Share

Bab 78: Rumah Sakit

Penulis: Duvessa
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-16 02:22:24
“Mbak Wati!” panggil Isvara keras, nyaris berteriak.

Wati muncul tergesa dari kamar belakang. “Ada apa, Non?” Namun, sebelum sempat mendekat, matanya sudah menangkap wajah pucat Tuan rumahnya.

“Astaga … Tuan kenapa, Non?” seru Wati panik.

“Alerginya kambuh,” jawab Isvara cepat, panik mulai menyusup ke nada suaranya. “Pak Amin udah pulang belum?”

“Pak Amin udah pulang, Non. Saya panggilkan sekarang, atau hubungi Mas Jefri aja?”

Isvara menggeleng cepat. Napasnya pendek, seperti dikejar waktu.

“Harus ke rumah sakit. Sekarang,” gumam Isvara, lebih ke dirinya sendiri.

Percuma. Sopir mereka mungkin bisa datang dalam sepuluh atau lima belas menit, tapi Alvano butuh pertolongan sekarang. Sekarang. Setiap detik terasa seperti taruhan.

Jari-jarinya mengepal. Isvara menunduk, mencoba menenangkan napasnya, lalu dalam sepersekian detik ... dia membuat keputusan.

Tanpa pikir panjang, Isvara berlari ke laci dekat pintu. Menariknya dengan kasar. Kunci mobil Alvano tergeletak di sana, dan tanpa ragu,
Duvessa

Makasih yang udah baca sampai bab ini. Jangan lupa tinggalkan jejak ya :)

| 3
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Akad Dadakan: Suami Penggantiku Ternyata Sultan   Bab 83: Lunch?

    Beberapa kepala langsung menoleh. Dan meski pria itu hanya berdiri tenang dengan masker tipis menutupi sebagian wajahnya, semua orang tahu siapa dia.Renjiro. Atau yang lebih dikenal publik sebagai Kai Ren.BA utama Valora X Tenka. Model internasional yang biasanya hanya muncul lewat layar kampanye digital, kini berdiri di depan mereka. Seperti cuplikan eksklusif dari dunia selebritas yang tiba-tiba bocor ke ruangan mereka.Citra menatap Isvara dengan mulut setengah terbuka, lalu menatap Renjiro, lalu kembali ke Isvara. Mencoba menyambungkan benang merah yang tidak pernah dia bayangkan ada.Andre melongo tanpa suara, sementara beberapa rekan lain sudah mulai saling bisik-bisik kecil.“Kai Ren?” Retha melangkah sedikit ke depan, sedikit heran kenapa Renjiro mencari Isvara. “Ada perlu apa, ya?”Renjiro menurunkan maskernya perlahan. Senyum kecil muncul di bibirnya. Senyum yang pernah jadi headline di berbagai majalah fashion dan kini terlihat langsung, tanpa filter.“Hai. Aku nggak salah

  • Akad Dadakan: Suami Penggantiku Ternyata Sultan   Bab 82: Batas

    Livia membeku di tempatnya. Tatapannya bergeser ke pria itu, tidak percaya bahwa genggaman di pergelangannya berasal dari orang yang dulu selalu membelanya.Namun, genggaman itu bukan sekadar penahanan. Itu adalah batas. Peringatan diam yang tidak perlu diteriakkan.“Lepasin aku, Van,” desis Livia, suaranya bergetar.Alvano tidak langsung menurut. Tatapannya kini tertuju pada Isvara. Sorot matanya berubah tegas, bukan karena marah, tapi karena ingin mengakhiri semua kekacauan ini.“Jangan pernah lakukan ini lagi,” ucap Alvano akhirnya pada Livia, suaranya rendah, tapi cukup dingin. “Apa pun yang pernah terjadi antara kita, kamu nggak berhak menyentuh istriku.”Kata ‘istriku’ itu meluncur dengan tekanan tajam. Bukan untuk menyakiti Livia, tapi untuk menegaskan: posisi Isvara bukan sekadar formalitas, bukan pelindung reputasi, melainkan seseorang yang Alvano pilih dengan sadar.Livia meronta dalam satu hentakan kecil, mencoba melepaskan diri, seolah ingin menepis kenyataan yang baru saja

  • Akad Dadakan: Suami Penggantiku Ternyata Sultan   Bab 81: Keberpihakan

    Livia akhirnya melepaskan pelukannya. Perlahan. Namun, bukan karena malu, melainkan karena merasa diganggu. Dia menoleh, menatap Isvara dari ujung kepala hingga kaki, seolah sedang menilai.“Oh ... aku nggak lihat kamu di situ.” Livia tersenyum tipis, tapi lebih tajam daripada hangat. Sorot matanya menelusuri Isvara seolah sedang menilai sesuatu yang tidak terlalu penting.Alvano diam.Sunyi itu menggantung. Namun, bukan sunyi canggung, melainkan sunyi yang membuat napas terasa berat, seolah oksigen di ruangan direbut oleh ketegangan.Livia kembali menyentuh lengan Alvano dengan santai. “Aku cuma khawatir, Al. Semalam Tante Marina bilang kamu masuk rumah sakit,” ucap Livia lembut. “Aku nggak bisa tidur. Aku langsung ke sini. Aku nggak akan tenang sebelum lihat kamu sendiri.”Livia bicara seakan Isvara tidak pernah ada. Seolah ruang itu milik mereka berdua. Seolah waktu bisa diputar mundur ke masa di mana Livia masih merasa berhak atas semua yang kini telah menjadi milik orang lain.Is

