.
.
Pada malam hari di kediaman Mu, Mu Shenan terlihat sibuk di ruang kerjanya yang telah lama tidak digunakannya itu. Disana, tumpukan dokumen yang baru saja dikirim oleh asisten Bai sore tadi, cukup membuat Mu Shenan tenggelam di dalam dunianya sendiri bagai sebuah mesin yang tidak mengenal lelah.
Benar! Ia adalah pribadi yang tidak pernah merasa lelah! Sampai-sampai seluruh pegawainya pun menganggapnya sebagai dewa kemakmuran yang menjelma dalam wujud pria tampan berdarah dingin. Tidak heran jika di bawah kepemimpinannya, perusahaan Mu mampu menjadi gurita bisnis di negaranya, bahkan mulai menancapkan taringnya di negara-negara lainnya.
Namun kali ini, saat ia membalikkan berkas-berkas itu, tanpa sadar mata tajamnya terpaku pada amplop berwarna merah yang menarik perhatiannya. Sembari memainkan pulpen Visconti Ripple berlapis berlian edisi terbatas di tangannya, Mu Shenan mengambil dokumen itu dan membukanya.
Penasaran dengan isi di dalamnya, ia pun terlihat membaca laporan yang dikirimkan oleh pengacara Su itu kata demi kata. Laporan itu ditulis dengan sangat detail beserta titik dan komanya, termasuk seluruh perkataan Shen Yiyi yang sudah ditulis dengan sangat lugas. Bahkan dibelakang laporan itu, pengacara Su telah melampirkan surat perceraian yang merupakan versi terbaru, dimana isinya telah direvisi pada poin pihak pemohon dan poin kompensasi. Dengan sudut mata menyipit, Mu Shenan kemudian membaca poin itu kata demi kata.
"Shen Yiyi sebagai Pihak Pemohon....?", ucapnya tidak mengerti dengan apa yang baru dibacanya. Mengapa Shen Yiyi menjadi pemohon?! Apa-apaan ini?!
Kemudian iapun melanjutkan, "Tidak akan menerima kompensasi apapun dan- sebaliknya memberikan kompensasi kepada Mu Shenan sebagai pihak tergugat."
Membaca itu, entah mengapa harga diri Mu Shenan seketika langsung terjatuh. Mengapa sekarang dirinya yang akan diceraikan?! Apa nanti kata dunia jika mereka mengetahui bahwa dirinya yang agung itu diceraikan?!
Setelah meletakkan kembali dokumen itu kembali ke atas meja, Mu Shenan terlihat tersenyum sinis sedangkan di dalam dadanya telah menyembur letupan-letupan api kejengkelan karena tentu saja, ia merasa telah direndahkan! Atau bahkan di injak-injak oleh seekor kucing jelek bernama Shen Yiyi!
Ketika pulpen mewahnya hendak membubuhi surat perceraian itu, seketika jari jemarinya tertahan di udara. Sebuah perasaan aneh mendadak muncul di hatinya yang membuatnya enggan untuk menuruti kemauan pengganggu itu begitu saja. Mungkin hal ini disebabkan karena selama ini tidak ada satupun orang yang berani menyentil egonya sebagai seorang pria.
Tetapi wanita ini, yang dulu selalu mengagumi dan bahkan mengejarnya mati-matian, sekarang secara terang-terangan malah berani melawannya! Tidak! Seorang Mu Shenan tidak akan mau untuk direndahkan!
Dengan geram Mu Shenan kemudian merobek surat permohonan perceraian itu dan membuangnya ke dalam tempat sampah berwarna hitam yang ada disudut ruangan. Setelah surat laknat itu ia musnahkan dari hadapannya, iapun segera menghubungi pengacara Su.
"Halo, Tuan Mu.", pengacara Su terdengar menyapa bosnya dari seberang sana.
"Jelaskan padaku apa maksud pembaharuan surat itu!", kata Mu Shenan dengan lugas.
"Maaf Tuan, begitulah yang diinginkan oleh Nona Shen."
Mendengar itu, suasana hati Mu Shenan semakin tidak nyaman sehingga ia segera mematikan ponselnya begitu saja. Lalu mencari kunci mobilnya, Ia berniat untuk menenangkan diri sejenak. Sehingga ia akhirnya memilih pergi ke sebuah bar untuk meneguk beberapa gelas minuman yang mungkin dapat membangkitkan suasana hatinya kembali.
.
.
.
