Home / Romansa / Aksa! / Jiwa Yang Tak Seharusnya Ada

Share

Jiwa Yang Tak Seharusnya Ada

Author: PlutoPen
last update Last Updated: 2021-09-02 20:44:08

Mata Aksa perlahan memulai terbuka. Suara-suara sorakan mulai terdengar jelas. Sedikit demi sedikit ia mulai berdiri. Ia melihat kalau Raka sedang melawan dua orang. Senyuman terukir jelas di wajahnya.

"Geng Salamander, waktunya gua balas dendam," ucap Aksa. Memang benar kalau itu adalah raga Aksa, tetapi jiwa yang terdapat di dalam raga itu bukan lah jiwa Aksa.

Aksa mulai berlari dengan cepat. Ia langsung menendang tubuh Tio dengan keras, membuat lawannya itu terhempas ke belakang dengan cepat. Ia tersenyum saat melihat Tio merintih kesakitan.

Aksa mulai menghadap ke arah Raka. Ia tersenyum sinis melihat laki-laki itu sudah tidak bisa mengontrol nafas. Aksa lalu mendorong Raka sampai keluar dari area pertarungan.

"Raka, di-diskualifikasi," ucap Gani selaku wasit di pertandingan ini.

"WOI GOBLOK, KOK LO MALAH NGELUARIN GUA DARI ARENA!" bentak Raka. Ia tidak terima kalau dirinya dinyatakan kalah hanya gara-gara didorong oleh Aksa.

"Anuu ... Raka tolong diam sebentar," ucap Aksa sambil menatap Raka. Tatapan Aksa seperti memberikan tanda peringatan. Tatapan yang sangat mengerikan, atau lebih seperti sedang mengancam.

Aksa langsung melangkah maju. Saat Tito melayangkan sebuah tendangan dengan cepat Aksa menangkis tendangan itu, lalu ia melakukan sebuah pukulan keras tetap di betis laki-laki tersebut. Bukan cuma itu, ia pun langsung menendang dada Tito, membuat sang musuh langsung terhempas.

Aksa langsung lari ke arah Tito. Saat ada di depan laki-laki itu ia langsung loncat lalu melakukan tendangan dengan keras, tubuh Tito langsung terhempas jauh keluar dari arena.

"Tito, didiskualifikasi."

Sekarang hanya tersisa Aksa dan Tio. Tetapi, sudah kelihatan jelas hasil dari pertandingan ini. Aksa tersenyum sinis saat melihat Tio mulai berusaha berdiri. Ia tidak akan membiarkan orang tersebut berdiri dengan mudah. Ia langsung mendekat lalu menatap Tio.

Plakk...

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Tio. Saking kerasnya membuat tubuh Tio ikut terhempas. Terlihat jelas ada sebuah darah segar mulai keluar dari sudut bibir Tio.

"Hoi, jangan mati dulu," ucap Aksa dengan nada lembut.

Tio tidak percaya dengan kekuatan orang yang ada di hadapannya ini. Ia tau kalau laki-laki ini adalah orang yang lemah, tetapi kenapa sekarang menjadi sangat kuat.

Tio bukan lah orang bodoh. Ia tau kalau saat ini ia tidak akan bisa menang melawan sosok laki-laki yang ada di hadapannya sekarang ini. Ia pun memilih untuk lari ke luar arena. Sekarang hanya Aksa yang tersisa di atas arena. Dan, sudah di tentukan siapa pemenang duel kali ini.

"Ini terlalu mudah," gumam Aksa.

Raka menatap Aksa tidak percaya. Ia bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi dengan sosok laki-laki itu. Aura laki-laki itu berbeda dengan saat pertama kali ia bertemu dengannya. Ia merasa kalau tatapan laki-laki itu dipenuhi oleh kemarahan.

