LOGINKabut panas di dasar Lembah Neraka Batu berputar perlahan seperti napas raksasa. Di antara batu-batu merah yang retak, tubuh Ling Xuan tergeletak.
Darah mengalir dari pelipisnya, menguap sebelum sempat membasahi tanah. Tubuhnya seolah dibakar dari dalam karena kekosongan.
Rantai segel para tetua telah menghancurkan jalur Qi-nya. Tak ada energi yang tersisa, tak ada panas dari Api Dalam Batu yang dulu menjadi jiwanya. Yang tinggal hanyalah tubuh manusia biasa, rapuh, hancur, dan terbakar oleh udara beracun lembah.
Setiap tarikan napas terasa seperti menelan pisau.
Setiap detak jantung, seperti pukulan palu di dalam dada.“Ini… akhirnya, ya…”
Ia mencoba menggerakkan tangan, tapi ototnya tak lagi menuruti perintah. Tubuhnya kaku, dingin, sementara dunia di sekelilingnya merah dan berputar.
Rasa sakit mulai pudar, berganti dengan kekosongan aneh, tanda nyawa mulai menjauh.
Matanya setengah terpejam. Di tepi pandangan, ia melihat cahaya samar dari langit sempit di atas sana. Ia sempat berpikir, mungkin ini cara langit menertawakannya.Tapi tepat ketika kesadarannya nyaris putus, sesuatu berubah.
Ada sensasi hangat di bawah punggungnya.
Awalnya halus, seperti bara yang akan padam. Namun dalam hitungan detik, hangat itu berubah menjadi denyut ke detakan yang teratur, seperti jantung yang hidup.Tanah di bawah tubuhnya bergetar pelan. Batu tempat ia terbaring mulai bersinar dari dalam berwarna merah keemasan. Retakan kecil menyebar di permukaannya, memancarkan cahaya yang menembus kabut panas lembah.
Ling Xuan mengerutkan kening. Ia ingin bangun, tapi tak mampu. Denyut itu semakin kuat, menembus kulit punggungnya, mengalir ke dalam tubuh yang nyaris mati.
Hangatnya bukan sekadar panas. Dan saat itu, di antara kabut dan bara, suara lirih seperti bisikan muncul dari batu itu. Langsung di dalam dadanya.
“Masih ada bara yang belum padam.”
Cahaya merah keemasan menyelimuti tubuhnya perlahan. Di dada Ling Xuan, segel batu retak yang ditinggalkan para tetua mulai bergetar…
dan setitik api kecil menyala di jantungnya. Meskipun lemah, tapi ia benar-benar merasa hidup kembali.Kabut panas masih berputar ketika Ling Xuan akhirnya menarik napas panjang. Bukan napas kuat seperti dulu, tapi napas pendek yang memaksa paru-parunya bekerja lagi.
Ia menggeliat, mencoba mengangkat tubuhnya.
Nyeri langsung menembak seluruh bagian tubuh, membuatnya mengerang pelan.“Agh… tubuhku… kenapa… seperti ini…”
Ia menatap kedua tangannya. Dulu, tangan itu bisa menghancurkan batu besar dengan satu pukulan. Kini, bahkan untuk mengepalkan jari pun ia harus menahan sakit.
Ling Xuan menyentuh dada, tepat di tempat segel para tetua ditempelkan. Simbol batu retak itu masih ada, tapi kini warnanya berubah. Bukan lagi hitam kelam, melainkan merah keemasan yang berdenyut samar, seirama dengan jantungnya.
"Jadi... aku masih hidup?”
Ia tertawa kecil. Seperti orang yang tidak yakin apakah ia harus menangis atau bersyukur. Ia mencoba menarik energi sekitar ke dalam tubuh, seperti dulu ketika memulai latihan dasar. Namun, tidak ada yang masuk.
Tubuhnya menolak. Jalur Qi-nya benar-benar kosong, seolah dihancurkan total lalu dibangun ulang dalam keadaan remuk.
“Aku kembali ke tahap paling dasar.” Ia menunduk. “Pemurnian Tubuh, lapisan pertama… bahkan itu pun belum.”
