"Geng Salamander, waktunya gua balas dendam," ucap Aksa. Memang benar kalau itu adalah raga Aksa, tetapi jiwa yang terdapat di dalam raga itu bukan lah jiwa Aksa.
Aksa mulai berlari dengan cepat. Ia langsung menendang tubuh Tio dengan keras, membuat lawannya itu terhempas ke belakang dengan cepat. Ia tersenyum saat melihat Tio merintih kesakitan.
Aksa mulai menghadap ke arah Raka. Ia tersenyum sinis melihat laki-laki itu sudah tidak bisa mengontrol nafas. Aksa lalu mendorong Raka sampai keluar dari area pertarungan.
"Raka, di-diskualifikasi," ucap Gani selaku wasit di pertandingan ini.
"WOI GOBLOK, KOK LO MALAH NGELUARIN GUA DARI ARENA!" bentak Raka. Ia tidak terima kalau dirinya dinyatakan kalah hanya gara-gara didorong oleh Aksa.
"Anuu ... Raka tolong diam sebentar," ucap Aksa sambil menatap Raka. Tatapan Aksa seperti memberikan tanda peringatan. Tatapan yang sangat mengerikan, atau lebih seperti sedang mengancam.
Aksa langsung melangkah maju. Saat Tito melayangkan sebuah tendangan dengan cepat Aksa menangkis tendangan itu, lalu ia melakukan sebuah pukulan keras tetap di betis laki-laki tersebut. Bukan cuma itu, ia pun langsung menendang dada Tito, membuat sang musuh langsung terhempas.
Aksa langsung lari ke arah Tito. Saat ada di depan laki-laki itu ia langsung loncat lalu melakukan tendangan dengan keras, tubuh Tito langsung terhempas jauh keluar dari arena.
"Tito, didiskualifikasi."
Sekarang hanya tersisa Aksa dan Tio. Tetapi, sudah kelihatan jelas hasil dari pertandingan ini. Aksa tersenyum sinis saat melihat Tio mulai berusaha berdiri. Ia tidak akan membiarkan orang tersebut berdiri dengan mudah. Ia langsung mendekat lalu menatap Tio.
Plakk...
Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Tio. Saking kerasnya membuat tubuh Tio ikut terhempas. Terlihat jelas ada sebuah darah segar mulai keluar dari sudut bibir Tio.
"Hoi, jangan mati dulu," ucap Aksa dengan nada lembut.
Tio tidak percaya dengan kekuatan orang yang ada di hadapannya ini. Ia tau kalau laki-laki ini adalah orang yang lemah, tetapi kenapa sekarang menjadi sangat kuat.
Tio bukan lah orang bodoh. Ia tau kalau saat ini ia tidak akan bisa menang melawan sosok laki-laki yang ada di hadapannya sekarang ini. Ia pun memilih untuk lari ke luar arena. Sekarang hanya Aksa yang tersisa di atas arena. Dan, sudah di tentukan siapa pemenang duel kali ini.
"Ini terlalu mudah," gumam Aksa.
Raka menatap Aksa tidak percaya. Ia bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi dengan sosok laki-laki itu. Aura laki-laki itu berbeda dengan saat pertama kali ia bertemu dengannya. Ia merasa kalau tatapan laki-laki itu dipenuhi oleh kemarahan.
Belum sempat ia bertepuk tangan, tiba-tiba tubuh Aksa ambruk. Dengan perasaan khawatir, ia langsung naik ke atas panggung untuk memastikan laki-laki itu tidak apa-apa. Ia menampar pelan pipi Aksa, tetapi laki-laki itu juga tidak kunjung bangun. Akhirnya ia pun menggotong tubuh Aksa ke UKS.
*****
Bau-bau obat-obatan mulai menusuk penciuman Aksa. Matanya mulai terbuka perlahan, ia melihat ruangan sebar putih, ia langsung menebak tempat ini adalah UKS saat melihat di tembok depannya ada sebuah kotak P3K.
