Share

Pembatalan Pertunangan

Author: R. Sheehan
last update Last Updated: 2022-11-18 18:11:01

"A-Apa yang baru saja kau katakan?" Dengan bibir bergetar Friska bertanya kembali. Tidak yakin dengan apa yang baru saja dirinya dengar

Mahendra menatap lurus ke depan. Sepasang tangan yang tadi terulur meraih botol wine yang dipegang oleh Shena. 

"Aku katakan, aku juga tidur dengan wanita lain tepat saat kau berselingkuh dengan aktor cilik itu."

Friska terperanjat, sedangkan Shena memiliki keringat dingin di punggungnya. Tanpa sadar ia menundukkan kepala, tidak berani menatap mata tajam pria itu yang kini penuh selidik mengamatinya.

Mahendra menuangkan sendiri minumannya di gelas kaca yang ada di troli, mengisinya separuh lalu menenggaknya di tempat sampai habis. Sebelum dia membalikkan badannya, ia melirik ke arah name-tag di dada Shena.

"Aku menunggumu di tempat pertemuan. Kau hadir atau tidak, tidak akan menghentikan pembatalan pertunangan ini!"

"Tunggu ... Mahendra tunggu. Kau harus jelaskan padaku maksud perkataanmu!" Friska terhuyung-huyung menyamai langkah panjang Mahendra tapi pintu tertutup menghentikannya di tempat.

Terengah-engah akibat marah, wanita itu berteriak histeris. Tangisan dan jeritan memenuhi seluruh ruangan yang berisi empat orang tersebut.

Satu jam kemudian setelah Friska dan antek-anteknya keluar dari kamar, Shena mulai membersihkan ruangan itu dibantu dengan Luna yang tiga puluh menit lalu datang menghampiri.

"Em, apa kau baik-baik saja?" Luna yang khawatir menanyakan lagi keadaan temannya yang di rasa dalam kondisi tidak sehat.

Shena menggelengkan kepalanya, tersenyum kecil demi menunjukkan kalau dia baik-baik saja. Tadi dia muntah lagi. Untungnya tidak ada siapapun di kamar itu saat dia kembali memuntahkan makan siangnya ke dalam toilet. Kini, dia hanya merasa lelah dan lemas dan ingin segera beristirahat.

"Selepas bersih-bersih ini beres, aku bisa membantumu meminta izin pada manajer agar kau bisa pulang lebih awal, Shena. Itu pun kalau kau mau."

Bayangan untuk segera menuntaskan pekerjaan melayang-layang di benak Shena. Kedengarannya bagus sekali, pikirnya, tapi itu tak mungkin. Dia berada di shift pagi dan jam pulangnya tersisa beberapa puluh menit saja. Dia pikir dia bisa menahannya sampai pekerjaannya usai.

"Tidak apa-apa, Lun. Aku tunggu saja sampai kita pulang."

Di sisi lain, ballroom hotel terdapat banyak wartawan yang sedang meliput konferensi pers yang diadakan oleh Presdir The Muneer Hotel. Berita tentang pengumuman pembatalan tunangan itu membuat ruangan tersebut ramai seperti sekumpulan lebah.

"Tuan Mahendra, jika demikian apakah hal ini juga alasan Anda tidak menunjukkan identitas Anda kepada publik?" Seorang wanita memakai kacamata bening mengangkat tangan lalu mengajukan pertanyaan.

Mahendra yang duduk tenang di platform bersama dengan Friska memiliki wajah dingin khasnya. Saat banyak lampu kamera berkedip memfoto dirinya, sepasang matanya berkedip normal seakan sudah terbiasa.

"Saya hanya tidak ingin membuat Nona Friska bermasalah setelah publik tahu bahwa saya adalah tunangannya. Apalagi saat itu, dia sedang berada di puncak karir dan saya pikir cukup membuat publik tahu dia bertunangan tanpa perlu saya juga muncul. Hanya dengan berita itu pun sudah membuat Nona Friska serta manajemennya kewalahan dalam mengatasi para fansnya yang mencintainya." papar Mahendra dengan suara mantap. 

Friska yang sedari tadi diam dan hanya menjawab singkat sesekali pertanyaan dari reporter lantas memalingkan mukanya ke samping. Polesan make-up yang tebal mampu menyamarkan wajahnya yang bengkak habis kebanyakan menangis.

Seandainya bukan karena ayahnya meneleponnya di saat-saat terakhir dan memberikannya ancaman yang membuat dia tak berkutik, mungkin hari ini dia akan melakukan segala cara untuk menggagalkan acara ini.

"Nona Friska, beri kami komentar Anda. Apakah tidak ada yang ingin Anda jelaskan pada kami? Kepada fans Anda?"

"Nona Friska, apa Anda benar-benar setuju dengan keputusan ini?"

"Tolong, beri kami penjelasan."

Mahendra memberikan isyarat kepada sekretarisnya, agar menyudahi wawancara tersebut.

"Ayo pergi." Suara pria itu begitu dingin, tidak ada jejak kelembutan sama sekali saat dia berbicara dengan mantan tunangannya.

