu kabar yang tidak pernah datang.Dia beranjak ke ruang tamu, menyalakan TV, mencoba mencari hiburan. Namun, setiap saluran terasa bising, setiap suara seperti menusuk telinga. Remote akhirnya dia letakkan lagi di meja, dan dia duduk di sofa menghadap city light, memeluk bantal seolah itu satu-satunya penghangat yang tersisa.“Mas,” gumamnya pelan, nyaris seperti doa.Pikirannya berputar ke wajah Alvano di mobil tadi. Rahang yang mengeras, sorot mata yang dingin, genggaman setir yang begitu kencang. Dia tahu, kalau malam ini amarah itu dibiarkan lepas tanpa kendali, besok mungkin akan ada luka baru yang tak bisa dia tarik kembali.Isvara menghela napas panjang, meraih ponsel, dan mulai mengetik pesan.[Mas, hati-hati

  • Akad Dadakan: Suami Penggantiku Ternyata Sultan   Bab 219: Calon Kakak Ipar

    “Pak,” sapa Jefri singkat, mencoba mencairkan suasana, lalu menarik kursi di sebelah Alvano.Mereka memilih bertemu di sebuah bar yang tidak jauh dari penthouse Alvano. Pencahayaan temaram dan denting gelas yang beradu menciptakan suasana yang tampak santai, tapi tidak cukup untuk menurunkan ketegangan di antara mereka.Jefri sebenarnya tidak kaget ketika mendapat pesan ajakan dari Alvano. Sejak resepsionis apartemennya menyerahkan buah kiriman, dia langsung tahu bahwa Alvano ada di sana. Dan kalau Alvano ada di sana saat Adisti juga berada di sana … ya, hanya masalah waktu sebelum mereka bicara empat mata.“Sebulan kita nggak ketemu, status kita sudah berubah, ya, Jef?” Sarkastis itu meluncur dari bibir Alvano, terdengar datar tapi mengandung tekanan yang jelas. Seolah setiap kata punya bobot yang sengaja dibuat untuk menekan lawan bicaranya.Jefri hanya menghela napas pendek, menatap gelas kosong di depannya. Bukannya membalas, dia memberi isyarat pada bartender untuk menuangkan min

  • Akad Dadakan: Suami Penggantiku Ternyata Sultan   Bab 218: Bagaimana Bisa?

    “Mas!” seru Isvara refleks, nada suaranya sedikit lebih tinggi dari biasanya. Alvano langsung menoleh cepat. “Kenapa?” Jelas pria itu panik, apalagi melihat wajah istrinya yang tampak tegang. “Aduh … kayaknya aku kram perut deh. Ini ‘kan lagi datang bulan,” keluh Isvara sambil menunduk, satu tangannya menekan perut bawah. Padahal dia sudah selesai dengan tamu bulanan itu. Isvara sengaja mengalihkan perhatian Alvano ke arah kursi penumpang tempatnya duduk. Hatinya berdegup kencang, bukan karena sakit, tapi karena takut kalau suaminya melihat apa yang baru saja dia lihat. Alvano mencondongkan tubuh, berusaha memeriksa kondisi istrinya. “Kramnya parah? Kita ke dokter dulu atau–” “Nggak usah. Aku cuma mau pulang, Mas. Istirahat aja di rumah. Boleh, ya?” pintanya cepat, suaranya dibuat selembut mungkin. Alvano masih sempat ragu, tapi akhirnya menghela napas dan mengangguk. “Ya sudah, kalau itu mau kamu.” Alvano menyalakan mesin mobil, membiarkan Isvara kembali bersandar sambil memegan

  • Akad Dadakan: Suami Penggantiku Ternyata Sultan   Bab 217: Wejangan Opa

    Sekitar setengah jam kemudian, mobil berhenti di depan rumah keluarga besar Narendra.Pintu ganda sudah terbuka. Renjana, istri muda Giri, berdiri di ambang, mengenakan gaun krem sederhana. “Masuklah, Opa sedang di ruang baca. Sejak tadi tidak mau ke kamar,” ujarnya pelan.Di dalam, aroma kayu manis bercampur dengan wangi buku tua. Giri duduk di kursi kulit cokelat, selimut tipis menutupi kakinya.“Ra …,” panggilnya lebih dulu, mengabaikan cucu kandungnya sendiri. “Kemarilah. Sudah lama Opa nggak lihat kamu.”“Apa kabar, Opa? Saya dengar tadi kurang enak badan.” Isvara mendekat, membungkuk sedikit sambil tersenyum.“Ah, hanya lelah. Orang tua kalau sedikit pusing saja, rumah langsung ribut seperti mau kiamat,” jawab Giri, melirik Renjana yang tersenyum kecut.Mereka mengobrol sebentar, menanyakan kabar keluarga, saling bertukar cerita ringan. Giri sempat menyinggung masa kecil Alvano. Tawa kecil mengisi sela-sela percakapan, tapi tidak menghapus garis letih di wajah Giri.Tiba-tiba, ta

  • Akad Dadakan: Suami Penggantiku Ternyata Sultan   Bab 216: Tahu Posisi

    Akhirnya, pilihan jatuh pada restoran steak yang hanya berjarak dua blok dari kantor. Tempat yang cukup nyaman untuk ukuran jam makan siang. Sekat-sekat kayu tinggi memisahkan tiap meja, pencahayaan temaram memberi kesan tenang. Meski ramai, suasananya seolah mereka duduk di ruang makan pribadi.Pelayan baru saja meletakkan dua piring steak sirloin dengan aroma mentega bawang putih dan rosemary yang langsung memenuhi udara. Potongan dagingnya tampak juicy, masih mengepulkan uap tipis.Tanpa banyak bicara, Alvano menarik piring Isvara ke arahnya. Pisau dan garpu langsung bekerja, memotong daging itu menjadi potongan kecil yang pas untuk sekali suap.“Biar kamu tinggal makan,” ujar Alvano, seperti hal ini adalah prosedur standar makan siang. Begitu selesai, piring itu kembali ke hadapan Isvara.“So sweet sekali, Pak CEO.” Otomatis saja bibir perempuan itu melengkung tipis. Lalu dia mulai makan, dan mengunyah perlahan. “Hm …” Isvara menutup mata, menghela napas panjang seperti sedang ber

  • Akad Dadakan: Suami Penggantiku Ternyata Sultan   Bab 215: Jaga Image

    Malam itu, penthouse tenggelam dalam kesunyian. Isvara keluar dari kamar mandi, rambut setengah basah, pijakan kakinya nyaris tak bersuara. Piyama sutra tipis membungkus tubuhnya, mengikuti setiap gerak, membuatnya terlihat santai sekaligus berbahaya di mata suaminya.Alvano duduk di tepi ranjang, kaus hitamnya membentuk lekuk bahu dan dada bidang. Tatapannya mengunci Isvara dari ujung kaki hingga ke mata, dalam dan penuh arti. Tatapan yang membuat perempuan itu merasakan udara menghangat.“Kenapa liatnya kayak mau makan orang, Mas?” goda Isvara sambil mengeringkan rambut menggunakan handuk.“Karena aku lagi lapar,” sahut Alvano.Isvara terkikik mendengar itu, lalu berjalan begitu saja melewati Alvano menuju meja rias. Namun baru dua langkah, pergelangan tangannya diraih. Tarikan itu lembut tapi tegas, membuat tubuhnya jatuh perlahan ke pangkuan sang suami.“Mas, mau makan?” godanya lagi, bibirnya melengkung nakal. Sungguh, dia tak tahan melihat suaminya yang cemberut seperti itu.“Mau

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status