"Andaikan saja dulu kalau kita jadi dan sudah menikah, mungkin kita juga akan mempunyai seorang anak seusia Gita, " ucapnya dengan senyuman cinta yang bisa kurasakan. "Key, apa kamu bahagia selama ini tanpa aku?" Tuhan, kenapa Engkau mempertemukan kami lagi? Sudah lama aku belajar mengikhlaskan dan melupakan dia. Apa ini ujian-Mu yang harus aku hadapi? Bahkan dia datang saat yang tak tepat. Saat aku sudah mempunyai Mas Ikbal dan Gita. "Maafkan aku, Key. Tapi jujur, aku masih belum bisa melupakanmu. Aku masih mencintaimu sama seperti dulu, bahkan cintaku kini semakin besar untukmu." "Kamu adalah alasan aku bertahan hidup sampai sekarang," sambungnya sambil mengelus dan mengecup pucuk kepalaku. "Kamu tak mencintai suamimu, kan? Katakan, tidak, Key." Dia seolah mengetahui isi hatiku. Bukan, aku bukan tidak mencintainya, tetapi rasa cintaku lebih besar untukmu, Bas. Namun, bagaimana aku bisa berkata jujur kepadamu? Aku tidak bisa menghianati suami yang sudah baik dan bersikap lembut saat kamu meninggalkanku. Bagaimana kisah selanjutnya? Ada baper, sedih pilu, senang seperti merasakan jatuh cinta lagi. Ada yang terluka, ada yang tersaingi, ada yang merasa dirinya paling benar. Semuanya dikupas, dicampur aduk menjadi satu paket. Apa alasan Bastian meninggalkan Keysha? Apakah Keysha akan memilih baikan dengan Bastian dan menggugat cerai suaminya? Ataukah Keysha akan tetap mempertahankan pernikahannya dengan Ikbal yang sudah membantu membalut luka lama selama Bastian menghilang entah ke mana.
Lihat lebih banyak"Key, lo jadi datang, kan?" tanya Ayu via telepon saat Keysha sudah berada di taksi online bersama Gita.
"Iya, ini lagi otw. Bentar lagi nyampe, kok," jawab Keysha dengan santai seraya bola mata mengedarkan ke luar jendela."Oke, aku tunggu lo. Aku baru nyampe juga, nih. Hati -hati, ya. Bye."Keysha terpaksa menggunakan jasa taksi tersebut, lantaran Ikbal yang tadi pagi janji akan mengantarnya sedang dalam perjalanan pulang tetapi macet. Sang suami pun menyuruhnya berangkat tanpa menunggunya sampai di rumah."Ya, nanti kalo pulang, aku yang jemput. Soalnya acara juga pasti selesainya malam banget, aku nggak tega lihat kamu dan Gita pulang sendirian."Itu jawaban Ikbal tadi sore, yang masih fokus dengan jalan di depannya.Selang beberapa menit, tiba di acara reunian, Keysha memegang tangan Gita sembari berjalan bersisian. Wajah gadis kecil berusia tiga tahun itu tampak riang dan antusias karena diajak jalan-jalan."Bun, ada balon."Gita menunjuk balon warna-warni yang terpajang di pintu masuk."Iya, bagus, ya. Gita suka warna apa?"Keysha suka menanyakan hal apapun kepada anak gadisnya guna agar berharap dapat melatih cara belajar komunikasi dan menjawab pertanyaan jika ditanya."Suka bilu, melah, kuning, ijo."Gita menyebutkan semua warna yang dilihatnya dengan gaya cadel."Semuanya dong berarti?"Keysha dengan posisi sedikit berjongkok, tidak bisa menahan ketawa setelah mendengarkan suara khas tersebut. Bocah kepang dua itu mengangguk mengiyakan sambil mengikuti gaya bundanya ketawa."Key, lo udah datang?"Suara Ayu yang sangat familiar terdengar di telinga Keysha. Dia menoleh ke sumber suara dan membenarkan posisinya menjadi berdiri lalu terkesima melihat sosok Ayu yang berubah dari segi penampilan. Tubuh lebih berisi dan wajah lebih glowing dengan dandanan yang tidak terlalu menor."Hai, Yu. Apa