  • Akad Dadakan: Suami Penggantiku Ternyata Sultan   Bab 80: Kewajiban Seorang Istri

    “Tapi dia yang kasih makanan itu ke kamu, ‘kan?” suara Marina masih tinggi.“Kami pikir itu dari Mama,” jawab Alvano. “Dikirim lewat kurir. Gimana kami bisa curiga?”Marina tampak tertegun. Sorotnya yang semula penuh kemarahan, kini bergeser menjadi bingung. Sejenak, dia menoleh ke Adisti, seolah meminta penjelasan.Adisti akhirnya ikut melangkah masuk dan berdiri di sisi lain ranjang. “Mama, serius deh. Dari tadi Mama nggak tanya kabar Vano dulu. Langsung nyalahin orang.” Marina membuka mulut, seolah ingin membalas. Namun, tidak jadi. Dia justru menarik napas dalam dan memalingkan wajah, lalu duduk pelan di kursi sebelah kiri ranjang.Beberapa detik berlalu dalam keheningan sebelum akhirnya Marina bersuara, kali ini jauh lebih lembut, “Van, kamu tidak apa-apa, ‘kan?”Alvano menoleh dan mencoba tersenyum. “Aku baik-baik aja, Mam. Untung aja istriku cepat bawa aku ke rumah sakit. Kalau nggak, mungkin aku udah—”“Jangan ngomong begitu!” potong Marina cepat sambil menepuk pelan tangan an

  • Akad Dadakan: Suami Penggantiku Ternyata Sultan   Bab 79: Bukan Salahmu

    Setelah menutup telepon dari Jefri, Isvara berdiri dari bangku ruang tunggu. Tidak lama kemudian, seorang perawat datang dan memberitahu bahwa Alvano sudah dipindahkan ke kamar rawat VIP.Tanpa menunda, Isvara segera melangkah menuju kamar yang dimaksud. Begitu sampai di depan pintu, dia menarik napas pelan, lalu mendorong daun pintu itu dan masuk.Lampu ruangan diredupkan. Hanya cahaya temaram dari dinding yang menyinari tubuh Alvano—terbaring lemah, pucat, dengan selang infus menempel di tangan kirinya.Isvara berdiri di ambang pintu. Bahunya turun perlahan, seiring napas yang dia embuskan pelan.Setidaknya … pria itu masih hidup.Kursi di sebelah ranjang, Isvara tarik tanpa suara. Dia duduk, tubuh condong, satu tangan bertumpu di tepian kasur, hampir menyentuh lengan pria itu.Sunyi. Hanya suara detak jam dan infus yang terus menetes.“Isvara …” Suara berat Alvano yang biasanya terdengar penuh wibawa, kini terdengar lirih dan lemah.Isvara langsung menegakkan tubuh. Matanya cepat m

  • Akad Dadakan: Suami Penggantiku Ternyata Sultan   Bab 78: Rumah Sakit

    “Mbak Wati!” panggil Isvara keras, nyaris berteriak.Wati muncul tergesa dari kamar belakang. “Ada apa, Non?” Namun, sebelum sempat mendekat, matanya sudah menangkap wajah pucat Tuan rumahnya. “Astaga … Tuan kenapa, Non?” seru Wati panik.“Alerginya kambuh,” jawab Isvara cepat, panik mulai menyusup ke nada suaranya. “Pak Amin udah pulang belum?”“Pak Amin udah pulang, Non. Saya panggilkan sekarang, atau hubungi Mas Jefri aja?”Isvara menggeleng cepat. Napasnya pendek, seperti dikejar waktu.“Harus ke rumah sakit. Sekarang,” gumam Isvara, lebih ke dirinya sendiri.Percuma. Sopir mereka mungkin bisa datang dalam sepuluh atau lima belas menit, tapi Alvano butuh pertolongan sekarang. Sekarang. Setiap detik terasa seperti taruhan.Jari-jarinya mengepal. Isvara menunduk, mencoba menenangkan napasnya, lalu dalam sepersekian detik ... dia membuat keputusan.Tanpa pikir panjang, Isvara berlari ke laci dekat pintu. Menariknya dengan kasar. Kunci mobil Alvano tergeletak di sana, dan tanpa ragu,

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status