LOGINDua penjaga membawa Ling Xuan keluar dari aula utama. Rantai energi spiritual mengikat tangannya. Rantai itu menyala samar dalam warna merah batu bara, yang merupakan simbol segel penghukuman Sekte Batu.
Setiap langkahnya meninggalkan jejak darah di lantai batu. Tapi ia tak berteriak, tak membela diri lagi. Kata-kata sudah tak berguna. Semuanya telah ditentukan bahkan sebelum sidang dimulai.
Di halaman utama, para murid berkerumun. Mereka berdesakan di balik pagar batu, mencoba melihat jelas sosok yang kini diseret ke tengah lapangan.
Bisikan-bisikan langsung bermunculan, saling tumpang tindih seperti suara serangga malam.
“Itu benar-benar Ling Xuan…?”
“Tidak mungkin… dia murid jenius sekte. Mana mungkin melakukan hal memalukan itu?”
Seorang murid lain menatapnya dengan jijik, suara keras tanpa menurunkan volume. “Jenius atau tidak, bukti sudah jelas! Dia ditemukan tanpa pakaian bersama Putri Bai Yuer!”
Di sisi lain, sekelompok murid perempuan menutup mulut mereka, mata gemetar. “Kupikir dia orang paling disiplin di sekte… ternyata semua cuma topeng.”
“Diamlah,” bisik salah satu dari mereka dengan wajah pucat, “Kau tidak lihat? Dia bahkan tidak bisa berdiri tegak…”
Namun murid laki-laki bertubuh kekar yang berdiri di belakang mereka mendengus keras. “Dia hanya pura-pura! Orang seperti dia pantas dihukum! Siapa pun yang menodai putri kepala sekte tidak layak hidup!”
Ada juga murid yang terlihat ragu, suaranya sangat pelan. “…Tapi kenapa Putri Bai Yuer sendiri tidak bicara apa pun? Mengapa hanya Zhou Han dan Lan Ruo yang bersaksi?”
Temannya langsung menarik lengannya dengan panik. “Hei! Jangan bicara sembarangan. Kau ingin disebut pembela pendosa?”
Di tengah lapangan itu berdiri pilar penyegelan, menjulang setinggi tiga tombak. Permukaannya penuh dengan ukiran simbol kuno. Di atasnya, batu merah menyala seperti bara neraka.
Kepala sekte berdiri di depan pilar itu. Di belakangnya, para tetua bersiap menyalurkan energi segel. Zhou Han berdiri sedikit di sisi kiri, wajahnya tenang dan puas, sementara Lan Ruo hanya menunduk, matanya berair tapi bibirnya menggigit, menahan sesuatu yang tak berani ia katakan.
“Ling Xuan,” suara kepala sekte bergema di seluruh pelataran. “Kau diberi kesempatan terakhir. Akui kesalahanmu, maka aku akan memberi kematian yang layak, bukan pengasingan.”
Ling Xuan mengangkat wajahnya perlahan. Tatapan matanya dingin, tapi di baliknya, ada luka dalam yang disembunyikan.
“Aku tidak bersalah,” katanya tenang, suaranya bergetar. “Dan suatu hari... kebenaran akan datang menuntut mereka yang menuduhku.”
Kepala sekte menutup mata sejenak, lalu mengangkat tangan. “Kalau begitu, biarlah kau diadili oleh langit.”
Tujuh tetua menyalurkan energi mereka bersamaan. Simbol di pilar mulai bersinar, menyala dari bawah ke atas. Suara berderak memenuhi udara, diikuti angin yang berputar liar.
Energi spiritual merasuki tubuh Ling Xuan, menyusuri urat dan merusak jalur qi-nya satu per satu. Ia menggigit bibir, darah menetes di dagu, tapi tak satu pun keluhan keluar. Api Dalam Batu yang selama ini menjadi kebanggaannya kini mengamuk dalam dirinya, lalu seketika padam. Seperti bara yang dipadamkan dengan air dingin.
Pilar bergetar hebat, cahaya merah menelan tubuhnya.
Rantai spiritual di tangannya pecah menjadi debu, tapi bukan kebebasan yang ia dapat. Segel terakhir terbentuk di dadanya. Sebuah simbol berbentuk batu retak, tanda dari murid yang dicabut haknya, diputus dari akar sektenya sendiri.