kabar?"Refleks mereka berpelukan dengan erat menunpahkan kerinduan. Sudah lama sekali mereka tidak bertemu sejak Keysha menikah enam tahun silam. Rasa rindu itu biasanya hanya dicurahkan via ponsel saja.Iya, Keysha memang menutupi diri untuk tidak berhubungan dengan siapapun setelah menikah. Bukan karena suaminya melarang tetapi memang Keysha sendiri yang merasa minder karena dirinya lulusan sarjana dan tidak bekerja, malah mengurus rumah tangga. Sementara sebagian temannya lebih memilih karir, seperti Ayu. Terdengar kabar terakhir, Ayu menjabat menjadi menejer keuangan di salah satu perusahaan di ibukota ini."Aku baik, Key, lo gimana?"Mereka pun melepas pelukan. Keysha mengangkat kedua bahunya."Ya, begini yang lo lihat."Ada senyuman bahagia terpampang di wajah tatkala Keysha dapat bertemu kembali dengan sahabat lamanya."Eh, sorry ya, waktu itu aku nggak bisa datang ke pernikahan lo, Gita lagi sakit, aku nggak mungkin meninggalkannya," sambung Keysha dengan raut sesal terbaca di wajahnya. Ia tak bisa menyimpan perasaannya."Iya, udah tahu, udah kesekian kali lo minta maaf, sampe bosen aku mendengarkannya."Ayu mencolek hidung bangirnya lalu mengulas senyuman."Ini Gita, anak lo?"Ayu memalingkan wajah ke arah bawah dan melihat sosok anak kecil yang imut.Keysha mengangguk."Gita, ayo salam sama Tante Ayu.""Hai, Tante Ayu, apa kabar?"Gita pun menurut perintah bundanya lalu mencium punggung telapak tangan Ayu. Ah, anak itu pintar sekali. Keysha sudah mengajarkan banyak hal tentang sopan santun dan ramah tamah.Ayu mengambil posisi jongkok untuk mensejajarkan tubuh dengan Gita. Matanya menatap lekat gadis yang wajahnya mirip dengan Keysha."Baik, Sayang. Ih, lucu banget, sih, kamu. Tante jadi gemes, deh. Cubit, boleh?"Gita menggelengkan dengan wajah masam. Meski bukan bocah yang cengeng, Gita tak mau disakiti dengan cubitan."Cium, boleh?"Ayu bertanya iseng dan Gita mengangguk sembari senyum. Beberapa saat, Ayu pun mendaratkan kecupan di pipi kanan dan kiri sambil menekan kata 'muach'."Lo sendirian? Suami lo nggak ikut?" Ayu menyapu sekeliling, mencari keberadaan Ikbal."Tadi aku naik taksi online, Mas Ikbal dalam perjalanan dari Bandung, katanya di tol macet buanget. Daripada aku telat, aku disuruh naik taksi, ntar pulang baru dijemput.""Kok nggak bilang, sih, tahu gitu aku jemput kamu tadi.""Aku nggak mau ngerepotin Kevin dan lo." Keysha menolak halus dengan alasan."Nggak ngerepotin sama sekali. Kalo Kevin tahu, dia bakal mau jemput lo juga.""Pengantin baru, nggak enak diganggu."Nada Keysha menggoda membuat rona wajah Ayu memerah."Pengantin baru apaan, kita udah nikah setaon kale."Lengan Keysha dicubit manja."Udah, ah, yuk, masuk. Teman lain pasti sudah pada datang."Sejak Keysha menikah apalagi sekarang sudah punya Gita yang kini berusia tiga tahun, waktu dan tenaganya dikuras untuk mengurus suami, anak dan rumah tangga yang sudah dibangun selama 6 tahun. Untuk acara bertemu dan bercengkrama secara langsung dengan teman lama, nyaris sudah tidak pernah dilakukan lagi.Jujur, Keysha enggan ikut acara reuni se-angkatan Fakultas Ekonomi zaman kuliahnya dulu. Lantaran dibujuk Ayu, sahabat lama yang sudah ingin bertemu dengannya, ia pun mengiyakan. Namun, dari kemarin mereka selalu berhubungan meski sebatas video call atau via chat saja.