Share

Maafkan Aku, Damar

Penulis: Isna Arini
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-09 15:01:33

Pintu kamar dibuka dari arah luar, segera aku masukkan kembali benda tajam itu ke dalam laci meja riasku. Pasti itu Damar sudah pulang kembali dari mencari air kelapa.

Segera kuhapus air mataku, meskipun tidak yakin akan menghilang jejak tangisanku disana. Aku menatap sekilas ke arah pintu, namun kemudian menunduk tidak berani menatap kearah laki-laki yang sudah menjadi suamiku itu.

"Ini minumlah ... Apa masih terasa sakit kepalanya?" tanyanya sambil menyodorkan gelas besar berisi air kelapa padaku.

Aku menerimanya tanpa mengangkat kepalaku. Kugenggam gelas itu tanpa berniat untuk meminumnya.

"Hei, ada apa?" tanya Damar.

Laki-laki itu memegang daguku yang terus saja menunduk dan mengangkat wajahku, membuatku terpaksa menatap kearahnya.

"Kamu menangis? apa masih sakit, ayo kita ke dokter saja!" ucapnya dengan nada panik.

Kutatap laki-laki di hadapanku ini, rambut dan bajunya sedikit basah. Mungkin dia kehujanan tadi, dadaku semakin sesak melihat pemandangan di hadapanku. Rasa bersalah menghujam hingga dasar hatiku. Air mataku menetes perlahan tak bisa kubendung lagi.

Kenapa laki-laki sebaik dia bisa menikah denganku, hal baik apa yang di lakukan oleh kedua orang tuaku hingga aku mendapat suami yang perhatian. Aku tahu mama dan papa benar-benar menjagaku dengan baik, hingga akhirnya aku melakukan hubungan terlarang dengan Zayden dan menghanguskan segala usaha kedua orang tuaku. Satu kesalahan yang aku buat itu menjadikan segalanya berubah, apa lagi ada kehidupan baru dalam perutku hasil dari perbuatan itu.

"Kamu kenapa? apa yang terjadi?" tanya Damar.

"Aku minta maaf," ucapku dengan bibir bergetar.

Hanya kata itu yang terucap dari bibirku. Aku ingin menceritakan semua kepadanya, jujur dengan apa yang sudah aku lakukan dan saat ini yang terjadi kepadaku. Aku ingin bercerita, tapi mulutku terasa terkunci. Hanya air mata yang terus saja mengalir deras di pipiku.

Damar meraih kembali gelas dalam genggamanku dan meletakkannya di atas meja rias. Kemudian meraih tanganku dan membimbingku ke tempat tidur. Laki-laki itu duduk di sini ranjang dan menyuruhku untuk duduk juga di sampingnya.

"Katakan apa yang terjadi, kenapa kamu meminta maaf, untuk kesalahan apa?" tanya Damar.

"Maafkan aku, Damar ...." bisikku pelan.

"Iya aku akan memaafkanmu, Minta maaf untuk apa?" tanyanya lagi.

"Aku bukan wanita baik-baik, aku tidak pantas untuk menjadi istrimu. Bagaimana aku bisa menolak untuk melayanimu, bahkan aku membentakmu saat malam pertama kita bersama," bibirku berkata sambil terisak-isak.

Rasa sesak dalam dadaku kian terasa saat aku mengingat segalanya. Bagaimana aku melakukan dosa dengan berhubung badan dengan Zayden, bagaimana aku berniat untuk menjadikannya ayah dari anak hasil perbuatanku itu, dan kini saat aku benar-benar hamil aku tak bisa melakukannya. Aku tidak bisa membohongi pria sebaik dirinya.

"Hanya karena itu, kamu menangis?" tanya Damar dengan entengnya. "Aku tidak masalah saat kamu membentakku, aku juga tidak masalah kamu belum mau melayaniku, aku akan menunggumu membuka hatimu, aku akan selalu berbuat baik padamu hingga kamu akan luluh dan menerimaku. Mungkin seperti sekarang ini, lanjutnya berkata.

"Bukan hanya itu saja Damar, aku ... Aku ...."