Belum sempat ia bertepuk tangan, tiba-tiba tubuh Aksa ambruk. Dengan perasaan khawatir, ia langsung naik ke atas panggung untuk memastikan laki-laki itu tidak apa-apa. Ia menampar pelan pipi Aksa, tetapi laki-laki itu juga tidak kunjung bangun. Akhirnya ia pun menggotong tubuh Aksa ke UKS.

*****

Bau-bau obat-obatan mulai menusuk penciuman Aksa. Matanya mulai terbuka perlahan, ia melihat ruangan sebar putih, ia langsung menebak tempat ini adalah UKS saat melihat di tembok depannya ada sebuah kotak P3K.

"Akhirnya lo sadar," ucap Raka sambil duduk di pinggiran kasur yang ditempati Aksa.

"Gimana duelnya?" tanya Aksa. Ia hanya ingat saat ia dikalahkan oleh Tio, lalu ia bertemu dengan laki-laki tidak ia kenal di mimpi.

"Lo lupa ingatan atau gimana? Lo sendiri yang ngalahin mereka berdua, dan sekarang lo yang nanya hasil duel?" Raka curiga dengan Aksa. Ia menatap laki-laki itu dengan seksama. Tidak ada satu pun luka di kepala Aksa, berarti tidak mungkin Aksa lupa ingatan.

Izinkan gua buat nguasai tubuh lo, gua janji kalau gua akan ngehabisin semua musuh lo

Aksa teringat dengan kalimat itu. Ia bertanya-tanya pada dirinya sendiri siapakah laki-laki itu sebenarnya. Tak begitu lama, ia langsung sadar kalau ada sebuah organ yang tak seharusnya ada di dalam tubuhnya.

"Oh, gua lupa." Aksa bertingkah seperti biasa. Agar laki-laki yang ada di sampingnya ini tidak curiga dengan dirinya.

"Nama gua Raka. Gua dari geng Laskar." Raka mengulurkan tangan sebagai tanda perkenalan.

"Gua Aksa." Aksa menjabat tangan Raka dengan erat.

"Lo dari geng motor mana?"

"Gua nggak ikut geng motor."

Kecurigaan Raka semakin menjadi-jadi. Tidak mungkin seorang yang ahli dalam bela diri tidak mengikuti salah satu geng motor. Dan, tidak mungkin kalau tidak ada satu pun geng motor yang mengincar Aksa.

"Tadi lo ngalahin Tito, dan Tio. Sama aja lo cari masalah sama geng Salamander. Gua saranin lo ikut salah satu geng yang ada di kota ini. Biar lo bisa aman."

"Nggak perlu, gua nggak tertarik sama pertarungan. Gua tadi bantuin lo karena ingin cepat-cepat pulang."

"Oh, gitu."

"Iya."

"Tadi kepala sekolah nyuruh lo ke kantornya."

"Iya, nanti gua ke sana."

"Ini hari terakhir MOS, dan semuanya bisa tenang gara-gara lo. Tadi sebelum mereka pulang, mereka nyuruh gua ngucapin terima kasih buat lo."

"Harusnya ucapan itu buat lo, dipertarungan tadi tokoh utamanya lo bukan gua," ucap Aksa sambil turun dari kasur.

"Gua ke ruang kepala sekolah dulu," lanjut Aksa sambil melangkah pergi meninggalkan Raka.

Raka tidak tau siapa sebenarnya Aksa. Tetapi, ia tau kalau dipertarungan tadi sikap laki-laki itu berubah drastis menjadi sebuah monster yang haus akan darah, penuh dengan kebencian, seakan pertarungan tadi berubah menjadi medan pembunuhan.

"Untuk sekarang, gua cuma perlu jadi temen deketnya, kalau ada celah gua bongkar semua rahasianya." Raka tidak mungkin akan membiarkan Aksa lepas dari jangkauannya begitu saja. Ia akan membuat laki-laki itu menuruti semua perkataannya dan menjadikan laki-laki itu salah satu anggota Laskar.

"Kau tidak perlu mempercayai omonganku

Kau hanya perlu menuruti kata hati mu

Kalau pun kamu salah

kamu tidak akan menyesal

Karena keputusan mu itu sudah tepat,"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Aksa!   Bonus

    Atlanta sekarang sudah beranjak remaja. Sekarang ia sudah resmi menjadi murid SMA Nusa Bangsa. Dan sudah mendapatkan satu teman saat masa MOS.Hari-hari yang ia jalani sangatlah membosankan. Karena setiap hari ia hanya di rumah. Menonton TV, membaca buku, mengerjakan soal-soal. Cuma itu kegiatannya.Tetapi itu semua akan berubah jika Aksa datang. Kedatangan laki-laki itu membuat harinya menjadi lebih menyenangkan. Setiap laki-laki itu datang, pasti laki-laki itu akan membawanya jalan-jalan berkeliling kota, membeli es krim di suatu tempat, dan bermain bersama-sama. Tetapi sangat disayangkan, karena laki-laki itu sangat jarang berkunjung.Dan seperti hari ini. Atlanta sangat bosan. Makanya ia memutuskan untuk kembali ke kamar. Tetapi di tengah jalan atau tepatnya di depan sebuah pintu kamar, ia hentikan langkahnya.Sekarang ia ada di depan pintu kamar yang selalu terkunci. Kamar itu sangat jarang dibuka dan kalau pun dibuka pasti saat itu Atlanta sedang ti

  • Aksa!   Pitaloka Aurora

    Tiga tahun sudah semenjak hari pernikahan Aksa dan Fanny. Betapa bahagianya Cakra saat mendengar Fanny sudah melahirkan bayinya dengan selamat. Dengan kecepatan penuh, Cakra mengendarai motornya ke rumah sakit, untuk menjenguk perempuan itu dan mengucapakan selamat pada sahabatnya karena sudah menjadi seorang ayah.Saat sudah sampai di rumah sakit. Dengan cepat Cakra langsung berlari ke arah ruang perawatan Fanny. Saat sudah sampai di ruangan tersebut, Cakra melihat Aksa yang sedang duduk di sofa menemani Fanny yang sedang tertidur lelap."Yo, Kapten," ucap Cakra sambil memasuki ruangan."Yo. Lama nggak ketemu," ucap Aksa sambil mengalihkan pandangannya ke arah Cakra."Kan sekarang lo sudah jadi seorang ayah, nih. Ceritalah gimana perasaan lo sekarang.""Bahagia banget. Saking bahagianya gua nggak tau bagaimana cara ngasih taunya ke lo.""Oh, begitu. Kalau 'gitu udah cukup. Asalkan lo bahagia itu sudah cukup."Pandangan Cakra beralih

  • Aksa!   Pesta Pernikahan

    Cakra mengambil sebuah dua gelas minuman di atas meja, lalu berjalan menuju Putra yang sedang berkumpul bersama anggota Natch.Cakra menyodorkan salah satu gelasnya ke arah Putra. Sebagai isyarat untuk laki-laki itu minum minuman tersebut. Dan dengan senang hati Putra menerima minuman itu, lalu meminumnya sedikit."Semuanya datang?" tanya Cakra sambil menatap Putra."Dua puluh persen dari anggota Heaven datang," jawab Putra setelah meminum minumannya."Kok cuma dua puluh persen? Bukannya semua anggota Heaven diundang?""Mereka bakalan datang kalau semua tamu undangan yang lainnya sudah pulang. Pikirin aja baik-baik, kalau mereka semua datang sekarang, tempat ini bakalan penuh dengan anak geng motor, nanti para tamu undangan yang lain pada takut. Bisa-bisa acara ini jadi hancur.""Benar juga, ya. Tumben otak lo lancar.""Otak gua memang lancar. Noh otak lu yang mampet."Cakra tersenyum kecil mendengar itu. Pandangann

