Share

Bab 3

"Hai, ikut gabung, ya. Akhirnya kita ketemu dan kumpul lagi di sini. Apa kabar kalian semua?" sapa Ayu saat meletakkan piring ke meja dan duduk di samping Kevin.

"Baik." Terdengar jawaban dari salah satu teman mereka, Abas.

Keysha mengambil posisi duduk di samping Ayu dan memangku Gita. Dia hanya melemparkan senyuman kepada teman yang menyapanya saja, tanpa sedikitpun menoleh ke arah Bastian.

Sementara Bastian terlihat sungguh mempesona dengan kemeja pendek dongker, tengah mencuri pandang dari tadi sejak melihat mereka menuju ke meja. Dia juga memindai Gita yang berjalan bersisian dengan balon di tangannya. Ternyata Gita dari tadi main dengan mainan tersebut yang diberikan Ayu, pantas saja tidak terdengar rengekan darinya.

Bastian, Kevin, Roni, dan Abas memang satu geng zaman kuliah dulu. Mereka mengambil jurusan manajemen bisnis yang merupakan kakak senior beda dua tahun dari Keysha dan Ayu. Sementara Keysha dan Ayu jurusan akutansi di fakultas yang sama, Ekonomi.

Zaman kuliah dulu, mereka berenam sangat akrab dan suka kumpul bareng, sampai terbentuk dua pasangan yaitu Bastian-Keysha dan Kevin-Ayu. Hanya saja yang berhasil sampai ke pelaminan hanya Kevin dan ayu, Bastian dan Keysha kandas di tengah jalan.

"Hai, Key, apa kabar lo? Itu anak lo?" sapa Abas sambil menguyah makanan di mulutnya.

Keysha mengangguk, "Gita, sapa dong para om yang ada di sini."

"Hai, Om. Apa kabal?" Suara cadel Gita sontak membuat Ayu ketawa.

"Baik, Sayang." Abas menyahutnya.

"Cantik, kayak lo, Key," sambungnya sambil melirik Bastian yang tiba-tiba menjadi tuna wicara.

"Busyet lo, Key. Masa kita dipanggil Om, sih. Kesannya gimana gitu." Kini Roni protes dengan nada ledek.

"Habis lo orang mau dipanggil apa? Mamang? Uwak?" Kini terlihat Keysha yang sudah kembali ceria dan beradaptasi dengan candaan teman zaman kuliahnya dulu.

Ucapan barusan membuat mereka tertawa berbarengan. Sambil menikmati makanan, mereka bercanda tawa dan saling memberi informasi tentang pekerjaan yang mereka kerjakan sekarang. Sementara Bastian yang dari tadi belum bersuara sejak kehadiran Keysha, mendadak merasa ada sesuatu yang mengganjal tenggorokannya.

Berbeda dengan Keysha yang merasa lebih nyaman meski harus bergabung dengan Bastian yang dari tadi hanya bisa menatapnya. Namun, saat dia tertangkap basah, dengan cepat dia memalingkan wajah dan menyembunyikan kesalahtingkahannya.

Dalam hati, ingin sekali dia menanyakan kabar wanita yang pernah ada di hatinya itu. Sisa cinta yang ada di lubuk hati masih ada untuknya, bahkan masih begitu besar. Saat itu, ingin ia menjelaskan alasannya melanjutkan kuliah S2 ke Jepang dari beasiswa. Bukan tanpa pamit sebenarnya, ia punya sebab melakukannya. Sebuah alasan yang masih disimpan rapi di hati. Namun, apakah Keysha akan percaya dengan alasan yang dikatakan Bastian?

"Guys, aku ambil makanan lagi ya, masih laper," kata Bagas sambil beranjak dari duduk.

"Eh, aku juga mau ke toilet dulu ya," sambung Roni ikutan berdiri dan berjalan berbarengan Bagas.

