Mas Damar membawaku masuk kedalam kamar sambil memberikan kecupan ringan di wajahku. Begitu sampai di dalam, lelaki itu perlahan merebahkan tubuhku di atas ranjang. "Jangan terlalu banyak memikirkan hal-hal yang tidak pasti akan terjadi," ucapnya sambil mengecup keningku. "Aku hanya takut kamu berbagi hati dengan wanita lain mas." Lelaki yang berada diatasku ini tidak menjawab perkataanku, dia terus saja memberikan kecupan ringan diwajahku. Yang membuat badanku seketika memanas. Hawa dingin yang sejak tadi menyelimuti kami berubah menjadi hawa panas seiring dengan suara nafas kami yang juga terdengar berat. Diluar sana, suara pepohonan Pinus bergesekan tertiup angin seakan-akan menjadi melodi indah yang mengiringi penyatuan tubuh kami. Tatapan mata kami beradu, tatapan saling mencinta dan mendamba. Malam ini hanya ada kami berdua, tidak akan ada siapapun yang menjadi orang ketiga. Aku berharap cinta kami seperti layaknya pohon Pinus, kuat dan berdiri menjulang tanpa cabang. Tidak
"Pak jangan bawa suami saya, dia tidak bersalah!" aku berteriak dan berlari ke arah suamiku.Aku memeluknya dengan erat, tidak mau polisi-polisi itu membawanya. "Kami hanya menjalankan tugas Bu," jawab salah satu dari mereka yang memakai pakaian rompi. "Bawa saja saya, ini semua karena saya pak.""Mana bisa begitu dek, di kertas itu yang tertulis namaku masa kamu yang dibawa," ucap mas Damar sambil tersenyum. Bisa-bisa di saat seperti ini dia masih sempat mengulas senyuman."Dengarkan aku," ucapnya sambil membingkai wajahku. "Lakukan apa yang sudah aku katakan padamu jika ternyata kejadian seperti ini terjadi. Kamu ingat kan?" tanya mas Damar."Tidak aku tidak ingat! biar aku saja yang di bawa mereka dan kamu yang melakukan hal itu, aku tidak mau. Aku tidak mau kamu dibawa polisi ini dan di masukkan ke penjara," aku berkata sambil menangis histeris. "Bapak Damar hanya akan dimintai keterangan Bu, jika apa yang dituduhkan tidak benar dan bisa dibuktikan maka bapak tidak akan dipenj
POV DAMAR____&&____Aku berjalan ke arah lelaki yang sedang duduk di belakang meja menungguku. Lelaki yang membuatku berada di tempat ini, yang hendak memutar balikkan fakta. Sejak awal bisa saja aku melaporkan dia duluan atas tuduhan pelecehan seksual dan menerobos rumah orang serta berbuat kerusakan. Tapi aku berpikir untuk tidak melakukannya terlebih dahulu, aku berharap lelaki itu bisa berubah dan tidak menganggu keluarga kami, namun nyatanya dia memang pria brengsek. "Apa kamu menikmati tempat ini," ejeknya begitu aku duduk di kursi yang ada di seberang mejanya. "Untuk apa kamu datang kesini?" tanyaku. Sebenarnya aku sudah menduga dia akan mendatangiku di kantor polisi, dia yang keluarga kaya itu pasti bisa melakukan apa saja. Bahkan meminta tempat tertutup seperti ini untuk bertemu denganku. "Aku hanya ingin melihatmu menderita, dan saat kamu mendekam di penjara nanti aku akan memiliki istrimu," ucap mantan pacar istriku itu, yang kutahu dia bernama Zayden. Bisa-bisanya le
Sudah dua malam berlalu tapi mas Damar belum juga pulang. Malam ini adalah malam ke tiga. Lama sekali mereka menyelesaikan masalah ini, aku sudah tidak sabar lagi menunggu kabar baik dari mereka. Kupikir semua akan mudah, setelah kepergian bapak Charles langsung mas Damar akan pulang kembali.Tadi siang aku sudah ijin pada mama untuk datang menemui mas Damar, tapi mama tidak mengijinkan. Mama bilang suamiku itu akan pulang hari ini, namun aku sudah menunggunya hingga terkantuk-kantuk lelaki yang aku rindukan itu tidak juga menampakkan wajahnya. Lelah menunggu akhirnya aku tertidur juga seorang diri lagi di kamar ini. Masih di kamarku di rumah mama, mama bilang lebih baik aku menunggu mas Damar menjemputku di sini. Entah berapa lama aku tertidur saat aku merasakan hembusan nafas hangat menerpa leherku dan sebuah tangan melingkar di pinggangku. Apa suamiku sudah pulang? Aku membalikkan badan ke arahnya, dalam remang cahaya lampu kamar dan masih dalam keadaan mengantuk, aku mencoba men