***Suasana acara reuni memang sengaja didesain dengan tema outdoor, yang dihiaskan balon dan aneka pernak-pernik khas pesta sehingga membuat kondisi menjadi sedikit meriah. Tampak di sana beberapa meja berlapiskan kain putih sebagai tempat makanan prasmanan yang lezat, tentunya.Para tamu yang sudah hadir rata-rata teman se-angkatan. Namun, ada sebagian yang tak dikenal walaupun mereka se-angkatan karena beda jurusan. Ada yang hadir dengan pasangan dan buah hatinya. Ada pula yang hadir sendiri, bahkan ada yang hadir berkelompok dengan teman gengnya saat mereka kuliah dulu. Semua tampak bahagia, dapat dilihat dari raut wajah mereka yang menebarkan tawaan dan senyuman.Saat Keysha mengambil makanan di meja prasmanan, tak sengaja sorot mata tertuju ke salah satu kelompok orang yang tak asing baginya. Berkali-kali dia memicingkan mata untuk mempertajam penglihatan ke salah satu orang dari kelompok itu untuk memastikan apa yang dilihat adalah orang yang sesuai dugaannya. Berulang kali, berusaha memfokuskan pandangan, dan ...."Kenapa ada dia?" Keysha berucap pelan tanpa sadar.Dia? Siapa?"Eh, sekretarisku. Ini habis dari kantor. Lembur ada meeting dadakan." Ronald menjawab sedikit salah tingkah. "Kalau anak ini?" Keysha mengelus kepala anak kecil itu dengan lembut. Anak itu mundur dan bersembunyi di belakang gadis yang Keysha belum tahu namanya."Anaknya Bagas, tahu kan?""Bagas, adik kamu?" Bastian menerkanya.Dia mengangguk, "istrinya baru meninggal enam bulan yang lalu, kecelakaan.""Inalilahi ... Sorry ya, aku enggak tahu." "Ya, enggak apa-apa. Jadi sekarang aku yang merawatnya dan kadang gantian sama mama.""Oh, sekretarismu bantuin kamu jaga anak ini juga?" Keysha melihat keakraban dari mereka, anak itu terkesan nyaman memegang tangan sang sekretaris."Halalin segera, biar enggak jadi cibiran orang, masa sekretaris merangkap jadi babysitter." Keysha menggodanya. "Iya, iya, tunggu aja undangannya." Ronald menyambut godaannya dengan kekehan. "Gitu dong move on, bagaiman
"Iya setelah dapat dan sekarang body-ku enggak seksi lagi? Mulai pelan mencampakkanku." Mulutnya tak berhenti menggerutu seperti langkahnya yang terus melaju.Perlahan, Bastian bisa membaca aura kecemburuan dari istrinya semakin memuncak. Dia pun menarik sedikit kedua sudut bibir dan menarik lengan Keysha. "Hei, kamu cemburu?" Wanita itu menahan kaki lagi dan menatap lekat suaminya. Mau mengakuinya, tetapi kok, malu. Namun, syukurlah akhirnya dia peka, batinnya."Au ah, gelap." Lalu, Keysha kembali melangkah menjauhi pemilik mata elang itu. Sementara Bastian masih terpaku memandang punggung Keysha yang semakin lama semakin menjauh."Jadi mikir nih untuk punya anak kedua kalau ngidamnya kayak gini. Parah, kudu siapin stok kesabaran berkarung-karung. Perasaan dulu dia enggak pernah cemburuan kayak begini banget. Selalu percaya karena dia tahu sebesar apa cintaku untuknya." Bastian bermonolog dalam hati sembari menggele
"Sayang, kita ke sana, yuk! Biar kamu minum teh hanget dulu. Sekalian sarapan, aku khawatir kamu masuk angin." Mata Keysha mengikuti arah pandang suaminya. Sebuah tenda kaki lima orang berjualan makanan."Kamu mau makan apa?" tanya Bastian yang duduknya agak berjauhan dengan Keysha. "Ada bubur, soto Surabaya ama tupat tahu.""Bubur aja." Sorot matanya tertuju ke gerobak mamang yang berbaju kuning. "Buburnya enggak pake sambal, kacang, kerupuk dan satu lagi, enggak pake lama." Bastian geleng-geleng lalu menuju ke mamang berbaju kuning itu kemudian kembali duduk di tempat semula. Suasana di sana masih belum begitu ramai "Nih, minum dulu." Teh hangat disodorkan di depannya.Ada resah di wajah suami melihat acara muntah-muntah tadi. Bibir Keysha sedikit pucat dan paras terlihat lemas. Bukannya dia tidak mau membantu, kalian bisa tahu, kan reaksinya, gaes.Dua bubur panas tersaji di meja. Baru beberapa suap bubur itu masuk
