Home / Romansa / Aksa! / Mainan Baru?

Share

Mainan Baru?

Author: PlutoPen
last update Last Updated: 2021-09-02 20:45:18

Pitaloka sudah siap dengan seragam sekolahnya. Ia terlihat begitu cantik dan anggun menggunakan seragam itu. Tetapi, hanya ada satu yang kurang, yaitu mukanya. Mukanya terlihat seperti orang yang sedang kecewa.

"Kenapa muka kamu kayak gitu?" tanya Gino. Ia adalah ayah Pitaloka, sekaligus pimpinan sebuah mafia terbesar yang ada di kota ini. Nama kelompok mafia itu adalah Dragon.

"Kemarin pas Pitaloka nggak masuk, ternyata ada anak baru yang nantang butterfly, dan katanya anak baru itu menang." Pitaloka menyesal karena memilih membolos kemarin. Ia menyesal karena tidak melihat siapakah sosok anak baru itu.

"Cuman itu? Kan di kamar ayah ada rekaman CCTV-nya lihat sana gih."

"Oh, iya. Pitaloka lihat dulu."

Pitaloka langsung berlari ke kamar ayahnya. Ia menyalakan laptop ayahnya, ia mencari sebuah rekaman CCTV. Ayahnya memiliki rekaman itu karena, ia adalah pemilik sekolah SMA Nusa Bangsa, jadi wajar saja kalau ia tau setiap kegiatan yang ada di sekolah tersebut.

Pitaloka memutar rekaman tersebut. Ia tersenyum melihat Aksa berada di atas arena. Ia fokus melihat laki-laki yang menjadi partner Aksa, karena ia tau kalau tidak mungkin Aksa lah yang mengalahkan butterfly.

Dipertengahan video Pitaloka tersenyum, karena tebakannya benar. Ia melihat kalau Aksa sudah terkapar di atas matras. Tetapi, beberapa menit kemudian, senyumannya luntur. Ia tidak menyangka kalau Aksa lah yang mengalahkan butterfly.

"Anak itu menarik juga," ucap Gino. Ia juga penasaran siapa orang yang bisa mengalahkan butterfly, makanya ia juga melihat rekaman tersebut.

"Tapi, terlalu bahaya kalau dia terus-terusan ikut duel, bisa-bisa murid dan guru yang lain tunduk sama dia, dan mereka semua membantah perintah ayah." Pitaloka menyimpulkan hal terburuk yang akan terjadi jika Aksa terus-menerus memenangkan duel. Ia tidak ingin kalau laki-laki itu menjadi musuh bebuyutannya.

"Kenapa kamu takut? Kamu hanya tinggal dekati dia, bikin dia takluk sama kamu."

"Mainan baru." Pitaloka senang karena akhirnya ia menemukan orang untuk ia taklukan. Mulai sekarang ia akan membuat Aksa tergila-gila dengannya.

*****

Pitaloka sudah berada di sekolahan. Ia menemui kedua sahabatnya untuk menanyakan kejadian kemarin. Ternyata, mereka berdua juga sudah tau tentang itu. Akhirnya mereka pun memutuskan untuk pergi ke gedung kelas sepuluh untuk mencari keberadaan Aksa.

Tetapi, naas mereka tidak menemukan keberadaan sosok tersebut. Mereka bahkan tidak tau laki-laki itu masuk ke dalam kelas berapa. Tepat saat mereka mulai putus asa, tiba-tiba ada sosok laki menabrak Fanny.

"Mata lo nggak guna!" Fanny membentak laki-laki yang menabraknya. Tetapi, saat ia melihat wajah laki-laki itu, ternyata laki-laki itu adalah Aksa.

"Maaf, tapi saya lagi sibuk," ucap Aksa. Ia sangat sial karena harus bertemu dengan ketiga perempuan itu.

Aksa melangkah pergi. Tetapi, saat langkah kedua tiba-tiba ada yang mencengkram pergelangan tangannya kuat, lalu mengambil sebuah bandana yang terikat rapi di pergelangan lengan bagian atasnya.