Tidak seperti biasanya aku akan tertidur pulas begitu selesai melayani suamiku di ranjang. Sudah satu minggu lebih mas Damar benar-benar tidak mau ke tempat kerjanya sama sekali. Semua urusan di serahkan pada orang kepercayaannya. Aku meraih tangan yang ada di atas perutku, pelan-pelan ku sematkan cincin pernikahan kami di jarinya. Cincin mas Damar memang tidak dipakai olehnya karena mama membeli perhiasan emas, jadi cincin suamiku aku gunakan sebagai liontin di kalungku. Setelah cincin itu tersemat di jarinya, aku meletakkan tangannya diatas tanganku dengan posisi kedua cincin kami terlihat, lalu aku mengambil gambarnya dengan ponsel pintar milikku. Aku mengunggah foto tersebut di media sosial dengan caption "Semoga kita bisa menua bersama, dan berbahagia selama."Setelah aku mengunggah foto tersebut, kubuka kembali cincin itu dan kumasukkan ke kalung kembali. Setelah itu, tanganku kembali bergerak lincah diatas layar pipih tersebut. Tidak bisa tidur membuatku iseng berselancar di
Setelah kepergian Herman, mas Damar kembali masuk ke dalam rumah. Ditangannya ada kunci mobil dan amplop yang tadi di berikan oleh karyawannya itu. "Kunci mobil siapa mas?" Aku pura-pura bertanya. "Mobil yang biasa di pakai Alesha," jawabnya singkat. "Kenapa di kembalikan?" tanyaku lagi. "Dia sudah berhenti bekerja.""Kenapa? apa dia tersinggung karena tempo hari kamu tidak mau mengikutinya pergi ke kantor?" tanyaku. "Kamu mendengar percakapan kami?" tanya mas Damar.Aku menganggukkan kepala sebagai jawabannya, "Aku mendengarnya dari arah dapur," jawabku."Aku tidak peduli, sayang. Dia yang mau berhenti sendiri kan. Aku tidak memberhentikan dirinya.""Kamu sengaja tidak masuk kerja karena menghindarinya mas?" tanyaku menyelidik. "Bisa iya bisa tidak, aku memang ingin menghabiskan waktu bersama denganmu setelah semua yang terjadi menimpa kehidupan kita tanpa henti. Pernahkah kita merasakan kebahagiaan yang cukup lama? setiap kali kita mulai bahagia tiba-tiba saja ada masalah yang
Setelah Alesha mengundurkan diri, mas Damar mulai lagi bekerja seperti biasanya. Mungkin dia memang menghindari sahabatku itu waktu tidak mau pergi bekerja dulu, ya meskipun alasan lain dia ingin menghabiskan waktu bersama denganku. Aku juga mulai sering lagi datang mengantarkan makanan padanya di siang hari, kadang kala aku seperti ingin selalu melihatnya. Memandang wajahnya saat sibuk bekerja atau memandang wajahnya saat asyik makan. "Kenapa menatapku seperti itu?" tanyanya saat aku tak berkedip menatap padanya yang sedang fokus makan siang. "Aku hanya senang saja melihatmu makan dengan lahap," jawabku. "Bukankah biasanya aku juga makan dengan lahap?" "Masa, kali ini terlihat berbeda. Mas Damar terlihat makin tampan," sahutku. "Ah! kamu ini ada-ada saja,"Lelaki di hadapanku ini kembali fokus makan dan tidak mempedulikan aku yang tetap melihat kearahnya. "Kamu tidak mau makan?" tanyanya lagi.Aku menggelengkan kepalaku, "Lagi gak kepengen makan, tadi sebelum kesini sudah ngem
Mas Damar langsung memasukkan mobilnya di garasi karena hari memang sudah malam saat kami sampai rumah. Tadi kami berkeliling mencari makanan yang aku inginkan. Karena binggung akhirnya mas Damar membeli apa aja yang menurutnya memiliki rasa seperti yang aku inginkan. Ada rujak ulek, rujak bebek, asinan sayur dan ada juga asinan buah. Kedua tangannya penuh dengan plastik makanan begitu turun dari mobil, aku hanya bisa tertawa melihatnya. Kenapa dia begitu antusias dengan semua makanan itu.Setelah membersihkan diri, kami kembali bercengkrama di sofa ruang tamu. Tadi kami sudah makan malam sekalian di jalan. Mas Damar membawakan sebuah mangkuk kosong dan satu kantong plastik saat menghampiriku yang lebih dulu duduk di sofa. "Kamu mau makan ini?" tanyanya. Dia menuang satu kantong plastik berisi Asian buah kedalam mangkuk. Melihat dan mencium aromanya, air liurku benar-benar ingin menetas. Yang aku banyangkan adalah rasa asam, manis dan pedas saat menghirup kuahnya."Kamu kok bisa ta