"Akhirnya lo sadar," ucap Raka sambil duduk di pinggiran kasur yang ditempati Aksa.
"Gimana duelnya?" tanya Aksa. Ia hanya ingat saat ia dikalahkan oleh Tio, lalu ia bertemu dengan laki-laki tidak ia kenal di mimpi.
"Lo lupa ingatan atau gimana? Lo sendiri yang ngalahin mereka berdua, dan sekarang lo yang nanya hasil duel?" Raka curiga dengan Aksa. Ia menatap laki-laki itu dengan seksama. Tidak ada satu pun luka di kepala Aksa, berarti tidak mungkin Aksa lupa ingatan.
Izinkan gua buat nguasai tubuh lo, gua janji kalau gua akan ngehabisin semua musuh lo
Aksa teringat dengan kalimat itu. Ia bertanya-tanya pada dirinya sendiri siapakah laki-laki itu sebenarnya. Tak begitu lama, ia langsung sadar kalau ada sebuah organ yang tak seharusnya ada di dalam tubuhnya.
"Oh, gua lupa." Aksa bertingkah seperti biasa. Agar laki-laki yang ada di sampingnya ini tidak curiga dengan dirinya.
"Nama gua Raka. Gua dari geng Laskar." Raka mengulurkan tangan sebagai tanda perkenalan.
"Gua Aksa." Aksa menjabat tangan Raka dengan erat.
"Lo dari geng motor mana?"
"Gua nggak ikut geng motor."
Kecurigaan Raka semakin menjadi-jadi. Tidak mungkin seorang yang ahli dalam bela diri tidak mengikuti salah satu geng motor. Dan, tidak mungkin kalau tidak ada satu pun geng motor yang mengincar Aksa.
"Tadi lo ngalahin Tito, dan Tio. Sama aja lo cari masalah sama geng Salamander. Gua saranin lo ikut salah satu geng yang ada di kota ini. Biar lo bisa aman."
"Nggak perlu, gua nggak tertarik sama pertarungan. Gua tadi bantuin lo karena ingin cepat-cepat pulang."
"Oh, gitu."
"Iya."
"Tadi kepala sekolah nyuruh lo ke kantornya."
"Iya, nanti gua ke sana."
"Ini hari terakhir MOS, dan semuanya bisa tenang gara-gara lo. Tadi sebelum mereka pulang, mereka nyuruh gua ngucapin terima kasih buat lo."
"Harusnya ucapan itu buat lo, dipertarungan tadi tokoh utamanya lo bukan gua," ucap Aksa sambil turun dari kasur.
"Gua ke ruang kepala sekolah dulu," lanjut Aksa sambil melangkah pergi meninggalkan Raka.
Raka tidak tau siapa sebenarnya Aksa. Tetapi, ia tau kalau dipertarungan tadi sikap laki-laki itu berubah drastis menjadi sebuah monster yang haus akan darah, penuh dengan kebencian, seakan pertarungan tadi berubah menjadi medan pembunuhan.
"Untuk sekarang, gua cuma perlu jadi temen deketnya, kalau ada celah gua bongkar semua rahasianya." Raka tidak mungkin akan membiarkan Aksa lepas dari jangkauannya begitu saja. Ia akan membuat laki-laki itu menuruti semua perkataannya dan menjadikan laki-laki itu salah satu anggota Laskar.