"Lo anak beasiswa?" tanya Azkia sambil memberikan bandana yang ia ambil tadi kepada Pitaloka.

Bandara berwarna putih yang terikat di pergelangan lengan bagian atas adalah sebagai tanda kalau pemakai bandana tersebut adalah murid beasiswa. Pemakai bandana tersebut akan mengalami perlakuan yang berbeda. Bisa membeli makanan dengan setengah harga di kantin, lalu mendapatkan potongan SPP sampai 50%.

"Langsung ke intinya saja, kalian mau apa dari saya?" tanya Aksa. Ia tidak bisa membuang waktunya yang berharga hanya demi meladeni ketiga kakak kelasnya ini.

"Mulai besok lo harus jadi ojek pribadi gua. Lo harus nganterin kemana pun gua mau, dan nggak boleh nolak apapun yang gua perintah," ucap Pitaloka. Ini adalah rencana pertamanya untuk menaklukan Aksa.

"Maaf, tapi saya punya urusan yang lebih penting dari pada menjadi babu Anda." Aksa tidak akan menuruti sebuah permintaan yang tidak masuk akal. Ia tidak ingin menjadi sebuah babu dari kakak-kakak kelasnya ini.

"Hebat sekali lo, berani-beraninya nolak permintaan Pitaloka, Lo nggak tau siapa Pitaloka?" Fanny mulai angkat bicara, karena Aksa berani menentang permintaan Pitaloka.

"Saya nggak peduli, karena yang saya tau, dia itu cuma seorang gadis biasa," ucap Aksa sambil merebut bandana yang ada di genggaman Pitaloka.

"Jaga bicara lo, dia tuh anak pimpinan organisasi Dragon." akhirnya Azkia menyebutkan nama organisasi mafia yang dipimpin oleh ayahnya Pitaloka.

"Terus kenapa? Yang saya tau, perempuan yang ada di depan saya sekarang, adalah perempuan yang pernah saya tolong, perempuan yang kikuk, dan perempuan yang tidak punya pengalaman apapun tentang naik kendaraan umur. Saya nggak peduli tentang siapa ayahnya, dan siapapun yang berada di sampingnya, selama dia masih bisa menangis berarti dia manusia biasa," ucap Aksa sambil memandang mata Pitaloka. Ia tidak peduli tentang apa yang akan terjadi padanya setelah ini, ia tidak akan pernah menyesal dengan kata-kata yang telah ia ucapkan.

Aksa pergi meninggalkan ketiga seniornya itu setelah ia selesai mengikat bandana di lengan bagian atasnya. Ia melenggang pergi begitu saja tanpa pamit kepada Pitaloka, Azkia, dan Fanny.

"Kayaknya ada yang salah dengan otak lo, saat lo dipuji sama laki-laki lain lo ngamuk-ngamuk nggak jelas, dan sekarang lo dikatain sama Aksa malah tersenyum," ucap Azkia.

"Jangan sampai lo suka sama dia, kalau sampai lo suka sama dia, gua nggak akan segan-segan ngambil dia dari kehidupan lo," ucap Fanny. Ia sangat membenci laki-laki itu, dan ia tidak ingin laki-laki itu menjadi kekasih sahabatnya.

"Kita lihat nanti, kalau pun gua suka sama dia, gua nggak akan biarin lo ngerebut dia dari gua. Lo tau kan, gua nggak suka kalau mainan gua direbut," ucap Pitaloka sambil memandang mata Fanny.

"Merepotkan, gua bakal milikin dia, sebelum lo suka sama dia. Dengan begitu, perasaan suka nggak akan tumbuh di hati lo."

Fanny akan melakukan apapun supaya Pitaloka tidak menyukai laki-laki itu, walaupun itu harus melibatkan dirinya sendiri. Ia tidak ingin sahabatnya itu mengalami sakit hati untuk ke-dua kalinya.

"Lo mau rebut orang yang gua incar?"