"Sudahlah jangan menangis lagi, aku tidak masalah dengan semuanya," ucapnya sambil merengkuhku dalam pelukannya.

Dia tidak tahu apa yang hendak kukatakan tapi sudah bilang tidak masalah dengan semuanya. Aku menangis dalam pelukannya, badanku berguncang, kurasakan tangannya mengelus punggungku seakan memberikan ketenangan. Aku memeluknya dengan erat, menumpahkan segala beban dosa yang menghimpit dadaku.

Entah berapa lama aku menangis dalam dekapannya, hanya ada isakkan dariku, laki-laki yang sudah menjadi suamiku itu hanya memelukku dalam diam. Menenangkan diriku tanpa kata. Hujan diluar masih terdengar lebat, air tercurah dari langit seolah menemaniku yang sedang meratapi kebodohanku.

Setelah lama menangis, akhirnya tangisku mereda seiring berkurangnya rasa sesak di dadaku. Aku menarik diri dari dekapan Damar, mendongak kepala dan menatap kearahnya. Pandangan kami bertemu, laki-laki dihadapkanku itu tetap terdiam tanpa kata. Tangannya terulur dan membersihkan jejak-jejak air mata yang ada di pipiku. Dan entah siapa yang memulai, tanpa sadar bibir kamipun bertemu, menyatu dan saling ingin memuaskan.

Malam itu kami menyatukan diri, diiringi suara hujan di luar sana yang membuat suasana semakin berbeda. Aku merasa bersalah kembali, bagiamana aku melakukan hubungan ini saat ada janin lain dalam perutku yang bukan milik suamiku. Apakah dosaku semakin berlipat-lipat Tuhan?

Tadinya aku ingin menolaknya tapi kali ini aku tidak kuasa, aku tidak bisa membuatnya kecewa, setelah membuatnya berhasrat kepadaku. Lagi-lagi sudut mataku berair, saat suamiku menyelesaikan hajatnya dan membisikkan kata terimakasih dan mencium keningku. Aku merasa sangat di hargai dan di cintai, hal yang tak pantas di terima perempuan sehina diriku.

"Maafkan aku, Damar ...." bisikku sebelum akhirnya terlelap tidur pulas dalam pelukannya.

***

Aku terbangun karena perutku bagian bawahku terasa sangat sakit. Apa ini reaksi dari jamu dan nanas yang aku makan, tapi bukankah semuanya keluar karena aku muntah, ditambah lagi aku meminum susu.

Ku tatap jam mungil di dinding kamarku, ternyata baru tengah malam berarti aku belum lama tertidur.

"Aakkkh ...."Refleks aku berteriak saat tiba-tiba perutku terasa sakit kembali.

Damar terbangun mendengar teriakkanku.

"Ada apa? apa kamu kesakitan lagi?" tanya Damar khawatir.

Aku menganggukkan kepala sambil memegangi perutku.

"Ayo kita kedokteran, kamu perlu mendapatkan pertolongan dari dokter. Aku tidak mau terjadi apa-apa padamu."

Damar berkata dengan panik, laki-laki itu bergegas memakai bajunya. Mengambil pakaian ganti untukku di dalam lemari dan membantuku memakainya.

"Tidak usah kedokteran, aku tidak apa-apa nanti juga sembuh sendiri," tolakku.

Bagaimana bisa dia membawaku kedokteran, jika kami kesana pasti aku akan ketahuan jika saat ini sedang hamil. Aku belum siap menghadapinya, aku takut Damar akan marah dan meninggalkanku. Aku mulai menyukai laki-laki itu, tidak bisakah aku egois dan ingin menyembunyikan kesalahanku darinya.

"Bagaimana tidak ke dokter? kamu terlihat pucat. Jangan membantah lagi!" ucapnya.

Tangannya terus sibuk membantuku berganti pakaian. Setelah itu membopongku dalam gendongannya dan dengan tergesa berjalan keluar kamar.

"Mas ... Jangan bawa aku ke dokter," pintaku memohon.

Aku sengaja memanggil dengan sebutan mas berharap agar dia menuruti keinginanku dan membawaku masuk ke kamar lagi. Tapi ternyata dugaanku salah. Dia malah menatapku dan mengeratkan dekapannya, lalu dengan tergesa menuruni tangga yang menghubungkan lantai atas dan bawah.