Kedua tangan Friska bergetar keras, usahanya dari tidak menunjukkan kemarahannya di hadapan publik. Dengan kepala terangkat, menampilkan senyuman terbaik, ia ikut berdiri kemudian pergi dari ruangan tersebut bersama dengan Mahendra dan dikawal oleh para bodyguard pria tersebut.

Rombongan Mahendra lantas masuk ke dalam lift eksklusif, berniat pergi ke kamarnya untuk mengambil barang-barangnya sebelum dia memutuskan pergi dari hotel. Setelah mereka tiba di lantai yang dituju, ia berkata pada Cheryl. "Kita akan berpisah di sini. Tolong jaga dia dengan baik."

"Mahendra!"

"Tidak ada yang perlu kita bicarakan. Aku harap, ini adalah terakhir kalinya kita bertemu." kata Mahendra tanpa melihat wanita itu yang kembali ingin menangis di tempatnya. Namun sang manajer yang telah bersiap, memegang tangannya erat agar sang artis asuhannya tidak mengejar, apalagi bertindak histeris seperti tadi.

Dalam perjalanan menuju ke kamarnya, Mahendra berbicara pada sang asisten, "Aku bertemu dengan wanita itu tadi. Temukan dia lalu bawa ke kamarku." 

Asisten itu menjawab singkat perintah tersebut dan patuh pergi dari sana. Tanpa perlu sang bos menyebutkan siapa wanita yang dimaksud, dia sudah tahu siapa orang tersebut.

Shena yang telah bersiap untuk pulang, dihentikan di sebuah koridor menuju ke pintu keluar saat di hadapannya dia melihat Rafael telah menunggunya. Ia menghentikan langkahnya, mencoba untuk berbalik pergi, tapi panggilan pria itu membuat langkahnya hampir tersandung.

"Shena, tunggu. Aku ingin bicara denganmu!"

Tapi bagaimana mungkin Shena mau berhenti saat dia jelas-jelas menghindari bertemu dengan Rafael apalagi berbicara dengannya.

Sayangnya, langkah kakinya tidak dapat menyamai langkah panjang Rafael. Ketika tiba di tikungan, lengannya dipegang kuat oleh tangan yang kuat dan punggungnya menabrak dinding. 

"Akh!" Shena menjerit tertahan begitu benturan di punggung mengejutkannya.

Di hadapannya, Rafael menjebaknya di dinding. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Akibat Satu Malam dengan Tuan Muda   Extra Bab - Honeymoon

    Mahendra menepati janjinya pada Shena. Ia membawa sang istri pergi ke banyak tempat yang memungkinkan wanita itu cukup bersenang-senang. Mereka bersepeda, berjalan-jalan memanjakan mata dengan pemandangan di sekitar yang nampak menakjubkan. Mereka juga melakukan tamasya di setiap kota-kota yang mereka jelajahi. Semua tempat mereka kunjungi. Basel, Bern, Lucerne, Jenewa dan terakhir adalah Zurich. Pada akhirnya, sebelum kota dataran rendah menjadi sibuk karena awal musim dingin, kedua pasangan itu pergi ke pegunungan di mana resort ski telah di buka. Saat mereka mencoba kereta gantung, Shena mendapat kejutan dari Mahendra berupa di daftarkannya sang istri ke salah satu Universitas swasta yang ada di Jakarta. Karena tak sanggup berpisah jauh, Mahendra memutuskan membuat Shena melanjutkan pendidikannya di kota Jakarta saja. "Aku sudah menyelesaikan pendaftarannya untukmu. Langkah selanjutnya yang harus kau persiapkan adalah mengikuti setiap tes bagi mahasiswa baru." Mahendra yang mene

  • Akibat Satu Malam dengan Tuan Muda   Extra Bab - Honeymoon

    Shena menahan erangannya, berusaha mengalihkan perhatiannya pada apa pun yang dapat membawanya ke kesadaran semula. Namun sulit. Mahendra terlalu terampil menciumnya. "Tunggu, tunggu...." Shena menyela dengan suara serak. Digelengkannya kepalanya ke kiri dan kanan untuk menjauhkan lehernya dari kecupan bibir pria itu yang terasa dingin dan panas."Hum?" Respons pria itu masih sama, acuh tak acuh seolah melihat Shena agak kesusahan merupakan pemandangan nikmat buatnya."Aku perlu makan, Ya Tuhan, Sial! Aku lapar sekali!" Shena berseru keras, hampir jatuh lemas sebab beban berat di belakangnya. Kata-kata tak singkron pun di ucapkannya tanpa sadar. "Kau bisa melanjutkan makan, dan aku juga begitu." kekeh pria itu terdengar menyebalkan."Tapi ...."Keluhan Shena teredam ciuman menuntut lainnya di mulutnya yang terasa kebas. Padahal baru tadi malam mereka berhubungan intim, tapi pria ini seperti sedang kerasukan iblis cabul karena terlalu bersemangat di pagi hari. Walau dia juga menikma