"Mau ke mana, Sayang?" tanya Bastian ketika melihat Keysha bersiap dengan kaos lebar yang menutup perut buncitnya dan celana panjang lengkap dengan sepatu kets."Mau jalan keliling kompleks. Kata dokter kalo mau normal, kudu banyak jalan." Keysha berlalu begitu saja melewatinya. "Tunggu, aku temani, ya. Mumpung Sabtu, aku hari ini enggak ke kantor." Bastian beranjak dari duduk dan berjalan menuju ke arahnya."Enggak usah, Mas. Aku bisa sendiri. Kamu jangan mendekat." Dia membentang salah satu tangannya dan tangan lain menutup hidung."Astaga. Iya, aku jaga jarak nanti pas kamu jalan. Aku enggak dekat-dekat. Kamu di depan, entar aku ikutin kamu dari belakang. Aku cuma ingin temani, enggak mau kamu kenapa-napa nanti. Itu aja, oke?" Lelaki itu menahan langkah dan memberi penjelasan. Berharap dia diizinkan ikut. Dia hanya ingin pastikan kalau istrinya aman-aman saja saat jalan pagi.Dengan terpaksa, Keysha mengangguk setuju, "tapi
"Tapi waktu itu kamu jadi pergi 'kan?" Ibu memotong pembicaraannya."Iya, mau enggak mau, bisnis itu penting sekali. Tapi apa, Bu? Tiap jam aku harus video call-an. Terus, pas dia mau tidur, aku harus tunggu dia sampai tidur, baru boleh dimatiin video call-nya. Itu pun karena aku suruh dia ambil bajuku untuk dia cium. Manjanya kelewatan banget. Sementara tadi?"Bastian menarik napas panjang sebelum melanjutkan keluhannya."Bekas saliman tangan dan bekas kecupan di kening, buru-buru dia cuci. Kayak jijik gitu sentuhan suaminya."Kalimat terakhirnya beriringan dengan gelak tawa Danisa."Sabar. Sabar." Wanita mengelus lengannya. Tawaan itu belum berakhir, masih berlanjut untuk beberapa detik kemudian."Perasaan, istri teman-temanku kalau ngidam enggak kayak gitu deh. Ngidamnya cuman makanan doang, martabak, soto, bakso, atau apa gitu. Istriku, kok, beda, ya?""Iya, itu yang Ibu bilang tadi, reaksi setiap ibu hamil itu beda-beda. Ada yang ngidam makanan,
"Bentar, nih mau cukur dulu. Udah lebat." Berbagai alasan dia lontarkan untuk mengulur waktu agar bisa berlama-lama berada di kamar, syukur-syukur dia diizinkan tidur di kamar itu lagi."Enggak pake acara cukur-cukuran. Ayo, silakan keluar! Cukur di kamar tamu." Sekuat tenaga dia mendorong lagi tubuh suaminya. Sebenarnya bukan sang suami tidak bisa menahan tubuh, dia hanya melihat kondisi tubuh sang istri seperti itu. Dia tidak tega menggunakan tenaga untuk memaksa mempertahankan diri. Pintu kamar segera dikunci ketika sang suami berhasil diseret ke luar."Key, jangan gitu dong. Sayang, please, salahku apa? Izinkan aku tidur di sini malam ini." Lelaki itu masih mengiba, berharap hati Keysha luluh. Akan tetapi, usaha permohonannya tidak digubris sang istri. Tidak ada sahutan apapun di balik pintu kamar itu."Key, tolong bukakan pintu, aku lupa sesuatu. Madu yang kamu beli, ketinggalan di kamar. Please izinkan aku masuk untuk mengambilnya." Wajahny
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen