Share

Bab 2

"Kenapa ada dia?" Keysha berucap pelan tanpa sadar.

Ayu mendengar apa yang diucapkan Keysha walaupun suaranya tadi terdengar lirih. Rupanya wanita berkaos hitam itu masih bersama dan menemaninya sejak masuk sampai ke meja prasmanan.

"Dia? Maksud kamu siapa?"

Ayu mengikuti arah mata Keysha menatap dan segera tahu siapa orang yang dimaksud.

"Kenapa ada kakak senior dalam acara reuni ini? Bukannya ini khusus fakultas se-angkatan kita?"

Keysha merasa heran kenapa undangan beda dengan realita. Jelas di sana tertulis, khusus se-angkatan saja. Ini salah satu alasan Keysha mengiyakan bujukan Ayu waktu itu untuk menghadiri reuni. Iya, karena undangan reuni khusus se-angkatan, bukan berbaur dengan kakak senior. Lantaran Keysha memang sedang menghindari pertemuan kembali dengan kakak senior, eh, lebih tepatnya menghindari pertemuan dengan Mr. mantan, Bastian.

"Tadinya memang khusus untuk se-angkatan, tapi pas seminggu sebelum hari-H, ternyata banyak yang nggak bisa hadir. Panitia bingung, makanan dan tempat sudah dibooking dan udah dibayar pula. Lo, sih, nggak join WA group, jadi lo nggak update."

Ayu menjelaskan sambil menaruh beberapa makanan ke piringnya. Dia tahu gundah sudah mulai menghampiri sahabatnya, tampak dari air muka Keysha yang langsung berubah.

"Akhirnya, panitia berinisiatif mengajak kakak senior untuk ikut gabung dalam acara kita. Tapi masih dalam satu fakultas," sambungnya tanpa menoleh ke arahnya karena masih sibuk mengambil makanan.

"Lo, kok nggak bilang, bakal gabung dengan kakak senior? Taju gini, aku nggak bakal ikut." Wajah Keysha terlihat kecewa, ia sudah tak bisa menyembunyikannya.

Ayu berdecak kesal.

"Kalo lo nggak ikut, makin berkuranglah tamu yang akan hadir. Lagipula kenapa kalo kakak senior pada datang, bukannya lebih bagus, acara akan lebih meriah. Dan satu hal lagi, kita bisa berhubungan dengan mereka, saling tuker informasi tentang pekerjaan, kehidupan, dan lainnya. Pikiran kita bisa jadi lebih luwes, bukan begitu?"

Keysha masih diam, tak menjawab ocehan sahabatnya. Dia masih dongkol karena tak diberitahu info terkinintentang kehadiran kakak senior.

"Lo kenapa, sih, Key, belum bisa move on? Yang aku kenal, Keysha yang dulu adalah wanita yang pintar, cerdas, gaul, dewasa, ceria, bijak dan tegar. Tapi sekarang lo jadi berubah seratus delapan puluh derajat. Bukan kayak Keysha yang aku kenal. Lo lebih menutup diri sejak ...."

"Cukup, Yu. Aku nggak butuh ceramah dari lo sekarang. Aku lagi nggak mood berdebat."

Keysha mencomot makanan kemudian menaruhnya ke piring untuk Gita.

Ayu menyikut lengan Keysha. "Dia udah tahu kehadiran lo. Tuh, lihat, dari tadi dia noleh ke arah kita terus. Coba lo lihat."

Ayu memaksa Keysha melempar pandang ke arah kelompok orang yang ada Bastian di sana.

Keysha mengerti siapa 'dia' yang dimaksud Ayu, orang itu Bastian, mantannya. Lantaran ada rasa penasaran yang menggumpal hati, Keysha mengumpulkan keberanian untuk memalingkan muka ke arah pria bertindik telinga tersebut. Tatkala kedua mata mereka bertemu, spontan Bastian menyapa dengan melambaikan tangan dan mengulumkan senyuman. Dengan cepat Keysha membuang muka ke arah lain karena kaget dengan perlakuan Bastian, seolah-olah tidak terjadi apa-apa di antara mereka di masa lalu.

"Sayang, gabung ke sana, yuk," ajak Kevin yang entah sejak kapan sudah ada di samping Ayu.

