Share

Akan Kubalas Pengkhianatanmu!
Akan Kubalas Pengkhianatanmu!
Penulis: Hana Makaira

Chapter 1

Pesawatku tiba pukul enam dan langsung menuju kantor Mas Firman, yang hanya sekitar tiga puluh menit perjalanan. Sengaja aku tidak mengabarinya, ingin memberikan kejutan. Pasti Mas Firman kaget dengan kedatanganku.

Ah, rindu rasanya bertemu dengan lelaki yang sudah membersamaiku selama lima belas tahun itu. Nyaris setahun aku menetap di Singapura, untuk menemani masa pengobatan jantung Papa di sana. Sesekali aku pulang, jika perusahaan membutuhkan tanda tangan atau rapat penting.

"Selamat pagi, Bu," Seorang cleaning service wanita yang tengah membersihkan jendela ruangan Mas Firman, mengangguk hormat padaku.

"Selamat pagi. Kamu apa kabar?" 

"Alhamdulillah, sangat baik, Bu. Ibu sendiri gimana? Sudah lama tidak bertemu. Bapak Irawan sudah baikan?" 

"Alhamdulillah, kabar saya baik juga dan papa saya juga sudah jauh lebih baik."

"Alhamdulillah sekali kalau begitu, Bu. Oh ya, kenapa Ibu datang pagi-pagi sekali?"

"Saya baru sampai dan rencananya mau kasih Pak Yudha kejutan. Kamu jangan bilang kalau saya datang. Saya mau ngumpet."

Cleaning service wanita yang kuketahui bernama Yati itu terkekeh geli.

"Baik, Bu."

Aku melangkah masuk dan langsung duduk di kursi yang dulu digunakan Papa sebelum akhirnya Mas Firman yang menggantikannya. Kondisi jantung Papa tidak memungkinkan untuk terlalu capek dan berulang kali drop. 

 Lorong kantor mulai ramai dengan derap suara sepatu dan obrolan yang kadang diselingi gelak tawa. 

Kulirik arloji yang melingkar di pergelangan. Pukul 07.30 WIB. Pantas saja, jam kantor dimulai pukul 08.00 WIB.

"Selamat pagi, Pak Firman," ujar beberapa karyawan, membuatku terkesiap. Aku harus segera sembunyi.

Buru-buru aku merosot ke kolong meja. Berharap ia terkejut. Karena ketika hendak duduk, tahu-tahu aku sudah berada di sana. Beruntung meja ini cukup besar. Sehingga cukup muat untuk menampung tubuh gemukku.

Kreeet. Suara pintu terdengar membuka. Aku bergidik gemas, tak sabar melihat ekspresi Mas Firman. 

"Mas, kita jadi ke Bali nggak?"

Aku terhenyak. Suara wanita?

"Jadilah. Mas udah booking tiket pesawat dan hotel di Nusa Dua."

"Seriusan, Sayang?"

Apa … Sayang?

"Serius lah. Apa tampang mas kelihatan nggak serius, hum?"

Tungkai lututku bergetar seiring jantung yang berdegup kencang. Seakan saling berkejaran dengan deru napas yang ikut memburu.

"Oh ya, istri gendutmu itu kapan pulang, Mas?"

"Entahlah. Dia mah selalu suka-suka sendiri. Kapan pergi dan kapan pulang, dia sendiri yang ngatur. Aku nggak pernah dianggap sama sekali."

"Istri begitu sih cocoknya diganti, Mas."

"Pengennya mas sih begitu. Menggantikan si gendut dengan kamu, Sayang."

"Ah, Mas bisa aja," ujar wanita itu tersipu. "Kalau begitu, kapan kamu mau nikahin aku?"

"Secepatnya! Setelah papanya meninggal, dan memastikan hartanya jatuh ke tangan mas."

Mataku terpejam seraya meneguk ludah. Menguatkan hati yang porak poranda karena melihat dengan mata kepala sendiri, suami tengah memadu mesra dengan wanita lain. Ditambah lagi rencana busuk untuk menguasai hartaku. Mana mungkin aku akan berdiam diri saja.

Suasana mendadak hening. Entah apa yang mereka lakukan. 

Perlahan aku merangkak, mengintip apa yang sedang dilakukan dua manusia lucknut itu di sofa.

Astaga, teganya mereka bercumbu mesra di ruangan Papa. Air mata mulai menganak sungai. Ulu hati pun ikut melenguh perih. Bagaimana tidak, kedatangan yang awalnya bermaksud untuk memberikan kejutan, justru berbalik bagai bumerang, yang mata tajamnya mengoyak daging hingga menembus hingga ke tulang.

Aku harus bergerak cepat. Bang Yudha dan Bang Revan adalah salah satu solusi. Seharusnya kedua kakak lelakiku itu yang paling berhak atas harta Papa. Hanya saja, karena Bang Yudha lebih memilih untuk menjalankan usaha kulinernya, dan Bang Revan mengelola supermarket di Bandung, mereka memutuskan untuk menyerahkan tahta kedudukan Brama Corporation kepada Mas Firman. 

Klik. Kutekan tombol "stop". Rekaman video dan suara percakapan Bang Firman dengan perempuan itu tersimpan rapi di gawaiku. 

Aku mendengkus sinis. Ini bisa dijadikan bukti untuk ditunjukkan ke Bang Yudha dan Bang Revan. Selama ini penilaian mereka pada Mas Firman sangat baik sekali. Aku ingin tahu seperti apa reaksi mereka nantinya.

Langkah awal adalah menyuruh Bang Yudha--selaku CEO utama untuk mencopot kedudukan Mas Firman sebagai direktur di perusahaan ini. Bila perlu, tendang sekalian dari hidup dan perusahaanku.

***

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Boedi Prihanto
mantab dan alur cerita asyik
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status