Share

8. Nelangsa.

Author: Yashica Billy
last update Last Updated: 2024-10-25 18:31:56

"Aku ke kamar mandi dulu, ya?" kata Andini saat ada pergantian kelas kepada Elke.

"Mau ditemani?" Elke menawarkan diri.

Andini menggeleng. "Nggak usah, makasih."

"Ya sudah, aku bawakan barang-barangmu saja."

Andini mengangguk dan meninggalkan Elke. Namun, di tengah perjalanan tiba-tiba ia mendapati Emilia menyeret tangannya menjauh dari arah kamar mandi ke sudut yang lebih sepi.

"Sini dulu!"

Jantung Andini seketika terpacu lebih cepat karena mengantisipasi apa yang akan terjadi. Ia berharap tidak pernah mengalami perundungan seperti yang beredar di banyak berita.

"Eh, lo pagi ini sekolah berangkat sama siapa?" tanya Emilia dengan nada menuntut.

"Hah?" Andini berkedip beberapa kali dengan wajah bingung. "Kenapa?"

"Jawab gue! Bukan malah tanya balik!" sergah Emilia pelan.

"Sama orang rumah," jawab Andini masih tak mengerti dengan pertanyaan Emilia.

"Bokap lo ?"

"Bokap?"

"Bapak! Ish."

"Oh, bukan." Andini menggeleng.

"Nyokap lo ?"

"Nyokap?"

"Ya ampun, manusia ini udik sekali. Ibu lo !" Emilia mulai kehilangan kesabarannya. Kedua tangannya dilipat depan dada. Karena tingginya melebihi Andini, jadi makin terasa mengintimidasi.

Andini kembali menggeleng.

"Sodara?"

"Bukan."

"Sopir lo ?"

"Bukan," jawab Andini yang mulai terasa tak nyaman karena ingin segera buang air kecil.

"Semua bukan, terus siapa? Hantu penunggu rumah?" desak Emilia.

Andini terdiam. Ia bingung harus mendeskripsikan posisinya di rumah keluarga Wisesa. Meskipun anak asuh Aruna, bukan berarti ia dianggap keluarga oleh mereka.

Emilia mendekatkan wajahnya sambil tersenyum sinis dan mengejek. "Sama sugar daddy lo, kan? "

Tadi sugar baby, sekarang sugar daddy. Apalagi ini? Andini membatin dengan tampang kebingungan yang sangat, tapi tampaknya Emilia tak menyadari hal itu karena terlalu fokus dengan tuduhannya.

"Ngapain lo kayak ulet gitu?" tegur Emilia melihat Andini bergerak-gerak tak nyaman.

"Aku..."

"Merasa bersalah? Eh, lo seudik dan semiskin itu atau gimana? Masa nggak tahu kalau Andhika Wisesa itu pacarnya aktris terkenal? Kalau cari mangsa itu yang tahu diri. Jangan punya orang lain lo embat juga, eh, namanya juga sugar baby, kan? Orang miskin yang butuh duit tapi nggak mau kerja. Makanya jadi orang tuh kerja!" Emilia mengatakan itu sambil menunjuk dada Andini cukup keras dengan jari telunjuknya yang dirawat baik. "Kalau miskin ya miskin aja, nggak usah mimpi jadi orang kaya!" Sebelum pergi, kali ini ia mendorong Andini hingga menabrak dinding di belakangnya.

Dicerca seperti itu, dada Andini terasa sesak seketika, tapi di saat yang sama, ia harus ke kamar mandi sehingga ia segera meninggalkan tempat menuju kamar mandi sembari menahan air mata.

Apa salahku sampai harus diperlakukan begini? Ya Allah, aku hanya ingin sekolah dan hidup damai, batin Andini sedih.

Begitu di dalam kamar mandi, sambil menyelesaikan urusannya, Andini tak kuasa lagi menahan air matanya. Dan karena tak berhenti-berhenti meskipun sudah selesai buang air, akhirnya ia terlambat masuk kelas.

"Dari mana kamu?" tanya seorang guru laki-laki yang bertampang seram begitu Andini memasuki kelas yang itupun sempat salah jalan.

"Maaf, Pak, saya dari kamar mandi," ucap Andini sambil menunduk.

"Ke kamar mandi saja lama?"

"Saya salah jalan tadi."

Jawaban Andini membuat sebagian teman-temannya menertawakan bahkan ada yang heran kenapa bisa tersesat.