"Em, Sayang, kayaknya aku juga mau nambah makanan, deh, tadi yang kamu ambil masih kurang, yuk, temani aku." Kevin menarik tangan dan mengajak Ayu.

Ayu kelihatan kebingungan dengan tingkah ketiga teman lain yang sudah meninggalkan tempat itu. Namun, isyarat mata Kevin, dia sanggup mengerti apa maksud dan tujuan mereka.

Mereka ingin memberi ruang dan waktu untuk Bastian dan Keysha mengobrol berdua, membahas tentang hubungan mereka yang masih menggantung.

"Gita Sayang, masih mau balon nggak? Yuk, Tante ambilin, mau warna apa?" Ayu mengajak dan menarik tangan Gita yang sudah selesai makan disuapi Keysha.

"Lo di sini, ya, ntar aku balikin Gita lagi. Aku bawa dia jalan-jalan dulu, biar nggak bosan." Ayu mengerlingkan mata dan memberi isyarat agar Keysha harus tetap tinggal di situ dan jangan menghindari Bastian terus.

Sepertinya Keysha mengerti maksudnya dan berusaha bersikap biasa saja agar tidak terlihat sedang takut menghadapi sang mantan. Kini suasana di meja itu menjadi canggung dan asing baginya setelah keempat temannya meninggalkan tempat tersebut.

Jujur, Keysha benci keadaan situasi dan pertemuan seperti ini, malas menata hati untuk mendengar apapun yang akan dijelaskan Bastian nanti.

Kalau dulu iya, dia ingin sekali mendengar alasan dari Bastian. Akan tetapi, beriringan dengan waktu yang berjalan, lambat laun Keysha sudah bisa ikhlas merelakan kepergian Bastian yang tanpa pamit itu.

"Boleh aku duduk di sini?" Suara mantan kekasih itu terdengar jelas, ternyata dia sudah berdiri di belakang kursi kosong samping Keysha dan meminta persetujuannya sebelum duduk.

"Terserah," jawab Keysha singkat tanpa menoleh.

Bastian menarik kursi lalu menempelkan bokong dan menyandarkan punggung ke sandaran kursi setelah menerima jawaban 'terserah' darinya.

Keysha yang berpura-pura fokus menatap ponsel, masih belum mau bersuara apalagi menoleh ke arahnya. Dia sedang mengatur jantung yang tiba-tiba berdegub tak karuan setelah dia tahu Bastian duduk di samping sedang mengamati dirinya.

"Kamu apa kabar?" Tiba-tiba suara itu memecah keheningan.

"Baik." Keysha refleks menjawab singkat, masih pura-pura fokus dengan ponsel yang ada dalam genggamannya.

"Kamu nggak tanya kabar aku?" Bastian memancing supaya Keysha mau bersuara sekadar menanyakan kabar.

"Buat apa?" Lagi-lagi Keysha menjawab dengan nada ketus, masih enggan menoleh.

"Kita, kan, sudah lama nggak bertemu, nggak tahu kabar satu sama lain ...."

"Lebih bagus lagi kalau kita nggak usah ketemu selamanya."

Keysha memotong pembicaraan dan menekan kata 'selamanya'. Pun memberanikan diri menoleh dengan tatapan sedingin kutub.

"Kamu marah?"

Bastian membalas tatapan Keysha. Ia dapat merasakan wanita itu telah menyimpan luka. Tatapan dingin Keysha yang tak pernah ia lihat saat masih bersamanya dulu.

"Enggak."

Keysha cepat-cepat beralih menatap ponselnya kembali. Wanita berambut ikal tersebut tidak mau mempertahankan kontak mata dengan Bastian terlalu lama. Dia belum sanggup menatap mata Bastian yang begitu dirindukan selama ini. Menyadari bahwa dirinya sudah bersuami dan ia harus menjaga jarak dengan lelaki lain untuk menghargai perasaan suaminya.

"Kalau kamu nggak marah, kamu nggak bakal bersikap seperti ini, cuek, dingin, jutek, bersikap asing kepadaku."