Bagi kebanyakan murid, itu adalah tahap yang butuh bertahun-tahun. Dan untuk orang sekelas dirinya… ini adalah penghinaan terbesar.
Ia menarik napas lagi. Tapi kali ini, sesuatu terasa berbeda. Ada panas kecil yang mengalir dari punggungnya, dari batu yang tadi menyelamatkannya. Panas itu mengalir masuk ke tubuhnya perlahan, seperti aliran air hangat.
Ling Xuan menutup mata. Ia mulai fokus, mengenali sensasi itu.
“Aku tau, ini bukan panas dari Api Dalam Batu.”
Api Dalam Batu punya karakter berat, kasar, dan membakar seperti batu yang dilempar ke api.
Tapi panas ini… lebih halus. Dan terasa seperti… bukan milik manusia.
'Mungkinkah...'
“Batu Api Langit!"
Dalam dunia para kultivator Sekte Batu, kekuatan seseorang diukur lewat Sembilan Ranah Jalur Batu dan Api. Setiap ranah mencerminkan bagaimana tubuh, energi, dan jiwa seseorang ditempa oleh kekuatan bumi dan panas yang mengalir di dalam diri mereka.
Berikut adalah gambaran umum yang dikenal oleh seluruh sekte:
1. Ranah Pemurnian Tubuh
Ranah paling dasar.
Tubuh dibersihkan dari racun, diperkuat, dan dipaksa menahan panas dasar dari latihan. Murid biasa menghabiskan seumur hidup di level ini.2. Ranah Penyatuan Qi
Saat seseorang berhasil menyatukan napas, pikiran, dan energi menjadi satu arus, ia memasuki ranah kedua.
Di tahap ini, panas tubuh dapat mempengaruhi udara sekitar dan bisa disalurkan ke senjata.3. Ranah Batu Dalam
Pada ranah ini, energi di dalam tubuh dipadatkan menjadi Batu Inti, sumber kekuatan sejati para kultivator Sekte Batu.
Mereka yang mencapai ranah ini bisa membakar musuh hanya dengan berada di dekatnya.4. Ranah Batu Api
Jika Batu Inti berhasil digabungkan dengan Api Spiritual, inti itu berubah menjadi Batu Api.
Panasnya menyatu dengan tubuh, membuat setiap luka memperkuat diri mereka, bukan melemahkan.5. Ranah Batu Langit
Pada tahap ini, tubuh dan jiwa mulai selaras dengan energi bumi dan langit.
Kultivator dapat menyerap panas alam untuk memulihkan diri, bahkan racun dan luka berat tak lagi mempan.6. Ranah Batu Roh
Di sinilah Batu Api mulai menunjukkan kesadarannya sendiri.
Kultivator mampu berbicara dengan energi alam, memanggil roh api, dan membentuk serangan tanpa kontak fisik.7. Ranah Batu Jiwa
Batu inti menyatu dengan jiwa.
Tekanan mental kultivator bisa menghancurkan konsentrasi musuh, bahkan melumpuhkan mereka tanpa menyentuh.8. Ranah Batu Surga
Hanya sedikit yang pernah mencapai level ini.
Energi bumi dan langit sepenuhnya patuh pada penggunanya. Satu gerakan bisa mengubah lanskap, satu serangan bisa menjadi bencana kecil.9. Ranah Batu Dewa
Puncak Jalur Batu dan Api.
Batu inti berubah menjadi “Batu Dewa”, sumber energi murni yang membuat seseorang berdiri di antara manusia dan dewa. Panas tubuh dapat membakar apa pun, sementara energi penyembuhannya dapat memperbaiki hal-hal yang seharusnya mustahil.---
Di antara semua ranah ini, ada satu pengecualian yang hanya tercatat dalam legenda:
Api Surga Batu, kekuatan unik yang lahir jika Batu Inti seseorang bereaksi dengan energi “langit”.Pemuda itu menatap batu merah keemasan di bawahnya. Cahayanya belum padam sepenuhnya, tapi kini lebih tenang, seperti sedang menunggu.
Ling Xuan menarik energi panas itu sekali lagi.