"Hei, hei, jangan ribut!" tegur sang guru, lalu menoleh pada Andini. "Kamu yang anak baru itu?"

Andini mengangguk. "Iya, Pak."

"Ya sudah, saya maafkan kali ini. Lain kali saya kurangi poin kamu! Duduk sana!"

"Terima kasih, Pak." Andini pun segera berjalan cepat dan duduk di bangku sebelah Elke di mana buku-buku dan peralatan belajarnya sudah ada di atas meja.

"Lama banget? Ada apa?" tanya Elke khawatir apalagi ia perhatikan wajah Andini tampak kacau.

Andini hanya menggeleng dalam diam.

***

"Yakin nggak bareng aku saja?" tanya Elke saat mereka pulang sekolah. Melihat wajah kusut Andini, ia jadi khawatir.

Irawan tidak bisa menjemput Andini ke sekolah karena tengah mengantarkan Andhika, oleh karenanya laki-laki itu menyuruhnya naik taksi sendiri menuju apartemen.

"Makasih, tapi sama Mas Dhika disuruh naik taksi saja," jawab Andini menolak halus atas tawaran baik temannya itu.

"Ya sudah, hati-hati, ya? Kalau butuh apa-apa, hubungi aku."

"Oke."

"Aku duluan. Daaah." Elke melambaikan tangan pada Andini ketika melihat mobil jemputannya dan berjalan mendahului.

"Daaah," balas Andini sambil melambaikan tangannya juga.

"Hai," sapa Rishi.

Andini menoleh dan tersenyum tipis. "Hai, Kak."

"Menunggu jemputan?"

Andini menoleh. "Nggak. Mau panggil taksi soalnya nggak ada yang bisa jemput."

"Mau bareng?"

Andini menggeleng dan menolaknya seperti kepada Elke tadi. "Nggak, makasih. Saya nggak boleh bareng orang. Maaf, ya?"

Rishi mengangguk paham. "Ya sudah, aku temani sampai dapat taksi."

Bersama Rishi, Andini berdiri di tempat yang sekiranya mempermudah baginya memesan dan menunggu taksi online. Keduanya tak menyadari dari kejauhan ada Emilia yang menahan amarah dari dalam mobil jemputannya yang mulai berlalu.

Setelah menunggu beberapa lama, taksi online Andini datang dan ia pamit pulang lebih dulu setelah mengucapkan terima kasih kepada Rishi yang menyusul pulang setelahnya.

Andhika sendiri yang khawatir dapurnya kebakaran jika Andini menggunakannya, laki-laki itu menyuruhnya pesan makanan dari luar saja jika lapar bersamaan dengan pesannya menyuruh Andini pulang sendiri. Tak lupa ia memberikan alamat apartemennya.

Andini tidak ingin berspekulasi apapun atas perintah Andhika yang tetap menyuruhnya kembali ke apartemen mengingat laki-laki itu belum sepenuhnya menerima dirinya juga karena di rumah masih ada Scarlett yang menginap.

Sesampainya di apartemen, baru saja berganti pakaian, ada tamu yang memencet bel berkali-kali dengan tidak sabaran. Karena ia pikir Andhika yang mungkin butuh sesuatu, tanpa prasangka apapun, ia segera membukanya dan ternyata...

"Mbak Scarlett?"

Tanpa ba-bi-bu Scarlett menampar wajah Andini sekeras mungkin hingga terasa panas dan telinganya seperti berdenging dan air matanya meleleh sendiri.

"Minggir lo!" perintahnya sambil mendorong Andini hingga menabrak dinding lalu masuk ke dalam unit.

Andini tetap berdiri terpaku untuk melakukan sesuatu.

"Tutup pintunya!" perintah Scarlett lagi, tapi karena Andini tak beranjak sedikitpun, ia yang akhirnya menutup pintu unit dengan kasar dan menyeret Andini ke dalam lalu mendorongnya hingga jatuh ke lantai.

"Aduh!" erang Andini kesakitan kala tubuhnya terantuk lantai.

Scarlett jongkok di hadapannya dengan wajah murka. "Lo udah gue kasih duit banyak buat ngejauh dari Andhika. Masih kurang? Hah!"

Andini yang ketakutan hanya bisa meringkuk dan menggeleng. Dan gelengannya diartikan oleh Scarlett sebagai pembenaran atas uang pemberiannya. Aktris muda itu membuka tasnya dan melemparkan amplop setebal sebelumnya pada Andini.

"Nih, gue tambah! Jauhi Andhika!"

"Saya nggak ada hubungannya sama Mas Dhika, Mbak," terang Andini disela tangisannya.

"Halah, air mata buaya. Kalau nggak ada, kenapa semalam dia milih di sini sama lo daripada pulang ke rumah? Gue pacarnya! Gue tungguin dia di rumah nggak ada kabar, nggak tahunya..."

Andini menggeleng. "Saya nggak minta Mas Dhika untuk jemput, Mbak."

Scarlett lebih mendekatkan wajahnya pada Andini. "Lo bilang bukan orang yang dijodohkan dengan Andhika, tapi lo nempel banget ke dia. Kalau butuh sekolah, ya sudah, sekolah saja. Nggak usah macam-macam! Makanya, kalau miskin nggak usah terlalu banyak berkhayal! Mimpi lo ketinggian. Cinderella itu cuma dongeng! Jadi orang yang realistis! Ini peringatan kedua buat lo." Lalu ia bangkit dan sedikit menendang Andini sebelum pergi.

"Ibu...Ayah...aku mau pulang saja, Bu, Yah!" Andini mengadu sambil menangis dengan posisi yang masih sama seperti Scarlett meninggalkannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Aku Bukan Pembantu    45. Andhika Marah.

    Karena produk baru, jelas wajah Andini ikut terpampang di mana-mana sebagai bintang iklannya dan hal itu membuat Emilia kesal. Sedangkan tanggapan beberapa teman lain yang tidak memandangnya rendah cukup beragam. Ada yang sedikit berubah yang artinya kini Andini memiliki value untuk berada di tengah-tengah mereka dan sebagian lagi tetap memandang sinis padanya serta menganggapnya sekedar beruntung ditawari menjadi bintang iklan apalagi karena berada di tengah-tengah keluarga Wisesa."Biarin ajalah. Mereka cuma iri," kata Elke menghibur Andini. Andini bisa melihat apa yang dikatakan Elke benar karena embel-embel nama besar Wisesa, tapi ia tidak bisa bangga sepenuhnya karena memang bukan anggota keluarga itu. Namun, tak menampik bahwa kesempatannya datang dari sana. "Aku tahu kamu bukan nggak bersyukur, tapi nggak usah dipikirkan. Benar deh. Nikmati saja selagi bisa," timpal Amal sambil menepuk bahu Andini."Banyak yang lupa kalau di atas langit masih ada langit." Katya menambahkan de

  • Aku Bukan Pembantu    44. After Party.

    Begitu acara selesai, semua berkumpul di rumah utama. Tidak ada agenda khusus, hanya kumpul keluarga rutin selagi Surya dan Aruna di Jakarta."Kamu nggak istirahat?" tanya Andhika yang tadinya ingin bersantai di pinggir kolam malah mendapati Andini sudah lebih dulu di sana."Ini istirahat," jawab Andini yang tadinya berbaring segera duduk tegak.Keduanya sudah berganti baju santai. Biasanya jika ada Andini, Andhika lebih sering menghindar dan saat ini justru duduk di lounger atau kursi santai sebelah gadis itu."Ada beberapa tawaran pemotretan dan iklan buat kamu," kata Andhika tanpa menatap Andini, justru ke ponsel yang dibawanya sambil bersandar santai.Andini yang mendengar hal itu langsung menatap kaget. Ia masih duduk tegak. "Saya?""Memangnya siapa lagi? Bu Tati?""Kok saya?" tanya Andini tak percaya dan heran bukan kepalang.Andhika meletakkan ponsel di atas meja yang ada di antara mereka. "Kenapa?""Ya ...aneh saja sih. Saya kan bukan model," jawab Andini lirih tapi masih bisa

  • Aku Bukan Pembantu    43. Konferensi Pers & Peluncuran Produk.

    "...kontrak saudari Scarlett Desiree sebagai brand ambassador seluruh produk yang berada di bawah naungan Wisesa Group telah berakhir hari ini sebagaimana yang tertulis secara hitam dan putih, namun begitu, Wisesa Group tidak berniat untuk memperpanjangnya dan sudah kami sampaikan kepada pihak manajemennya dengan atau tidak adanya kasus yang tengah terjadi saat ini. Semuanya murni keputusan pimpinan. Oleh karena itu, mohon untuk tidak mengaitkan saudari Scarlett dengan Wisesa Group lagi. Sedangkan untuk urusan pribadi yang berkaitan dengan CEO PT. Wisesa Indonesia Lestari, saya juga ingin menyampaikan agar tidak mengaitkan pemberitaan apapun dengan beliau. Bapak Andhika..." Selanjutnya suara dari legal team perusahaan yang berbicara mewakili Andhika seperti dengungan lebah di telinga Andini yang terpaku dengan apa yang disampaikan.Andini terdiam memikirkan Scarlett. Bukan karena bersimpati, ia malah tidak tahu harus merasa bagaimana atas nasib kekasih Andhika itu sejak berita tersebu

  • Aku Bukan Pembantu    42. Skandal Scarlet.