Sementara itu di apartemen mewah Sky Garden, Shen Yiyi telah selesai mengemasi seluruh barang-barangnya. Ada baju, tas, jam tangan dan seluruh hal yang sebelumnya ia bawa ke tempat itu. Setelah menutup koper terakhir, Shen Yiyi merasa sangat lelah. Ia melirik jam dinding di atasnya dan mendapati jika saat ini sudah pukul 19.30 malam.
"Ah...lelah sekali..", gumamnya sambil merenggangkan kedua tangannya di udara.
Setelah itu, dirinya mengambil sebuah remote control yang ada di atas meja lalu kemudian menyalakan sebuah TV besar dihadapannya.
Trending News!
Begitulah informasi pada berita yang membuat Shen Yiyi sangat tertarik. "Kira-kira ada berita apa hari ini?", gumamnya.
Tidak lama setelah Shen Yiyi duduk di atas ranjangnya, berita terpopuler untuk hari inipun akhirnya ditayangkan. Sambil mengernyitkan alisnya, Shen Yiyi tidak percaya dengan penglihatannya. Apa? Apakah yang di dalam TV itu adalah Mu Shenan?! Ia tidak menyangka bahwa pria dingin itu memiliki begitu banyak penggemar yang menantikan kedatangannya di bandara pagi ini.
"Cih!!!", ejeknya di dalam hati setelah melihat kebodohan orang-orang yang mengagungkan pria batu itu!
Tidak mau terlalu lama memandang wajah suaminya, Shen Yiyi kemudian mengganti berita itu ke acara lain yang mungkin lebih menarik. Setelah ia menekan tombol lain, mata Shen Yiyi kembali menyipit setelah melihat berita di dalamnya.
"Pemirsa, pagi tadi pemimpin perusahaan Mu-", belum sempat pembawa berita itu menyelesaikan kalimatnya, Shen Yiyi telah mengubahnya ke acara lain.
Klik! Benar-benar acara tidak bermutu!, batinnya. Namun saat Shen Yiyi menonton acara lain, rupanya beritanya juga sama saja.
"CEO Mu yang baru tiba har-", sekali lagi Shen Yiyi mengubah acara itu.
Tetapi sayangnya, setelah mencoba beberapa kali, semua stasiun TV menampilkan berita yang sama! Arkkk! Jika semua stasiun TV membicarakan Mu Shenan, maka ia tentu tidak mau menonton TV lagi!
Rasanya melihat Mu Shenan, meskipun hanya di TV, membuat suasana hati Shen Yiyi menjadi tidak nyaman. Tetapi tidak mengapa, esok hari hubungannya dengan Mu Shenan akan terputus Sehingga iapun akan bebas dari jeratannya.
Melihat pada jam dinding yang ada disana, waktu telah menunjukkan pukul 08.00 malam, Shen Yiyi hanya ingin untuk segera beristirahat. Lagipula Shen Yiyi merasa sangat yakin bahwa Mu Shenan tidak akan pernah kembali ke apartemen Sky Garden, sehingga ia pun tidak perlu terburu-buru untuk pergi malam ini juga. Masih ada esok hari untuknya kembali ke kediaman Shen.
Namun sebelum beristirahat, Shen Yiyi ingin membersihkan tubuhnya yang sudah lengket itu. Rasanya agak tidak nyaman jika ia harus tidur dengan keringat dikulitnya. Sehingga, iapun kemudian mengambil sebuah handuk besar dan membawanya menuju ke dalam kamar mandi yang ada disana.
Melihat jacussi yang biasa ia gunakan untuk berendam terpampang disana, hati Shen Yiyi seketika merasa senang. Perlahan, ia mengatur suhu air hangat itu sesuai dengan keinginannya, kemudian mengambil kelopak bunga mawar yang selalu tersedia, lalu ia menyalakan mesin aroma therapy yang biasa ia gunakan.
Setelah semuanya siap, Shen Yiyi kemudian masuk ke dalam jacussi itu untuk berendam. Sambil memejamkan kedua matanya, ia terlihat menikmati aroma wangi yang semerbak dihidungnya serta alunan musik yang begitu indah untuk didengar.
Malam ini, Shen Yiyi ingin menikmati malam yang nyaman sebagai dirinya sendiri. Ya, hanya dirinya sendiri dalam kehidupan barunya!