Dan tubuhnya bereaksi.“Agh!”
Rasa panas menyebar ke seluruh tubuhnya, otot dan tulang terasa dipaksa hidup kembali. Di dalam dadanya, setitik api kecil yang tadi menyala…
berkobar sedikit lebih besar.Ling Xuan terjatuh terduduk, terengah, tapi kali ini ia tersenyum kecil.
"Aku... benar-benar harus mulai dari awal lagi.”
Ia mengepalkan tangan perlahan menatap batu merah keemasan itu. Rasa sakit terus menjalar, tapi ia tetap bertekad.
“Tidak apa. Kalau langit menutup pintu untukku… maka aku akan membuat jalanku sendiri.”
Ling Xuan berdiri dengan susah payah. Lemah dan penuh luka.
Begitu kalimat dominan itu keluar dari mulut Ling Xuan, Bai Yuer terdiam. Wajahnya merah, napasnya pendek, tapi tidak ada penolakan sedikit pun di matanya. Justru sorotnya menjadi lebih dalam, seperti sedang menantang sekaligus menyerah.Ling Xuan memperhatikan itu. Ia menghela napas perlahan, lalu mengangkat tubuhnya sedikit. Dengan sisa tenaga yang baru saja kembali mengalir, ia mengubah posisi mereka. Dalam sekejap, Bai Yuer terbaring di bawahnya sementara ia bertumpu dengan satu tangan di tanah, menatap gadis itu dari jarak sangat dekat.Jarak mereka tinggal hitungan sentimeter.“Jadi,” bisik Ling Xuan dengan suara rendah dan meyakinkan. “Apa kau benar-benar ingin mengulanginya?”Wajah Bai Yuer semakin panas. Tangannya terangkat, lalu berhenti di udara.Kulit Ling Xuan langsung bersentuhan dengan ujung jarinya, membuatnya tersentak kecil. Panas tubuhnya yang belum stabil membuat Bai Yuer merona lebih parah, tetapi gadis itu tidak menarik tangannya.Tubuh mereka hampir bersentuhan
Bai Yuer mengerjap beberapa kali, napasnya tersendat saat akhirnya mengenali posisi dirinya. Ia menindih Ling Xuan, tubuh mereka saling menekan, napas mereka hampir bertemu. Tatapan mereka terkunci beberapa detik.Hening memenuhi udara. Hanya terdengar suara napas berat mereka dalam diam.“Ling Xuan…?” ucap Bai Yuer seperti bisikan patah, setengah gemetar. Ia menegakkan kedua tangannya yang berada di sisi wajah Ling Xuan dengan bertumpu ke tanah tandus di lembah itu.Ling Xuan sedikit menegang, karena rasa sakit di dadanya yang masih menusuk. Namun ia tetap memaksakan senyum kecil yang tipis.“Kau seperti bidadari yang jatuh dari langit,” gumamnya pelan dan serak. Ia berusaha mengalihkan rasa sakit dengan bercanda atau mungkin sekadar memastikan bahwa Bai Yuer benar-benar sadar.Bai Yuer langsung terbelalak. Wajahnya memerah sampai telinga. Dengan panik ia mendorong tubuhnya sendiri untuk bangun. Namun begitu ia bergerak, rasa panas dari racun yang sempat mereda kembali melonjak tipis
Bai Yuer tidak menunggu jawaban siapa pun. Ia langsung melangkah keluar dari aula, melewati halaman sekte yang masih dipenuhi murid yang berbisik-bisik.Tidak satu pun berani menghentikannya. Semuanya bisa melihat dengan jelas kemarahan di wajahnya dan hawa panas samar dari racun yang masih bergejolak di tubuhnya.Setiap langkah terasa berat. Setiap napas terasa panas. Tapi ia terus maju. Menuju tempat di mana para pendosa sekte dibuang. Ke tebing Lembah Neraka Batu.Angin malam di puncak gunung terasa tajam dan dingin. Tebing itu menjulang seperti mulut raksasa yang siap menelan siapa pun yang mendekat.Begitu mencapai tepi jurang, Bai Yuer berhenti.Napasnya terputus-putus, wajahnya pucat, tapi matanya tetap tajam.Ia melihat ke bawah.Tempat itu… tempat yang selama ini hanya ia dengar dalam cerita menakutkan para murid… kini terbentang tepat di hadapannya.Lembah Neraka Batu.Jurang dalam dengan kabut panas memantul dari dasar. Dan di sisi tebing, tepat di bagian yang dipakai penja