Fanny bukan lah orang yang suka mencari masalah dengan pitaloka. Tetapi, ia juga tidak bisa membiarkan Pitaloka berada di dekat Aksa. rencananya sekarang adalah ia akan menjadikan laki-laki itu kekasihnya, supaya tidak ada perempuan lain yang mendekatinya, termasuk Pitaloka. Tujuan utamanya supaya Pitaloka tidak bersama Aksa.

"Kenapa harus bingung?

Ini cinta, jadi biarkan saja hatimu yang menentukan kepada siapa cinta itu berlabuh,"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Aksa!   Bonus

    Atlanta sekarang sudah beranjak remaja. Sekarang ia sudah resmi menjadi murid SMA Nusa Bangsa. Dan sudah mendapatkan satu teman saat masa MOS.Hari-hari yang ia jalani sangatlah membosankan. Karena setiap hari ia hanya di rumah. Menonton TV, membaca buku, mengerjakan soal-soal. Cuma itu kegiatannya.Tetapi itu semua akan berubah jika Aksa datang. Kedatangan laki-laki itu membuat harinya menjadi lebih menyenangkan. Setiap laki-laki itu datang, pasti laki-laki itu akan membawanya jalan-jalan berkeliling kota, membeli es krim di suatu tempat, dan bermain bersama-sama. Tetapi sangat disayangkan, karena laki-laki itu sangat jarang berkunjung.Dan seperti hari ini. Atlanta sangat bosan. Makanya ia memutuskan untuk kembali ke kamar. Tetapi di tengah jalan atau tepatnya di depan sebuah pintu kamar, ia hentikan langkahnya.Sekarang ia ada di depan pintu kamar yang selalu terkunci. Kamar itu sangat jarang dibuka dan kalau pun dibuka pasti saat itu Atlanta sedang ti

  • Aksa!   Pitaloka Aurora

    Tiga tahun sudah semenjak hari pernikahan Aksa dan Fanny. Betapa bahagianya Cakra saat mendengar Fanny sudah melahirkan bayinya dengan selamat. Dengan kecepatan penuh, Cakra mengendarai motornya ke rumah sakit, untuk menjenguk perempuan itu dan mengucapakan selamat pada sahabatnya karena sudah menjadi seorang ayah.Saat sudah sampai di rumah sakit. Dengan cepat Cakra langsung berlari ke arah ruang perawatan Fanny. Saat sudah sampai di ruangan tersebut, Cakra melihat Aksa yang sedang duduk di sofa menemani Fanny yang sedang tertidur lelap."Yo, Kapten," ucap Cakra sambil memasuki ruangan."Yo. Lama nggak ketemu," ucap Aksa sambil mengalihkan pandangannya ke arah Cakra."Kan sekarang lo sudah jadi seorang ayah, nih. Ceritalah gimana perasaan lo sekarang.""Bahagia banget. Saking bahagianya gua nggak tau bagaimana cara ngasih taunya ke lo.""Oh, begitu. Kalau 'gitu udah cukup. Asalkan lo bahagia itu sudah cukup."Pandangan Cakra beralih

  • Aksa!   Pesta Pernikahan

    Cakra mengambil sebuah dua gelas minuman di atas meja, lalu berjalan menuju Putra yang sedang berkumpul bersama anggota Natch.Cakra menyodorkan salah satu gelasnya ke arah Putra. Sebagai isyarat untuk laki-laki itu minum minuman tersebut. Dan dengan senang hati Putra menerima minuman itu, lalu meminumnya sedikit."Semuanya datang?" tanya Cakra sambil menatap Putra."Dua puluh persen dari anggota Heaven datang," jawab Putra setelah meminum minumannya."Kok cuma dua puluh persen? Bukannya semua anggota Heaven diundang?""Mereka bakalan datang kalau semua tamu undangan yang lainnya sudah pulang. Pikirin aja baik-baik, kalau mereka semua datang sekarang, tempat ini bakalan penuh dengan anak geng motor, nanti para tamu undangan yang lain pada takut. Bisa-bisa acara ini jadi hancur.""Benar juga, ya. Tumben otak lo lancar.""Otak gua memang lancar. Noh otak lu yang mampet."Cakra tersenyum kecil mendengar itu. Pandangann