Keysha yang masih betah menatap ponselnya, tidak menjawab apapun. Dia memang sengaja tidak mau berbicara banyak hal dengannya.

"Key!"

Membetulkan posisi duduk, berulang kali Bastian menghela napas untuk mengurai sesak yang bergelombang di dada. Ingin menjelaskan semuanya tetapi dia sedang mencari momen yang pas. Bukan saat itu, Bastian dapat mencium aroma penolakan Keysha. Ia melihat wanita yang masih cantik di matanya seolah menutup diri, menghindar dan tidak mau mendengarkan penjelasannya.

"Kenapa kamu menikah dengan pria lain?"

Setelah mengumpulkan keberanian, akhirnya Bastian bertanya. Dia merasa Keysha semestinya harus menunggu dia pulang dari Jepang.

Merasa tak nyaman dengan pertanyaan yang baginya tak perlu dijawab, Keysha melebarkan pupil mata seperti sedang berusaha mengendalikan diri. Menurutnya, Bastian tidak pantas bertanya dan seharusnya menjawab pertanyaannya yang selama ini masih ia pendam. Kenapa selama ini dia tidak pernah menghubunginya? Kenapa nomor ponselnya tidak aktif? Akses sosmed-nya pun sudah ditutup semua. Mereka benar-benar hilang kontak.

"Kenapa, Key?"

Bastian mengulang pertanyaan yang tak terjawab dengan suara lirih. Wajahnya mendekat untuk melihat rona muka Keysha dengan jelas. Namun, wanita tersebut bangkit dari duduk dengan raut yang tak suka, dan segera melangkah menjauhinya. Melihat respons Keysha, Bastian pun mengikuti langkah dan berusaha mencegat. Mempercepat langkah untuk mensejajarkan langkahnya dan pria tampan itu tak sengaja menarik lengannya.

"Key, kita butuh bicara. Beri aku kesempatan untuk menjelaskan semuanya."

Keysha menahan langkah lalu menoleh. "Tidak ada yang harus kita bicarakan lagi, hubungan kita udah selesai, the end."

Keysha menghentakkan tangan dan berhasil lepas dari genggamannya, kemudian melanjutkan langkah lebar, berusaha menjauhinya.

"Key, kamu mau ke mana?" Bastian masih berusaha mengejar tetapi tanpa menyentuhnya lagi.

"Pulang."

"Aku anter," sambungnya cepat sambil terus berusaha mensejajarkan langkahnya.

"Enggak usah. Suamiku udah tunggu di depan." Keysha berhenti di mana Ayu dan Gita berdiri.

"Yuk, Sayang, kita pulang. Ayah sudah ada di depan."

Keysha menggendong Gita. Dia pamit kepada Ayu yang dari tadi sudah memperhatikan gerakan mereka dari jauh. Namun, dia tidak tahu persis apa yang dibicarakan, yang ditangkap terjadi perdebatan di antara mereka.

Ayu mengangguk dengan raut wajah prihatin, "aku anter ke depan, ya."

Ayu memberi isyarat mata kepada Kevin untuk mencegah Bastian agar tidak mengikuti Keysha lagi. Dia tahu, Keysha sedang tidak dalam keadaan baik.

Mereka mengayunkan langkah beriringan meninggalkan Bastian yang masih mematung menatap punggung Keysha yang menghilang dari pandangannya.

Dengan hati yang penasaran, Bastian berinisiatif mengikuti Keysha dari jarak jauh. Kevin pun mengikutinya. Dia ingin melihat sosok suami yang sudah menikahi Keysha dan merebut darinya. Matanya menyipit untuk memfokuskan wajah pria yang ada di dalam mobil. Wajah itu sangat jelas ketika Keysha membuka pintu mobil penumpang bagian depan.

"Oh, ternyata dia suaminya. Tetapi, kenapa harus lelaki itu?" Bastian bergumam dalam hati dengan sekali tarikan napas panjang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status