Suara para tetua terdengar jauh dan bergetar, seperti berasal dari balik tirai tebal. Tubuh Bai Yuer terasa berat, panas… tapi tidak sekacau sebelumnya. Napasnya masih pendek, tapi pikirannya perlahan kembali."Tekan energinya… jangan biarkan naik lagi!”“Tetap fokus! Racunnya tidak stabil!”Suara-suara itu membuat Bai Yuer perlahan membuka mata.Ruangan tampak dipenuhi asap spiritual. Para tetua berdiri membentuk lingkaran di sekelilingnya.Mereka menyalurkan energi dingin, mencoba menekan racun dalam tubuhnya.Wajah mereka semua pucat.Salah satu tetua mengusap keringat dari dahinya.“Ini… sangat sulit. Racun ini terlalu dalam. Kita tidak bisa menetralkannya, hanya menahannya.”“Racun… apa?” Bai Yuer bertanya dengan suara lemah.Para tetua saling pandang. Lalu salah satu dari mereka menjawab dengan hati-hati.“Putri… ini Gairah Naga Merah. Racun langka yang menyerang emosi dan energi inti seseorang. Jika dorongannya tidak tersalurkan, racun akan menempel dan terus menggerogoti merid
Kabut panas di dasar Lembah Neraka Batu berputar perlahan seperti napas raksasa. Di antara batu-batu merah yang retak, tubuh Ling Xuan tergeletak.Darah mengalir dari pelipisnya, menguap sebelum sempat membasahi tanah. Tubuhnya seolah dibakar dari dalam karena kekosongan.Rantai segel para tetua telah menghancurkan jalur Qi-nya. Tak ada energi yang tersisa, tak ada panas dari Api Dalam Batu yang dulu menjadi jiwanya. Yang tinggal hanyalah tubuh manusia biasa, rapuh, hancur, dan terbakar oleh udara beracun lembah.Setiap tarikan napas terasa seperti menelan pisau.Setiap detak jantung, seperti pukulan palu di dalam dada.“Ini… akhirnya, ya…”Ia mencoba menggerakkan tangan, tapi ototnya tak lagi menuruti perintah. Tubuhnya kaku, dingin, sementara dunia di sekelilingnya merah dan berputar.Rasa sakit mulai pudar, berganti dengan kekosongan aneh, tanda nyawa mulai menjauh.Matanya setengah terpejam. Di tepi pandangan, ia melihat cahaya samar dari langit sempit di atas sana. Ia sempat berp
Dua penjaga membawa Ling Xuan keluar dari aula utama. Rantai energi spiritual mengikat tangannya. Rantai itu menyala samar dalam warna merah batu bara, yang merupakan simbol segel penghukuman Sekte Batu.Setiap langkahnya meninggalkan jejak darah di lantai batu. Tapi ia tak berteriak, tak membela diri lagi. Kata-kata sudah tak berguna. Semuanya telah ditentukan bahkan sebelum sidang dimulai.Di halaman utama, para murid berkerumun. Mereka berdesakan di balik pagar batu, mencoba melihat jelas sosok yang kini diseret ke tengah lapangan.Bisikan-bisikan langsung bermunculan, saling tumpang tindih seperti suara serangga malam.“Itu benar-benar Ling Xuan…?”“Tidak mungkin… dia murid jenius sekte. Mana mungkin melakukan hal memalukan itu?”Seorang murid lain menatapnya dengan jijik, suara keras tanpa menurunkan volume. “Jenius atau tidak, bukti sudah jelas! Dia ditemukan tanpa pakaian bersama Putri Bai Yuer!”Di sisi lain, sekelompok murid perempuan menutup mulut mereka, mata gemetar. “Kupi