  • Aksa!   Meminta izin

    Malam hari ini, Azkia menginap di rumah Aksa. Karena besok ia harus membantu Shila untuk mempersiapkan semuanya yang dibutuhkan saat acara pernikahan Aksa dan Fanny.Di kamar tamu lah ia berada sekarang. Ia sudah sangat sering menggunakan kamar tamu ini. Bahkan saking seringnya ia tidur di kamar ini, ia sampai-sampai sudah menganggap kamar tamu ini adalah kamarnya sendiri.Azkia tersenyum tipis, saat melihat Aksa memasuki kamarnya. Ia menatap wajah Aksa dengan saksama, seakan bertanya alasan kenapa laki-laki itu datang ke kamarnya malam-malam seperti ini.Mengetahui ada Aksa, Azkia langsung duduk di pinggir kasur. Supaya lebih sopan. Karena bagaimana pun Aksa lah tuan rumah. Jadi kurang sopan jika ia tiduran di atas kasur, saat ada laki-laki itu.Azkia terheran-heran saat tiba-tiba Aksa jongkok tepat di hadapannya. Ia bertanya-tanya apa yang sebenarnya sedang dilakukan laki-laki itu? Memasuki kamarnya tanpa sepatah kata pun, lalu tiba-tiba jongkok d

  • Aksa!   Mengantar undangan

    Aksa menatap Azkia secara saksama. Sejak tadi perempuan itu terus mengoceh hal-hal yang tidak penting. Dan Aksa hanya diam sambil berharap kalau ocehan Azkia akan segera berakhir.Dan harapan Aksa menjadi kenyataan. Tetapi itu bukan karena Azkia sudah selesai dengan ocehannya. Melainkan karena Fanny datang ke rumahnya. Dan sekarang sedang menunggunya di ruang tamu."Besok penentuan hari pernikahan lo sama Fanny. Jadi gua mohon jangan ikut-ikutan kalau Heaven sedang ada masalah dengan geng motor lain. Karena itu sangat berbahaya bagi lo," ucap Azkia sambil meredakan emosinya."Kalau gua sampai ikutan?" tanya Aksa dengan polosnya."Gua nggak bakalan izinin lo keluar dari kamar. Gua bakalan kunci kamar lo sampai seminggu, biar lo mati bosan di dalam kamar.""Wih, ngeri amat. Lo ini seorang kakak atau pembunuh kejam?""Dua-duanya. Kenapa? Mau ngeluh? Gua bilangin ke Bunda nih ya kalau lo nggak mau nurut sama gua.""Aduh, mainnya nga

  • Aksa!   Bertemu Atlanta

    Fitri tersenyum lebar saat melihat Aksa sekarang sedang berada di depan rumahnya bersama dengan Fanny. Sudah lama sekali, laki-laki itu tidak kembali ke rumahnya. Sekalinya laki-laki itu kembali hanya sekedar untuk mengantarkan Fanny.Rasanya miris sekali, saat mengingat bahwa dulu Aksa adalah bagian dari keluarganya. Tetapi sekarang Aksa sudah terlihat seperti orang asing. Yang bahkan sama sekali tidak terlihat merindukannya."Nggak masuk dulu?" tanya Fitri saat Aksa mau berbalik.Gerakan Aksa langsung terhenti saat mendengar suara Fitri. Rasa rindu yang selama ini ia telah lupakan, sekarang kembali muncul. Membuatnya ingin memeluk tubuh Fitri dengan erat. Lalu melepaskan semua rasa rindu yang telah ia simpan rapih-rapih selama ini."Saya harus kembali ke rumah sakit untuk membantu Bunda. Jadi mungkin lain waktu," ucap Aksa lalu tersenyum kecil."Atlanta juga butuh sosok kakak laki-laki. Jadi bisa temui dia? Biar dia tau kalau dia punya kakak laki

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status