Ketika cahaya mereda, tubuhnya jatuh berlutut di tanah. Energinya telah lenyap. Dunia terasa sunyi.
“Buang dia ke Lembah Neraka Batu,” perintah kepala sekte tanpa emosi.
Dua penjaga menariknya dengan kasar, menyeret tubuh yang nyaris tak punya tenaga itu menuruni jalur curam di sisi gunung.
Mereka tidak berkata sepatah kata pun. Suara rantai yang menyeret batu menjadi satu-satunya bunyi yang terdengar di sepanjang jalan.
Udara semakin berat. Semakin jauh mereka berjalan, hawa panas yang aneh mulai terasa dari bawah. Panas yang tidak seperti api, tapi seperti napas dari makhluk purba yang tidur di perut bumi.
“Ini sudah dekat,” gumam salah satu penjaga.
Di hadapan mereka, lembah terbentang seperti mulut raksasa yang menelan cahaya. Kabut hitam menggantung di udara, berputar pelan, dan dari sela-selanya tampak kilau merah samar, batu-batu besar yang bersinar seperti bara menyala.
Lembah Neraka Batu.
Tempat pembuangan para pengkhianat, penjahat, dan murid terkutuk. Tak seorang pun pernah kembali dari sana.
Mereka berhenti di tepi tebing curam. Di bawah sana, dasar lembah tampak samar, dipenuhi asap panas yang keluar dari celah-celah batu. Hawa dari bawah menyengat kulit seperti cambuk api.
Salah satu penjaga menatap Ling Xuan. “Ini akhirmu.”
Ling Xuan mengangkat wajahnya perlahan. Cahaya bulan menyinari matanya. Dingin, tapi menyala dalam. Bibirnya pecah, suaranya serak.
“Bukan akhir... hanya awal yang lain.”
Penjaga itu mengernyit. “Kau masih berani bicara?”
Ling Xuan tersenyum tipis. “Langit tahu siapa yang benar.”
Tanpa menunggu lagi, dua penjaga mengangkat tubuhnya yang lemah dan melemparkannya ke bawah.
Tubuh Ling Xuan melayang sesaat di udara, lalu jatuh menembus kabut panas. Suara teriakan tertahan terdengar saat tubuhnya menghantam batu di bawah, keras dan mematikan.
Namun lembah itu tidak membiarkannya mati begitu saja. Hawa panas langsung menyelimuti tubuhnya, seolah menyambut dengan siksaan. Batu-batu merah di sekitarnya bergetar halus, memancarkan cahaya samar yang aneh.
Ia mencoba bangkit, tapi luka di tubuhnya terlalu dalam. Darah mengalir dari dahinya, menetes ke tanah yang berasap.
Sebuah suara kecil bergema di dalam dirinya. “Api Dalam Batu tidak padam. Ia hanya menunggu...”
Ia menatap tangannya yang gemetar, lalu melihat batu merah di sekitarnya. Setiap batu memancarkan hawa yang sama dengan tekniknya. Panas, berat, tapi teratur. Seolah lembah ini sendiri adalah tempat asal kekuatan yang dulu ia pelajari.
Di atas tebing, dua penjaga sudah berbalik pergi. Salah satu dari mereka sempat menatap ke bawah sebelum pergi. “Kau takkan bertahan semalam, Ling Xuan.”
Tapi bahkan saat kabut kembali menutup lembah, di antara batu-batu merah yang membara, Ling Xuan membuka matanya. Api kecil menyala di balik irisnya.
Ia menggenggam tanah panas di tangannya. “Jika langit tak berpihak padaku,” bisiknya pelan, “maka aku akan membuat langit menatapku lagi! Entah sebagai manusia... atau sebagai iblis!”
Dan di tengah suara gemuruh lembah yang tak pernah tidur, Ling Xuan tertawa pelan. Tawa yang hampa, tapi membawa janji-janji tentang kebangkitan.
Sementara itu, di luar ruang tahanan, Zhou Han berdiri di bawah pohon plum bersama Lan Ruo. Bulan menggantung redup di langit, dan kabut turun pelan.
Lan Ruo memeluk dirinya sendiri, wajahnya pucat.
“Aku... tak menyangka akan sejauh ini,” katanya pelan. “Dia... kehilangan semuanya.”
Zhou Han menatap jauh ke arah lembah, senyum kecil muncul di ujung bibirnya.
“Kau terlalu lembut, Ruo. Dunia persilatan tidak memberi tempat untuk orang yang terlalu sempurna. Kau mau terus hidup di bawah bayang-bayangnya?”
Gadis itu diam.
Zhou Han menatapnya, mengangkat tangannya dan menyentuh dagunya lembut.
“Tenang saja. Sekarang semua orang akan melihat Ling Xuan sebagai pendosa. Dan kau...” Jemarinya menyusuri rambut gadis itu, “...akan menjadi murid pilihan berikutnya. Tempat di sisi Kepala Sekte bukan untuk orang lemah.”
Lan Ruo menutup mata, air mata jatuh satu. Tapi di dalam hatinya, perasaan lega yang dingin muncul bersama rasa takut.
Dan di lembah jauh di bawah gunung, Ling Xuan tergeletak di antara batu dan darah. Matanya yang setengah terbuka menatap langit.
“Sekte Batu, aku akan membuat kalian benar-benar menyesal!"
Begitu kalimat dominan itu keluar dari mulut Ling Xuan, Bai Yuer terdiam. Wajahnya merah, napasnya pendek, tapi tidak ada penolakan sedikit pun di matanya. Justru sorotnya menjadi lebih dalam, seperti sedang menantang sekaligus menyerah.Ling Xuan memperhatikan itu. Ia menghela napas perlahan, lalu mengangkat tubuhnya sedikit. Dengan sisa tenaga yang baru saja kembali mengalir, ia mengubah posisi mereka. Dalam sekejap, Bai Yuer terbaring di bawahnya sementara ia bertumpu dengan satu tangan di tanah, menatap gadis itu dari jarak sangat dekat.Jarak mereka tinggal hitungan sentimeter.“Jadi,” bisik Ling Xuan dengan suara rendah dan meyakinkan. “Apa kau benar-benar ingin mengulanginya?”Wajah Bai Yuer semakin panas. Tangannya terangkat, lalu berhenti di udara.Kulit Ling Xuan langsung bersentuhan dengan ujung jarinya, membuatnya tersentak kecil. Panas tubuhnya yang belum stabil membuat Bai Yuer merona lebih parah, tetapi gadis itu tidak menarik tangannya.Tubuh mereka hampir bersentuhan
Bai Yuer mengerjap beberapa kali, napasnya tersendat saat akhirnya mengenali posisi dirinya. Ia menindih Ling Xuan, tubuh mereka saling menekan, napas mereka hampir bertemu. Tatapan mereka terkunci beberapa detik.Hening memenuhi udara. Hanya terdengar suara napas berat mereka dalam diam.“Ling Xuan…?” ucap Bai Yuer seperti bisikan patah, setengah gemetar. Ia menegakkan kedua tangannya yang berada di sisi wajah Ling Xuan dengan bertumpu ke tanah tandus di lembah itu.Ling Xuan sedikit menegang, karena rasa sakit di dadanya yang masih menusuk. Namun ia tetap memaksakan senyum kecil yang tipis.“Kau seperti bidadari yang jatuh dari langit,” gumamnya pelan dan serak. Ia berusaha mengalihkan rasa sakit dengan bercanda atau mungkin sekadar memastikan bahwa Bai Yuer benar-benar sadar.Bai Yuer langsung terbelalak. Wajahnya memerah sampai telinga. Dengan panik ia mendorong tubuhnya sendiri untuk bangun. Namun begitu ia bergerak, rasa panas dari racun yang sempat mereda kembali melonjak tipis
Bai Yuer tidak menunggu jawaban siapa pun. Ia langsung melangkah keluar dari aula, melewati halaman sekte yang masih dipenuhi murid yang berbisik-bisik.Tidak satu pun berani menghentikannya. Semuanya bisa melihat dengan jelas kemarahan di wajahnya dan hawa panas samar dari racun yang masih bergejolak di tubuhnya.Setiap langkah terasa berat. Setiap napas terasa panas. Tapi ia terus maju. Menuju tempat di mana para pendosa sekte dibuang. Ke tebing Lembah Neraka Batu.Angin malam di puncak gunung terasa tajam dan dingin. Tebing itu menjulang seperti mulut raksasa yang siap menelan siapa pun yang mendekat.Begitu mencapai tepi jurang, Bai Yuer berhenti.Napasnya terputus-putus, wajahnya pucat, tapi matanya tetap tajam.Ia melihat ke bawah.Tempat itu… tempat yang selama ini hanya ia dengar dalam cerita menakutkan para murid… kini terbentang tepat di hadapannya.Lembah Neraka Batu.Jurang dalam dengan kabut panas memantul dari dasar. Dan di sisi tebing, tepat di bagian yang dipakai penja