"Iya, ntar ya, ini aku lagi ambil makanan buat kamu," jawab Ayu dengan lembut kepada suaminya.

"Hai, Key. Apa kabar? Lama nggak ketemu, masih cantik seperti dulu." Kevin senyum nakal, menyapa dengan embel-embel gombal di akhir ucapannya.

Ayu mencubit pinggangnya dan Kevin berteriak mengaduh disusul dengan gelak tawa Keysha.

"Yuk, gabung dengan kami di sana." Kevin menunjuk ke arah kelompok orang yang ada Bastian di antaranya. "Lo belum amnesia, kan? Masih ingat teman kuliah lo?" Kevin tersenyum meledek.

Keysha membalas dengan senyuman masam. Rasa enggan untuk gabung dengan kelompok itu, eh, lebih tepatnya enggan bertemu dan gabung dengan mantan yang sudah meninggalkannya waktu itu tanpa penjelasan apa-apa. Rasa sakit itu muncul lagi setelah melihatnya kembali hari ini. Padahal selama ini, Keysha sudah berhasil menahan dan melupakan rasa sakit itu dengan bertekad mengubur semua kenangan bersamanya. Namun, pertemuan ini seolah membuka celah untuknya mengingat rasa nyeri itu kembali. Bagaimana mungkin sikap Bastian barusan seolah-olah tidak merasa bersalah bahkan tidak ada penyesalan telah meninggalkannya tanpa kata putus.

"Sayang, aku ke sana dulu, ya, makananku jangan lupa. Udah laper, nih," ujar Kevin sambil mengelus perut lalu mengayunkan langkah menjauhi mereka berdua.

"Iya, iya, bawel," sewot Ayu sambil melanjutkan memilih makanan untuk suaminya.

Setelah piring terisi makanan, Ayu pun kembali berusaha mengajak Keysha untuk gabung dengan kelompok tadi.

"Kayaknya aku nggak ikut ke sana, deh, Yu." Ajakannya ditolak Keysha.

"Kenapa?"

"Aku nggak nyaman."

"Bukannya selama ini lo butuh penjelasannya? Inilah saatnya lo tanya langsung, mumpung orangnya sudah ada di sini. Selama ini dia orang yg lo cari, kan?"

"Tapi sekarang aku udah nggak butuh penjelasan apa-apa dari dia."

Ayu menghela napas kasar, "Keysha, Keysha, aku tahu lo. Kita, tuh, temanqn sejak SMA. Mulut lo bisa bohong, tapi ini lo enggak." Ayu menyentuh d4danya lalu memberi senyuman kecil.

Keysha menatap Ayu dengan perasaan yang tak karuan. Iya, sebenarnya Keysha berharap suatu saat nanti, jika bertemu dengan Bastian, dia akan menanyakan alasan ia meninggalkannya. Mengapa ia mendadak melanjutkan kuliah ke Jepang tanpa memberitahukan terlebih dahulu?

"Kalo lo menghindar dari dia saat ini, kebaca banget, lo, tuh belum bisa move on. Lo lihat, kan, sikap dia biasa aja tadi, malah sempat lambai tangan segala buat nyapa lo. Eh, perlu diingat, nggak selamanya mantan itu harus dijadikan musuh yang menakutkan, bisa juga dijadiin teman. Gimana cara kita bersikap aja."

Keysha mencoba mencerna apa yang diucapkan Ayu barusan dan membenarkannya dalam hati.

"Bukan begini caranya lo menghindari mantan, kayak tikus ketemu kucing. Hadapi dia dengan kepala tegak, buktikan ke dia kalo lo baik-baik aja tanpa dia. Malah sekarang hidup lo lebih bahagia ada Gita."

Mendengar nama Gita disebut, seperti meneguk vitamin penyemangat dalam hidupnya. Keysha mengangguk mantap seolah mengiyakan dengan semua ocehan sahabatnya. Ayu selalu menjadi tempat curhatan saat dia sedang gundah sejak mereka duduk di bangku SMA. Apalagi masalahnya dengan Bastian, Ayu selalu menjadi tempat pelampiasan kesedihannya. Ayu benar-benar bisa diandalkan karena sifat dewasanya selalu memberi nasihat dan dapat dicerna dengan logika.

"Ayo, lo udah siap?" Ayu mengajaknya lagi.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status