..."Ceklek!!", terdengar suara pintu masuk di apartemen Sky Garden itu terbuka tepat sebelum tengah malam, menampilkan sosok seorang pria besar bertubuh kekar yang terlihat mengenakan setelan jas berwarna hitam.Dengan tubuh yang tidak seimbang, ia nampak terhuyung-huyung berusaha berjalan memasuki ruangan yang saat ini sudah gelap tersebut. Samar-samar ia melihat tangga menuju ke kamar utama dan dengan perlahan iapun menaikinya.Tangannya yang nampak kuat dengan urat-urat yang menonjol, memegang lengan tangga itu satu persatu untuk menopang dirinya sendiri yang telah kehilangan kesadaran.Dari tempatnya berdiri saat ini telah tercium aroma bunga mawar yang terasa menggoda, berasal dari dalam kamar yang ada disana. Langkah demi langkah, pria itu terlihat menuju ke tempat dimana aroma itu berasal. Emosi, benci, dan perasaan direndahkan seakan telah mengambil alih pikirannya kali ini.Sambil melepaskan dasi yang terikat pada lehe
...Suhu malam yang sebelumnya memanas di kamar itu saat ini telah berganti dengan suasana pagi yang terasa sejuk dan sedikit lebih dingin. Dari balik dinding kaca, tetesan-tetesan embun pagi terlihat mengaburkan pemandangan yang ada didalamnya. Bahkan, burung-burung yang sedang terbang di udarapun tidak akan sanggup untuk hanya sedikit mengintip karena ketebalannya.Disana, suasana terasa begitu sunyi, bahkan tidak ada sedikit suara yang terdengar selain bunyi dentingan jarum jam dan deru nafas seorang pria yang terdengar sangat halus itu.Tidak berapa lama kemudian, udara dingin diluar telah berubah sedikit lebih hangat karena pancaran cahaya matahari yang telah keluar, naik lebih tinggi dari sebelumya, yang berhasil menelisik masuk untuk memperlihatkan sosok pria disana. Fitur wajahnya yang tegas, hidungnya yang mancung, bibirnya yang berwarna kemerah-merahan membuat pria itu terlihat sangat rupawan.Dibalik selimut yang tebal yang saat
..."Chiitttt!!!!!!", dari jalan besar yang ada disana, tiba-tiba terdengar bunyi deritan rem mobil BMW M6 Cabrio berwarna biru mengkilap yang tiba-tiba berhenti di pinggir jalanan sebuah taman bunga di kota S.Sebelumnya, mobil itu telah melaju dengan sangat kencang di atas kecepatan rata-rata dan juga sempat melanggar beberapa rambu lalu-lintas yang dilaluinya. Siapa yang menyangka jika dibalik kemudi mobil sedan mewah dengan konsep coupe asal pabrikan Jerman itu, terlihat seorang wanita muda dengan kulit seputih kertas yang terlihat dipenuhi oleh kissmark dibagian leher, tulang selangka, dan lengannya.Mengepalkan kedua tangannya, wanita itu kemudian memukul kemudi mobilnya dengan sangat keras. "Bang!!Bang!!Bang!!"Seolah-olah meluapkan kekesalannya, ia memukul dengan mencurahkan seluruh tenaganya, sampai-sampai kepalan tangannya itu terlihat telah memerah. Sambil terengah-engah, wanita itu terdengar sesekali menjerit karena kejen
...Dari arah jalan raya, Shen Yiyi melajukan mobilnya menuju ke kediaman Shen yang terletak di area pohon pinus yang tidak jauh dari pusat perkotaan. Setelah memarkirkan mobilnya, wanita itu terlihat membenarkan dandanannya dan juga mencari-cari syal untuk menutupi leher putihnya yang jenjang.Sekilas dari dalam mobil, Shen Yiyi melihat bahwa tidak ada yang berubah dari kediaman Shen. Asri, rindang, dan sejuk, itulah hal yang Shen Yiyi rindukan dari rumah keluarganya ini.Setelah membuka pintu mobil disampingnya, Shen Yiyi kemudian mengambil tas kecil ditangannya dan segera melangkah untuk menuju rumah besar itu. Sesampainya di depan pintu rumahnya, ia sempat terkejut karena kemunculan suara yang telah lama dirindukannya."Oh.. Cucu kesayangan kakek.. Masuklah..", terdengar suara bahagia seorang pria tua yang rambutnya sudah dipenuhi dengan uban berwarna putih keabu-abuan dari sana."Halo Kakek. Bagaimana kabar kakek?",
