Share

Bab. 6. Sadap

Alyssa menutup mulutnya dengan jemari tangan. Dia merasa merinding mendengar apa yang dikatakan oleh Gio. Tidak mengerti apakah yang dilakukan Gio hanya gertakan saja atau malah sungguhan.

"Mas, aku mohon. Aku akan mengatakannya padamu jika aku sudah siap," ucap Alyssa dengan bibir yang bergetar. Netra bulat Alyssa sudah menimbun banyak air yang siap untuk meluncur dengan indah di pipinya.

Suasana malam yang seharusnya indah karena ditunggui oleh suami, terasa mengerikan dan tidak ada kenyamanan di sana. Entah sampai kapan Alyssa akan kuat bertahan.

"Aku pegang ucapan mu, Alyssa. Ingat jika kau berdusta maka aku tidak akan segan lagi untuk memaksamu!" Gio mengancam Alyssa dengan tangan yang sudah mencekal kuat lengan Alyssa.

Alyssa menepis tangan Gio dengan lembut semua ini ia lakukan agar Gio bisa ia kendalikan. Alyssa tidak ingin semua rencananya akan gagal.

"Mas, tenanglah. Aku paham kau sangat menginginkan aku. Apa kau suka jika aku sudah tidak enak lagi dipakai? Semua butuh waktu, Mas. Aku mau membuat diri ini cantik dan kuat. Agar bisa memuaskan mas tanpa harus ke rumah sakit! Mas mau kan memodali aku agar bisa terlihat bugar dan cantik?" rayu Alyssa.

Gio melirik ke arah sang istri yang begitu menggemaskan menurutnya. Hati Gio pun meleleh, tangan Alyssa ia lepaskan perlahan.

"Sayang, apapun yang kau pinta pasti akan aku penuhi selama hal itu untuk memberikan kepuasan kepada ku. Aku akan mengirimkan uang ke rekening mu sekarang juga," ucap Gio. Dia pun mengambil ponselnya dan mengirim uang untuk Alyssa melalui m-banking miliknya.

Ting ....

Notif transfer sudah berbunyi di ponsel Alyssa. Alyssa pun mengambil ponselnya untuk melihat berapa nominal yang dikirim oleh Gio.

Gio tersenyum melihat raut wajah Alyssa yang melongo. Gio merasa bangga dengan apa yang ia lakukan untuk sang istri.

"Hahaha ... Lihat wajahmu, Alyssa! Pasti kau tidak pernah melihat jumlah angka yang tertera di rekeningmu! Dasar wanita lihat duit aja langsung berubah! Giliran dimintai jatah, pura-pura jual mahal!!" gumam Gio di dalam hati.

Alyssa terkesiap, tidak menyangka jika niatnya diketahui oleh Gio.

"Kurang ajar! Mengapa ni mata tidak bisa dikondisikan sih!! Menyebalkan sekali!" gumam Alyssa kesal dengan matanya yang tidak tahan melihat uang yang banyak. Sudah sewajarnya siapapun yang melihat nominal yang tertera 300 juta. Sebuah angka fantastis hanya untuk perawatan muka dan tubuh.

"Gak juga lah, Mas. Diam-diam aku itu mengagumi kekayaan mas Gio yang sepertinya tidak akan habis walau sudah punya istri tiga. Rahasianya apa sih, Mas!" ujar Alyssa dengan wajah yang menggemaskan.

Gio tersenyum, manik mata coklat Gio menyimpan sebuah misteri besar.

"Tidak, Alyssa. Kau tidak akan paham bagaimana caraku mendapatkan semua uang itu. Aku dulu bekerja keras pagi siang dan malam hanya untuk bisa menjadi kaya seperti sekarang ini. Semua hasil kerja kerasku waktu muda terbayar akhirnya, sekarang aku tinggal menikmati saja," ungkap Gio berbohong.

"Apa jualan mebel mas laris ya di luar negeri?" tanya Alyssa lagi.

"Benar sekali. Orang luar sangat suka dengan mebel yang aku buat, ukiran dan harum kayu yang mas pakai sangat mereka sukai," ucap Gio dengan jumawa.

Memang benar jika kayu mebel perusahaan Gio mengeluarkan bau harum yang membuat rileks orang yang ada di dekatnya. Hal yang membuat semua orang ingin selalu membeli meja, kursi ataupun tempat tidur dari mebel Gio.