  • Akibat Satu Malam dengan Tuan Muda   Suami Istri Bersenang-senang

    "Aku lapar.""Kau lapar?" Mendengar sang istri berkata lapar, lenyap sudah kekesalannya. Ia menatap ke sisi meja yang ada di depan tempat tidur, di mana hidangan untuk makan malam mereka masih ada di sana, belum terjamah dan pasti sudah dingin pula."Kalau begitu aku panaskan dulu makanannya." ucap Mahendra seraya mengangkat Shena yang berbaring di atas tubuhnya.Shena menggelengkan kepalanya pelan, "Tidak perlu di panaskan, kita bisa langsung makan saja." tolaknya lalu bangun dan duduk.Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling, mencari kardigannya untuk menutupi ketelanjangannya di balik selimut. Mahendra berdiri duluan, berjalan menuju ke pinggir jendela di mana mereka memulai dan membungkuk untuk mengambil kardigan merah. "Kardigannya sobek, tidak bisa kau pakai." ujarnya dengan seringai seraya menunjukkan kain compan-camping itu ke arah Shena."Aku sudah ingatkan kau agar jangan merobeknya, tapi kau tidak mendengarkan." balas Shena cemberut.Sebagai gantinya, Mahendra mengambil

  • Akibat Satu Malam dengan Tuan Muda   Kejutan Untuk Suami

    "Hati-hati jalannya. Angkat kakimu seperti sebagaimana kau menaiki tangga di rumah." kata Shena di samping telinga sang suami."Masih jauh?" tanya Mahendra penasaran sekaligus lelah. "Sabar. Sebentar lagi kita sampai." jawab Shena sambil menggandeng lengan sang suami menaiki tangga satu persatu.Berjalan sambil ditutup matanya itu benar-benar tak enak sama sekali. Apalagi tadi, dia sudah tersandung kaki meja dan hampir jatuh terjungkang ke depan. Untung Shena langsung menariknya atau kalau tidak, sudah memar wajahnya dikarenakan terantuk lantai.Semuanya bermula dari setengah jam yang lalu. Di mana setelah mereka selesai menghabiskan waktu dengan menonton film, Shena tiba-tiba mengajaknya keluar.Awalnya dia tidak curiga sedikitpun akan permintaan mendadak sang istri, tapi setelah di pertengahan jalan Shena meminta agar kedua matanya di tutup dengan kain segala, ia mulai menaruh curiga bahwa sang istri pasti sudah merencanakan sesuatu untuknya. Dan tampaknya, dia tahu kejutan apa itu

  • Akibat Satu Malam dengan Tuan Muda   Pemotretan Keluarga

    Askara melakukan sesi foto bersama dengan ayah dan ibunya untuk yang pertama kali. Sesi pemotretannya dilakukan di salah satu kamar tamu yang jarang digunakan, meski begitu tetap terawat dengan baik oleh para pembantu di rumah.Tanpa Shena tahu bahwasanya sekarang, sang suami telah berencana membangun rumah impian mereka yang diperkirakan akan rampung dalam satu tahun mendatang. Rumah mewah yang memiliki tiga lantai itu akan diberikan Mahendra pada sang istri tercinta. "Tidak masalah, Kek. Aku juga maunya memberikan hadiah untuk istriku." Sebelum sesi pemotretan dilakukan, pada pagi hari nan cerah pukul sepuluh, kakek dan bibinya berada di rumah. Tidak kemana-mana, karena hari itu juga hari libur. Selagi menunggu Shena selesai di dandani oleh MUA yang dibawa Angga, Mahendra diseret Rossa untuk membicarakan masalah pembangunan rumah baru itu."Lalu nanti bagaimana dengan rumah yang kakekmu berikan padamu?" tanya Rossa dengan kedua mata melotot. Tampak sekali kalau dia gemas dan mar

  • Akibat Satu Malam dengan Tuan Muda   Sukses Memberikan Hadiah

    "I-ini apa artinya?" Shena bertanya bingung. Bolak balik Shena melihat pada Mahendra yang duduk di sampingnya, lalu beralih pada surat-surat kepemilikan restoran dan tanah itu yang mengatasnamakan dirinya. "Sejak kapan?" Pikir Shena. "Sejak kapan Mahendra mempersiapkan kejutan ini? Membeli restoran yang sangat ingin dia kunjungi?" "Bukankah ini terlalu berlebihan?" tanya Shena dengan tatapan bingungnya. Mahendra menautkan alisnya, "Berlebihan?"Wanita itu mengangguk, "Kau tak perlu membelikan aku ini. Aku-- aku hanya ingin melihat glass house itu saja karena kulihat di foto waktu itu bagus sekali tempatnya. Aesthetic. Dan kau---""Kau tidak mau?" "Ya?""Menerima hadiah dariku. Kau keberatan karena aku membelikanmu restoran ini?""Sejujurnya iya. Aku pikir tak usah ... Mahendra, tunggu. Kau mau ke mana?" Shena tersentak kaget melihat prianya beranjak bangun dari duduknya. Dilihat dari sisi wajah Mahendra yang mana rahangnya mengetat, ia langsung sadar telah melakukan kesalahan.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status