...Setelah masuk ke dalam kediaman Shen, Shen Yiyi mengarahkan pandangannya pada setiap sudut yang ada dalam rumah itu. "Sama sekali tidak ada yang berubah", batinnya.Semua hal di sana masih terlihat sama seperti ketika ia meninggalkan rumahnya itu sepuluh tahun yang lalu, oh tidak! Lebih tepatnya dua tahun yang lalu dikehidupan ini.Shen Yiyi melihat semua perabotannya tidak ada yang berubah! Tirai sutera berwarna coral peach yang sangat halus dan lembut itu adalah favoritnya, kursi Banqueted hitam putih karya seniman Fernando dan Humberto Campana yang menjadi kesukaannya itupun masih menghiasi ruang tamu dengan manis. Sebenarnya, semua perabot di kediaman Shen dipilih dan ditata menurut kesukaan Shen Yiyi sendiri!Saat Shen Yiyi melihat semua itu, tiba-tiba ia merasakan sebuah kehangatan menjalar masuk ke dalam hatinya yang membuatnya seketika merasa aman dan nyaman. Rasanya sudah lama sekali ia tidak merasakan kehangatan seperti
...Di kediaman Shen, ketika Shen Yiyi, Shen Haoran dan Kakek Tua sedang menikmati makan siang mereka, tiba-tiba sesosok wanita muda datang dengan memakai baju musim panas dari desainer yang cukup ternama, tas Gucci edisi terbatas, jam tangan mewah dari Paris, dan highheels menawan yang baru saja diluncurkan oleh Jimmy Choo Lang jenis metallic strappy sandal yang memikat.Sedikit melirik apa saja yang dipakai wanita itu, Shen Yiyi sudah bisa menebak bahwa ia adalah Wei Yuna! Mengapa tidak, seluruh barang yang dipakai oleh Wei Yuna adalah miliknya!Shen Yiyi baru menyadari sekarang, Wei Yuna begitu licik! Wanita itu memakai semua barang bagus untuk menonjolkan tubuhnya supaya tampak mempesona dan bahkan berencana memikat Mu Shenan, sedangkan dirinya malah memakai baju usang seperti pengemis di pinggir jalan.Mengingat itu semua, ada rasa sakit di hati Shen Yiyi, dia tidak akan membiarkan wanita ular itu menghancurkan masa depann
...Di kediaman Shen, setelah Wei Yuna pergi dari sana, Shen Yiyi merasa lega karena tidak perlu melihat paras munafik sepupu yang tidak sedarah dengannya itu.Di depan semua orang, Wei Yuna tampak begitu lembut dan penyayang, tapi siapa yang menyangka bahwa wanita itu bahkan tanpa segan melumuri tangan kotornya dengan darah orang lain untuk mendapatkan keinginannya.Sudahlah!! Shen Yiyi tidak ingin memikirkan wanita ular beludak itu. Saat ini belum tiba waktu bagi Shen Yiyi untuk membuka topeng Wei Yuna!Sejak Shen Yiyi bangkit dari kematiannya, ada begitu banyak hal yang terjadi, terutama adalah kecelakaan yang terjadi antara dirinya dan Mu Shenan semalam. Mengingat itu, sekelebat memori seketika membuat tubuh Shen Yiyi bergidik! Mu Shenan benar-benar serigala busuk!Kemudian dengan langkah gontai, Shen Yiyi melangkah menuju kamar pribadinya yang sudah sangat dirindukannya itu.Perlah
. . . Setelah Nyonya Besar Tua kembali ke rumahnya, Mu Shenan terlihat mengetuk-ngetuk meja kerjanya dengan jari-jemarinya yang panjang. Sesekali, ia membolak-balikkan dokumen dihadapannya itu, namun se-akan ada hal yang yang sedang dipikirkannya. Dari arah luar, nampak asisten Bai mendongakkan kepalanya untuk mengintip apa yang sedang bosnya itu lakukan. Setelah mengetuk pintu di depannya beberapa kali, asisten Bai segera masuk ke dalamnya untuk menyerahkan beberapa dokumen penting lainnya. Berdiri dihadapan Mu Shenan, asisten Bai hanya bisa terdiam. Bosnya ini, meskipun sudah dipanggil beberapa kali, namun belum juga meresponi keberadaan asisten Bai. "Tuan...", asisten memanggilnya, namun bosnya itu terlihat masih saja asyik dengan dunianya sendiri. "Tuan Mu..", katanya sambil menanti sebuah jawaban. Entah mengapa, kali ini, Mu Shenan sulit untuk berkonsentrasi dengan pekerjaannya, seakan ia sedang memikirkan sesuatu,