"Mas Gio dapat kayu itu dari mana?"

"Tentu saja dari supplier yang mencari kayu itu hingga di pedalaman hutan. Tidak sembarang orang yang bisa memasok kayu dengan jenis yang mas pakai," ucap Gio berbohong.

Sesungguhnya Gio menggunakan darah tumbalnya untuk dioles di gelonggongan kayu yang akan diolah menjadi kursi, meja, lemari ataupun tempat tidur. Semua pembeli yang sudah datang ke show room milik Gio maka orang itu bisa dipastikan akan membeli.

"Mas, usaha mas keren juga ya. Kapan-kapan aku ingin melihatnya, aku penasaran dengan kursi, meja dan lemari yang mengeluarkan bau harum," pinta Alyssa dengan manja.

Gio terkejut dengan permintaan Alyssa.

"Ayolah, Mas! Aku ingin sekali memiliki salah satu furniture dari hasil mebel mas. Mas tidak apa-apa kan?" tanya Alyssa dengan penuh harapan. Dia terus mendesak, hingga Gio tidak bisa menghindar lagi.

Gio menggigit bibir untuk menutupi kegugupannya. Dia harus mencari alasan agar Alyssa tidak mendesaknya untuk melihat perusahaannya.

"Alyssa, sudah lah. Kau harus fokus dengan kesembuhan mu dulu. Masalah itu nanti akan kita bicarakan lagi," ucap Gio beranjak dari duduknya. Dia lebih baik sementara waktu ini, tidak mendekati Alyssa.

Alyssa tersenyum dalam hati, dia merasa menang dari Gio. Senjata utamanya sekarang adalah merengek minta ikut bekerja. Gio pun merebahkan diri di sofa dengan lengan menutup wajahnya.

"Baiklah, Mas. Sekarang aku tahu kelemahan mu. Pasti ada sesuatu yang kau sembunyikan dari kami para istri mu. Aku akan memulai misiku dari pekerjaan mu, Mas!" gumam Alyssa di dalam hati. Dia merasa senang karena sudah mendapat cara untuk membalas semua sakit hatinya.

Alyssa melirik ke arah Gio yang sudah memejamkan mata. Alyssa mencari keberadaan ponsel Gio. Ternyata ponsel Gio terletak di sampingnya.

Melihat hal itu Alyssa ingin mengambil ponsel milik Gio. Alyssa ingin menyadap ponsel tersebut agar dia tahu rahasia apa yang suaminya simpan.

Alyssa menunggu sampai Gio benar-benar terlelap. Hingga setengah jam kemudian, Alyssa bangun. Perlahan dia menggeser infusnya berjalan mendekati Gio yang hanya berjarak lima langkah.

Alyssa dengan susah payah mengambil ponsel Gio. Setelah mendapat ponselnya, Alyssa segera menyadapnya melalui sebuah aplikasi yang ia kuasai saat masih kuliah dulu.

"Yes! Akhirnya aku bisa menguasai ponsel mas Gio! Sebentar lagi aku akan mengetahui rahasia yang disembunyikan oleh Gio!" gumam Alyssa di dalam hati. Dia sudah bertekad untuk bisa menyibak rahasia yang Gio sembunyikan darinya dan dari istri-istri yang lain.

"Uhuk!"

Gio terbatuk, Alyssa sangat terkejut dia bergegas mengembalikan ponsel Gio ke tempatnya semula. Dengan hati yang was-was sambil mengatur napas agar tidak jatuh, Alyssa kembali lagi naik ke atas tempat tidurnya.

Alyssa kembali tidur setelah melirik ke arah Gio yang ternyata hanya berganti posisi tidur.

"Huft! Hampir saja. Jantungku rasanya seperti berhenti berdetak. Untung saja aku sudah selesai menyadap ponsel mas Gio!" gumam Alyssa sembari mengusap dadanya yang sempat berdebar dengan kencang, seperti seorang pencuri yang kepergok warga.

Sekali lagi Alyssa melirik ke arah Gio, dia ingin membuka ponselnya apakah sudah bisa digunakan untuk melihat semua chat di aplikasi hijau milik Gio.

"Astaga!!"

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status