Aku pasrah, mungkin hari ini adalah akhir dari segalanya. Aku akan di campakkan oleh suamiku di saat aku mulai mencintainya.

🍁🍁🍁

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (5)
goodnovel comment avatar
LAILI YANI
keren dan lanjutkan
goodnovel comment avatar
Yan Sudi Ana
mantap lanjutkan
goodnovel comment avatar
Danny Ramdani
lanjutkan mah..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Akibat Berzina Sebelum Menikah    Pilihlah Untuk Tidak Melakukan Kesalahan

    Pada akhirnya kami memberikan nama Ammar pada anak ketiga kami, nama itu memiliki arti yang bagus dan juga termasuk paduan dari namaku dan nama mas Damar.Kami dikaruniai lagi anak laki-laki yang lucu. Dulu saat kami begitu ingin Yang Kuasa belum berkenaan memberikannya, sekarang dengan mudahnya semua diberikan kepada kami. Seperti itulah rezeki, jika belum menjadi hak kita meskipun hampir ada dalam genggaman tetap saja akan terlepas juga. Semua keluarga lagi-lagi berkumpul di rumah ini untuk ikut berbahagia bersama kami. Hanya Nisa dan suaminya yang tidak bisa datang karena sedang hamil juga. Akhirnya adik iparku itu juga hamil saat ini. "Apa kamu masih tidak suka papa menjodohkanmu dengan pria pilihan papa?" tanya papa sambil mengelus kepalaku. Aku sedang berada di kamar membereskan baju-baju juga hadiah dari teman-temanku dan keluarga kami untuk baby Ammar dan papa barusan masuk ke kamarku sambil membawa hadiahnya untuk cucunya. "Kenapa papa bilang seperti itu, kalau aku menye

  • Akibat Berzina Sebelum Menikah    Induksi Alami

    POV DAMAR____________Aku sudah menyiapkan semua sebelum berangkat ke rumah sakit. Termasuk melakukan reservasi hotel didekat rumah sakit. Aku pikir jika belum ada pembukaan atau baru pembukaan awal, kami akan menginap di hotel terdekat dengan rumah sakit. Mengingat hari ini sudah masuk Hpl nya, agar tidak terlalu jauh mondar mandir dari rumah ke rumah sakit. Si kembar sudah aman bersama dengan neneknya, jadi kami tidak perlu mengkhawatirkan mereka berdua untuk saat ini. Kami berjalan beriringan menuju kamar hotel yang sudah kami pesan, beristirahat dan rileks sebelum melahirkan mungkin bisa juga menjadi pilihan untuk Amelia saat ini. "Mau istirahat atau mandi dulu," tanyaku begitu kami memasuki kamar. "Aku ingin rebahan dulu mas," jawabnya sambil merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur yang cukup luas untuk kami berdua. Aku meletakkan beberapa barang bawaan yang tadi sempat aku bawa serta kedalam kamar. Setelah itu ikut merebahkan diri disampingnya. Aku mengelus-elus pinggangn

  • Akibat Berzina Sebelum Menikah    Anak-anak yang Manis

    "Perut mama besar ya?" tanya Yumna sambil memegang perutku yang sudah membuncit."Iya, ada adiknya, Sayang," jawabku sambil membelai rambutnya. "Boleh sayang adik?" kali ini Zikri yang datang menghampiriku. "Tentu boleh," jawabku sambil merentangkan kedua tanganku. Membiarkan kedua anak tersebut memeluk perutku. "Wah adiknya bergerak-gerak," pekik Yumna kegirangan. Sepertinya dia merasa gerakan yang ada di perutku, yang barusan juga aku rasakan. "Hai anak-anak, kalian sedang apa?" tanya mas Damar yang baru selesai mandi. Dia baru saja pulang dari bekerja meskipun baru tengah hari."Ada adik di dalam sini, dan dia bergerak-gerak," seru Yumna kegirangan."Apa kalian sayang adik?" tanya mas Damar lagi. "Sayang ... sayang," pekik ke-duanya sambil loncat-loncat. "Mau segera betemu dengan adik?" tanya mas Damar sambil mengelus perutku. "Mau!" jawab Zikri. "Kalau begitu hari ini Yumna sama Zikri menginap di rumah nenek yaa, mama sama papa mau ke dokter biar adiknya cepat keluar."