Suara para tetua terdengar jauh dan bergetar, seperti berasal dari balik tirai tebal. Tubuh Bai Yuer terasa berat, panas… tapi tidak sekacau sebelumnya. Napasnya masih pendek, tapi pikirannya perlahan kembali."Tekan energinya… jangan biarkan naik lagi!”“Tetap fokus! Racunnya tidak stabil!”Suara-suara itu membuat Bai Yuer perlahan membuka mata.Ruangan tampak dipenuhi asap spiritual. Para tetua berdiri membentuk lingkaran di sekelilingnya.Mereka menyalurkan energi dingin, mencoba menekan racun dalam tubuhnya.Wajah mereka semua pucat.Salah satu tetua mengusap keringat dari dahinya.“Ini… sangat sulit. Racun ini terlalu dalam. Kita tidak bisa menetralkannya, hanya menahannya.”“Racun… apa?” Bai Yuer bertanya dengan suara lemah.Para tetua saling pandang. Lalu salah satu dari mereka menjawab dengan hati-hati.“Putri… ini Gairah Naga Merah. Racun langka yang menyerang emosi dan energi inti seseorang. Jika dorongannya tidak tersalurkan, racun akan menempel dan terus menggerogoti merid
Kabut panas di dasar Lembah Neraka Batu berputar perlahan seperti napas raksasa. Di antara batu-batu merah yang retak, tubuh Ling Xuan tergeletak.Darah mengalir dari pelipisnya, menguap sebelum sempat membasahi tanah. Tubuhnya seolah dibakar dari dalam karena kekosongan.Rantai segel para tetua telah menghancurkan jalur Qi-nya. Tak ada energi yang tersisa, tak ada panas dari Api Dalam Batu yang dulu menjadi jiwanya. Yang tinggal hanyalah tubuh manusia biasa, rapuh, hancur, dan terbakar oleh udara beracun lembah.Setiap tarikan napas terasa seperti menelan pisau.Setiap detak jantung, seperti pukulan palu di dalam dada.“Ini… akhirnya, ya…”Ia mencoba menggerakkan tangan, tapi ototnya tak lagi menuruti perintah. Tubuhnya kaku, dingin, sementara dunia di sekelilingnya merah dan berputar.Rasa sakit mulai pudar, berganti dengan kekosongan aneh, tanda nyawa mulai menjauh.Matanya setengah terpejam. Di tepi pandangan, ia melihat cahaya samar dari langit sempit di atas sana. Ia sempat berp
Dua penjaga membawa Ling Xuan keluar dari aula utama. Rantai energi spiritual mengikat tangannya. Rantai itu menyala samar dalam warna merah batu bara, yang merupakan simbol segel penghukuman Sekte Batu.Setiap langkahnya meninggalkan jejak darah di lantai batu. Tapi ia tak berteriak, tak membela diri lagi. Kata-kata sudah tak berguna. Semuanya telah ditentukan bahkan sebelum sidang dimulai.Di halaman utama, para murid berkerumun. Mereka berdesakan di balik pagar batu, mencoba melihat jelas sosok yang kini diseret ke tengah lapangan.Bisikan-bisikan langsung bermunculan, saling tumpang tindih seperti suara serangga malam.“Itu benar-benar Ling Xuan…?”“Tidak mungkin… dia murid jenius sekte. Mana mungkin melakukan hal memalukan itu?”Seorang murid lain menatapnya dengan jijik, suara keras tanpa menurunkan volume. “Jenius atau tidak, bukti sudah jelas! Dia ditemukan tanpa pakaian bersama Putri Bai Yuer!”Di sisi lain, sekelompok murid perempuan menutup mulut mereka, mata gemetar. “Kupi