    Setelah syuting, hari-hari Andini berjalan seperti biasa, termasuk bagaimana Emilia yang masih memusuhinya dan Rishi yang semakin sering menemuinya selagi ada waktu."Kak Rishi naksir kamu deh, An," komentar Elke suatu hari ketika mereka tengah bersantai di gazebo usai makan siang. Andini langsung mengibaskan tangannya. "Ngawur kamu.""Iya." Katya mengangguk membenarkan."Setuju." Amal memberikan jempolnya. "Cuma kamunya yang nggak respon atau kayak berusaha menjauh gitu. Tapi, dia gigih, lho.""Iya, benar." Elke setuju. "Mungkin karena Emilia juga, kan dia naksir Kak Rishi. Tapi, kamu sendiri gimana? Suka nggak?"Amal memang ada benarnya bahwa Andini sedikit menjauh karena perintah Andhika juga, hanya jika ditanya apakah ia suka, terus terang ia tidak tahu. "Gimana?" desak Katya sedikit menggoda.Andini menggeleng. "Nggak tahu.""Coba aja dulu," kata Katya.Andini menunduk. "Gimana, ya...aku ke sini untuk sekolah.""Tapi, masa jatuh cinta dilarang?" tanya Amal ingin tahu. "Kayaknya

  • Aku Bukan Pembantu    41. Akhirnya Syuting Iklan 2.

    Melihat kedatangan Scarlett membuat semua yang ada di sana menoleh. Andini memucat seketika dan tubuhnya kaku. Andhika yang melihat hal itu dengan luwes mendekati kekasihnya sambil ikut membawakan pizza dan membantu meletakkan di meja yang ada di sana."Kok nggak cerita kamu ke sini?" tanya Andhika dengan senyuman lebar sambil mencium kedua pipi Scarlett."Kejutan dong, Sayang," sahut Scarlett gembira kejutannya berhasil dan tatapan matanya tertuju pada Andini yang masih mematung di tempatnya."Makasih, aku senang kamu kasih aku kejutan. Let's talk, shall we?" Masih dengan senyuman, Andhika menggandeng Scarlett pergi."Tapi, Babe, aku belum menyapa yang lain," ujar Scarlett berusaha tetap bertahan."Kamu bisa menyapa mereka nanti." Siapapun masih mendengar suara lembut Andhika yang mendapat godaan oleh kru di studio.Melihat Scarlett menjauh, perlahan napas Andini berhembus. Ia tidak sadar sejak kapan menahannya. Sungguh siapa sangka wanita itu tiba-tiba datang. Melihat reaksi Andhika

  • Aku Bukan Pembantu    40. Akhirnya Syuting Iklan.

    Andini bisa merasa lega sebab setelah itu tak ada lagi kejadian buruk menimpanya. Kalaupun ada yang kurang menyenangkan, hanya sebatas Emilia dan beberapa teman lain yang menganggap ia tak layak berada di SMA Sage. Namun, secara umum ia tetap bisa fokus belajar. Kemudian hari untuk syuting iklan dimulai. Andini masih tidak percaya bahwa ia betul-betul dikontrak menjadi bintang iklan. Syutingnya sendiri dilakukan di akhir pekan saat ia libur sekolah."Lakukan saja seperti kamu biasanya. Ingat, kamu bagian dari Wisesa, jadi anggap sebagai membantu keluarga," kata Andhika yang ikut menemani Andini syuting. Saat ini mereka tengah menyiapkan set dan make up untuk para pemeran termasuk Andini.Dengan adanya laki-laki itu sangat tidak membantu Andini sama sekali. Ia merasa tidak nyaman dan takut melakukan kesalahan. "Kami tidak menjadikanmu bintang iklan karena kamu terkenal dan jago akting. Sedari awal kamu bukan artis. Ingat kan alasannya apa?" sambung Andhika."Ya." Tentu saja Andini in

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status