"Kau tidak perlu mempercayai omonganku
Kau hanya perlu menuruti kata hati muKalau pun kamu salahkamu tidak akan menyesalKarena keputusan mu itu sudah tepat,"Pitaloka sudah siap dengan seragam sekolahnya. Ia terlihat begitu cantik dan anggun menggunakan seragam itu. Tetapi, hanya ada satu yang kurang, yaitu mukanya. Mukanya terlihat seperti orang yang sedang kecewa."Kenapa muka kamu kayak gitu?" tanya Gino. Ia adalah ayah Pitaloka, sekaligus pimpinan sebuah mafia terbesar yang ada di kota ini. Nama kelompok mafia itu adalah Dragon."Kemarin pas Pitaloka nggak masuk, ternyata ada anak baru yang nantang butterfly, dan katanya anak baru itu menang." Pitaloka menyesal karena memilih membolos kemarin. Ia menyesal karena tidak melihat siapakah sosok anak baru itu."Cuman itu? Kan di kamar ayah ada rekaman CCTV-nya lihat sana gih.""Oh, iya. Pitaloka lihat dulu."Pitaloka langsung berlari ke kamar ayahnya. Ia menyalakan laptop ayahnya, ia mencari sebuah rekaman CCTV. Ayahn
Pitaloka sekarang sedang berada di balkon kelasnya. Ia menutup mata sambil menikmati setiap hembusan angin yang berhembus. Perlahan ia membuka mata, seiring dengan hembusan angin yang mulai perlahan menghilang. Matanya tertuju kepada salah satu orang murid yang sedang duduk di bawah pohon."Wajah lama," ucap Pitaloka. Ia melihat seksama muka laki-laki tersebut. Walau dari kejauhan masih terlihat jelas bentuk wajah laki-laki itu. Ia sangat ingin berada di samping itu lalu menyenderkan kepalanya di bahu laki-laki itu."Kayaknya ada yang belum move on nih," sindir Azkia sambil berdiri di kiri Pitaloka. Ia tau kalau Pitaloka masih mencintai Cakra, tetapi ia juga tidak bisa membiarkan sahabatnya itu terus-menerus bersedih."Apa gua salah kalau masih cinta sama dia?""Entah lah, tapi gua akan langsung bertindak kalau lo mulai deketin Cakra lagi. Gua nggak mau l
Aksa berada di sebuah gudang tua yang tidak terpakai. Gudang tua yang sudah dipenuhi oleh sampah-sampah. Ia kemari karena selalu melihat tempat ini di mimpinya. Sudah 5 hari ia mencari gudang ini, dan akhirnya ketemu.Ia melangkah ke bagian paling dalam dari gudang tersebut. Karena masih siang dan atap-atap gudang ini bolong-bolong Aksa tidak perlu khawatir akan kegelapan. Ia melihat sekitar, walau tidak begitu mirip dengan gedung yang ada di mimpinya, tetapi ia yakin kalau ini adalah gedung yang selama ini ia cari.Saat Aksa sedang melihat keadaan sekitar, tiba-tiba kakinya menendang sebuah benda. Aksa melihat benda tersebut dengan seksama. Sebuah flashdisk yang dikemas di dalam sebuah plastik bening.Tiba-tiba terdengar banyak suara langkah kaki, dengan cepat Aksa mengambil flashdisk tersebut lalu bersembunyi di dalam sebuah tong. Suara langkah kaki itu semakin terdenga
"Sa, lo dicariin tuh," ucap Raka sambil melihat ke arah seorang perempuan yang berdiri di depan kelas. Ia tidak berani menunjuk perempuan itu, karena ia tau perempuan itu adalah orang yang paling ditakuti di sekolah ini.Perlahan Aksa mulai membuka matanya. Dengan perasaan kesal ia mengucek matanya. Setelah itu ia melihat ke arah seorang perempuan yang berani-beraninya mengganggu waktu tidurnya. Dan, ia langsung menghela nafas panjang setelah tau siapa perempuan itu."Sebaiknya lo bicara di luar, semuanya udah ketakutan," ucap Raka dengan suara kecil, agar perempuan yang sedang ia bicarakan tidak mendengar ucapannya.Kehadiran perempuan itu menghadirkan sebuah rasa takut kepada semua orang yang ada di sekitarnya. Rasa takut akan ditindas, dibentak, dan segala hal yang paling ditakutkan oleh para murid lain. Bahkan hanya dengan sebuah tatapan dari perempuan itu bisa membu