  • Aksa!   Meminta izin

    Malam hari ini, Azkia menginap di rumah Aksa. Karena besok ia harus membantu Shila untuk mempersiapkan semuanya yang dibutuhkan saat acara pernikahan Aksa dan Fanny.Di kamar tamu lah ia berada sekarang. Ia sudah sangat sering menggunakan kamar tamu ini. Bahkan saking seringnya ia tidur di kamar ini, ia sampai-sampai sudah menganggap kamar tamu ini adalah kamarnya sendiri.Azkia tersenyum tipis, saat melihat Aksa memasuki kamarnya. Ia menatap wajah Aksa dengan saksama, seakan bertanya alasan kenapa laki-laki itu datang ke kamarnya malam-malam seperti ini.Mengetahui ada Aksa, Azkia langsung duduk di pinggir kasur. Supaya lebih sopan. Karena bagaimana pun Aksa lah tuan rumah. Jadi kurang sopan jika ia tiduran di atas kasur, saat ada laki-laki itu.Azkia terheran-heran saat tiba-tiba Aksa jongkok tepat di hadapannya. Ia bertanya-tanya apa yang sebenarnya sedang dilakukan laki-laki itu? Memasuki kamarnya tanpa sepatah kata pun, lalu tiba-tiba jongkok d

  • Aksa!   Mengantar undangan

    Aksa menatap Azkia secara saksama. Sejak tadi perempuan itu terus mengoceh hal-hal yang tidak penting. Dan Aksa hanya diam sambil berharap kalau ocehan Azkia akan segera berakhir.Dan harapan Aksa menjadi kenyataan. Tetapi itu bukan karena Azkia sudah selesai dengan ocehannya. Melainkan karena Fanny datang ke rumahnya. Dan sekarang sedang menunggunya di ruang tamu."Besok penentuan hari pernikahan lo sama Fanny. Jadi gua mohon jangan ikut-ikutan kalau Heaven sedang ada masalah dengan geng motor lain. Karena itu sangat berbahaya bagi lo," ucap Azkia sambil meredakan emosinya."Kalau gua sampai ikutan?" tanya Aksa dengan polosnya."Gua nggak bakalan izinin lo keluar dari kamar. Gua bakalan kunci kamar lo sampai seminggu, biar lo mati bosan di dalam kamar.""Wih, ngeri amat. Lo ini seorang kakak atau pembunuh kejam?""Dua-duanya. Kenapa? Mau ngeluh? Gua bilangin ke Bunda nih ya kalau lo nggak mau nurut sama gua.""Aduh, mainnya nga

  • Aksa!   Bertemu Atlanta

    Fitri tersenyum lebar saat melihat Aksa sekarang sedang berada di depan rumahnya bersama dengan Fanny. Sudah lama sekali, laki-laki itu tidak kembali ke rumahnya. Sekalinya laki-laki itu kembali hanya sekedar untuk mengantarkan Fanny.Rasanya miris sekali, saat mengingat bahwa dulu Aksa adalah bagian dari keluarganya. Tetapi sekarang Aksa sudah terlihat seperti orang asing. Yang bahkan sama sekali tidak terlihat merindukannya."Nggak masuk dulu?" tanya Fitri saat Aksa mau berbalik.Gerakan Aksa langsung terhenti saat mendengar suara Fitri. Rasa rindu yang selama ini ia telah lupakan, sekarang kembali muncul. Membuatnya ingin memeluk tubuh Fitri dengan erat. Lalu melepaskan semua rasa rindu yang telah ia simpan rapih-rapih selama ini."Saya harus kembali ke rumah sakit untuk membantu Bunda. Jadi mungkin lain waktu," ucap Aksa lalu tersenyum kecil."Atlanta juga butuh sosok kakak laki-laki. Jadi bisa temui dia? Biar dia tau kalau dia punya kakak laki

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status