  • Akibat Berzina Sebelum Menikah    Lahirkan Anak Untukku

    POV FARHANKu kecup kening wanita berpipi tirus yang tertidur di samping kemudian aku menyelimutinya. Siang tadi dia pingsan lagi gara-gara panik memikirkan putranya. Entah apa penyebabnya, jika panik melandanya dia akan pingsan. Kuhela nafas panjang sambil menatap langit langit kamar kami, begitu banyak cobaan yang menimpanya hingga dia seperti ini dan aku adalah salah satu orang yang mempunyai andil dalam penderitaan yang menimpanya. Beruntungnya dia tidak mengalami depresi meskipun banyak hal yang dia pendam.Malam itu saat dia tidak sadar karena ku beri obat tidur aku menggaulinya. Aku berpikir saat umi menyuruhku untuk menjemputnya di malam hari, itu adalah sebuah keberuntungan buatku. Beberapa kali melihatnya timbul keinginanku untuk mencicipi tubuhnya. Hingga saat umi memintaku untuk menjemputnya kemudian mengantarkannya ke pesantren aku malah membawanya ke rumah kami setelah dia tidak sadar karena obat yang aku berikan.Namun aku mendapati sebuah kecewakan, ternyata dia tid

  • Akibat Berzina Sebelum Menikah    Nama Calon Anak Ke-tiga

    Rivani dan Ziva berserta para suaminya sudah pulang karena waktu semakin sore. Di rumah tinggal aku dan Alesha juga si kecil Yumna. Alesha belum pulang karena menunggu suami dan anaknya. Mereka pergi sejak tadi dan belum juga pulang.Alesha mencoba untuk menelepon suaminya, Farhan. Namun sepertinya tidak tersambung, mungkin smartphone milik suaminya itu kehabisan baterai atau bagaimana. Makin lama aku melihatnya sepertinya Alisa mulai nampak khawatir dann panik."Kenapa alesha?" tanyaku. "Nomor telepon Mas Farhan tidak bisa dihubungi, kenapa ya? Mereka sudah pergi sejak tadi tapi kok tidak pulang-pulang aku takut mereka kenapa-napa," jawab Alesha."Tenang saja kan mereka pergi bersama mas Damar juga. Nanti kalau sudah selesai urusannya pasti mereka akan kembali," ucapku menenangkannya."Aku coba telepon mas Damar ya, siapa tahu nomornya bisa dihubungi," ucapku sambil mencari ponsel milikku.Alisa mengangguk tapi terus mondar-mandir di ruangan sambil melihat ke arahku. Begitu menemuka

  • Akibat Berzina Sebelum Menikah    Kedatangan Bisma

    POV DAMARAmelia datang ke teras belakang dengan wajah panik, seperti ada sesuatu yang terjadi di depan sana entah apa itu."Ada apa?" tanyaku begitu dia menghampiriku."Di depan ada Bisma," ucapnya sambil menatap ke arah suami alesha, Farhan.Aku bisa menduga kenapa kekhawatiran terlihat diwajahnya. Mungkin saja diia mengira Bisma akan melakukan hal-hal yang tidak kami inginkan."Tenanglah aku akan ke sana menemuinya," ucapku menenangkan istriku"Aku ikut," sahut Farhan.Aku dan Amelia saling berpandangan sepertinya Farhan sudah mengetahui atau mungkin sudah pernah mendengar nama Bisma."Ada apa?" tanya suami Rivani."Bukan apa-apa, hanya sepupuku datang bertamu. Sebentar ya kalian tidak apa-apa kan aku tinggal di sini," ucapku yang dibalas anggukan oleh kedua suami dari teman Amel ini.Aku bergegas ke depan diikuti oleh Amelia dan juga Farhan. Terlihat Bisma sedang duduk di teras dengan santainya di antara para wanita-wanita yang menghadang di depan pintu."Sepertinya di rumahmu sed

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status