Pitaloka tersenyum saat melihat Gino sudah pulang ke rumah. Ia menyambut kedatangan Gino dengan senyuman dan pelukan. Ia sangat ingin mendengar berita baik dari hasil pertemuan Ayahnya dengan Aksa."Gimana, Yah?" tanya Pitaloka dengan semangat.Sudah lama Gino tidak melihat Pitaloka sesemangat ini, ia bahagia karena bisa melihat senyuman Pitaloka walau senyuman itu, dan ia akan berusaha agar senyuman itu tidak pernah pudar dari wajah putrinya itu."Dia setuju, jadi mulai besok pagi kamu akan diantar kemanapun kamu mau sama dia," jawab Gino dengan perasaan lega, karena hasil dari pertemuannya dengan Aksa berakhir dengan hasil yang ia inginkan."Makasih, Yah," ucap Pitaloka sambil memeluk Gino dengan erat."Sama-sama."Kebahagiaan menurut Gino adalah saat ia bisa melihat putri semata wayangnya tersenyum. Walau, tanpa sosok
Pagi hari yang sangat menyibukkan. Mulai pagi hari ini jadwal rutinitas Aksa bertambah, karena ia harus menjemput Pitaloka dulu sebelum ia berangkat sekolah.Aksa memandang rumah Pitaloka sedari tadi. Ia menunggu perempuan itu keluar dari singgasananya, tetapi batang hidungnya tak kunjung kelihatan.Pandangan Aksa beralih ke arah seseorang yang baru saja keluar dari gerbang rumah. Ia sempat berharap kalau orang tersebut adalah Pitaloka, tetapi harapannya pupus saat ia melihat kalau orang tersebut adalah Bapak-bapak."Nggak mungkin juga, makhluk secantik Pitaloka berubah jadi Bapak-bapaknya kumisan," gumam Aksa dengan pelan agar orang yang sedang ia bicarakan tidak mendengar ucapannya.Seketika Aksa langsung ketakutan saat melihat Bapak-bapak tersebut mendekat ke arahnya. Ia takut kalau orang tersebut mendengarkan ucapannya lalu mengamuk. Jantungnya
Aksa sudah berada tepat di sebuah gudang kosong yang sering disebut oleh warga sekitar dengan sebutan 'Markas Iblis'. Sebuah markas para iblis yang paling ditakuti di kota ini. Tidak ada orang asing yang bisa selamat setelah masuk ke dalam gudang tersebut. Karena gudang tersebut memiliki penjaga, yaitu para anggota Laskar.Ia tau kalau sudah ada beberapa orang yang mengawasinya dari atas gedung. Tetapi, ia hanya berlagak biasa saja. Ia masuk ke dalam gudang tersebut. Sesekali ia menghentikan langkahnya saat ia merasakan ada orang yang mengikutinya, tetapi saat ia melihat ke arah belakang tidak ada seorang pun di sana."Waktunya lo muncul," ucap Aksa sambil memejamkan matanya.Ia sudah handal dalam memanggil jiwa Evan yang tertidur di dalam tubuhnya. Ia sudah bisa mengatur kapan ia harus bertukar dan kapan harus muncul. Dan ia pun sudah tau kalau la
Dipertandingan tadi tidak ada menyangka kalau Aksa akan mengalahkan Elvano. Jadi mau tidak mau para anggota Laskar harus memanggil semua mantan anggota Heaven, kecuali geng para anggota Salamander.Sekarang semuanya sudah berkumpul di ruang tengah gedung. Semua anggota berdiri di pinggir, sedangkan para ketua berdiri di tengah-tengah ruangan."Jadi? Kenapa lo manggil kita ke sini?" tanya Putra sambil memandang Elvano.Bagas Putra Prakasa. Ia adalah ketua geng yang bernama Natch. Nama geng tersebut diambil dari sebuah bahasa Jerman yang berarti malam. Putra terkenal dengan gerakannya yang sangat cepat. Dan ia memiliki satu kelebihan lagi, yaitu ia adalah anak indigo. Ia juga punya satu temen dari sebangsa makhluk halus yang bernama Zilka.Dulu saat ia mengungkapkan kalau dirinya anak indigo semua orang menertawainya. Tetapi, saat itu juga Evan datang