Share

B7. Kematian Adelia

Satu jam sebelum kejadian terjadi.

Adelia mengangkat kotak yang baru dia bawa dari kelasnya. Adelia ingin membawa kotak tempat susu itu ke ruang guru. Namun, tak disangka justru dia bertemu dengan Sarah, Freya, dan Jehan.

Ketiga gadis itu menghampiri Adelia. Sarah mendekatkan kepalanya, dia seperti hendak membisikan sesuatu di telinga Adel. Saat bibir itu hampir menyentuh telinga Adel dan desiran napas hangat memutar di sekitar daun telinga Adelia. Mata indah itu mendadak membulat dengan sempurna. Setelah itu Sarah menepuk pipi Adelia dengan menggunakan tangan kanannya. Setelah itu ketiganya berlalu dari hadapan Adelia.

Satu jam setelahnya, sekolah SMA Harapan gempar karena kejadian yang mengejutkan di pagi hari. Salah satu siswi sekolah tersebut loncat dari roof top.

Bunuh diri atau kah ada yang mendorongnya?

***

Flashback,

Sehari sebelum kejadian.

Sebagai seorang sahabat, Kayana memang selalu memperhatikan Adelia. Sejak sikap aneh dari Adel, Kayana sudah merasakan firasat buruk yang akan terjadi. Akan tetapi Kayana selalu menepis dan berpikir positif kalau semua akan baik-baik saja.

Seperti halnya pagi itu, Kayana melangkahkan kakinya dan berhenti tepat di depan sebuah gerbang besi kecil. Tangannya menggapai pengait gerbang besi tersebut dan melepaskannya. Kayana  mendorong pelan gerbang besi itu ke belakang dan dia melangkah masuk ke halaman rumah itu. Belum sempat Kayana mengetuk pintu itu. Seseorang sudah membukakan pintu untuk Kayana. Bu Dewi tersenyum di balik pintu tersebut dan mempersilahkan Kayana untuk masuk ke dalam rumah.

"Ayo, masuk dulu, Kay. Adel sedang bersiap-siap di atas. Apa kau sudah sarapan?" tanya wanita yang masih terlihat cantik walaupun sudah berumur 45 tahun.

"Sudah, Tante. Terima kasih." Kayana duduk di sofa dan memperhatikan Bu Dewi yang sedang mempersiapkan segelas susu untuk Adelia. Lalu wanita itu melangkah mendekati Kayana dan duduk di depan Kayana. Sepertinya wanita cantik itu hendak menanyakan sesuatu pada Kayana.

"Kay, Tante mau tanya. Apa Adelia punya masalah di sekolah?" tanya Bu Dewi.

"Maksud Tante Dewi apa? Kay tidak paham apa yang Tante bicarakan," jawab Kayana.

"Maksud Tante begini, Adel akhir-akhir ini tampak aneh sikapnya. Dia sering melamun bahkan nilai-nilainya melorot," jelas Bu Dewi.

"Adel—tidak punya masalah di sekolah kok Tante, tapi memang akhir-akhir ini aku juga merasa ada perubahan pada diri Adel." Ternyata bukan hanya Kayana yang menangkap perubahan aneh pada diri Adel. Bu Dewi selaku ibu kandung Adel pun merasakannya.

Awalnya justru Kayana ingin menanyakan hal itu langsung pada ibunda Adelia, tapi malah kebetulan Bu Dewi yang pertama menanyakan perihal itu pada Kayana. Lantas gadis cantik itu menceritakan sikap Adelia di sekolahan yang sering melamun dan menyendiri, bahkan Kayana pernah memergoki Adelia menangis di toilet sekolah, tapi Adelia sering menyangkalnya saat ditanya oleh Kayana. Dari situ Kayana merasa jika Adelia menutupi sesuatu dari Kayana.

Saat mereka berdua sedang asik berbincang-bincang di ruang tengah, Adelia melangkah menuruni anak tangga dengan sangat lemas. Bu Dewi yang menyadari jika putri kesayangannya telah turun dari lantai atas kemudian menghampiri Adelia. Kayana pun beranjak dari sofa.

"Adel, apa kau sakit?" Bu Dewi mengusap lembut pipi Adel. Adelia hanya menggelengkan kepalanya. Dia terlihat malas membuka mulutnya. "Ayo, sarapan dulu," ajak Bu Dewi. Kembali Adel hanya diam dan menuruti apa kata ibunya.

Kayana terus memperhatikan Adel dengan rasa sedih di hatinya. Kayana benar-benar merasa miris melihat keadaan Adel.

"Kay, kau tidak ikut sarapan?" tanya Adelia dengan nada lirih dan lemah.

"Ah, aku sudah——baiklah. Aku akan sarapan," sahut Kayana yang pada saat itu diberi kode oleh Bu Dewi.

Kayana melangkah menuju meja makan dan duduk di samping kursi yang diduduki oleh Adel. Bu Dewi pun mengambilkan dia lembar roti tawar yang sudah diolesi selai, lalu Bu Dewi menuangkan segelas susu hangat untuk Kayana.

Kayana tidak bisa menolaknya karena itu pun atas permintaan dari Bu Dewi. Di sela-sela sarapan bersama itulah Kayana jadi teringat keadaannya. Hatinya kembali merasa sedih tak kala teringat sang ibu yang pergi dari rumah. Kayana hanya bisa menarik napas pelan.

Dalam perjalanan menuju sekolah pun Adel hanya diam. Dia berjalan sambil menundukkan kepalanya. Kayana berulang kali memperingatkan Adel, tapi Adel sama sekali tidak mengindahkan.

Hari itu memang masih terlalu pagi, tapi Kayana dan Adelia punya tugas di pagi itu. Kayana menghentikan langkahnya dan dia pun jongkok karena tali sepatunya lepas. Kayana mengikat tali sepatunya dan sekilas dia melihat Adel yang berjalan menuju tengah-tengah jalan. Kayana langsung panik dan khawatir karena pada saat itu sebuah motor melaju dengan cepat ke arah Adel.

"Adeeel!" Kayana berlari dan berteriak memanggil nama Adel. Untung saja Kayana masih sempat menarik tas punggung Adel dan membuat gadis itu jatuh terduduk di sisi jalan.

Si pengendara itu menghentikan motornya dan melepaskan helm yang dia kenakan. "Apa kau baik-baik saja?"

Kayana dan Adelia mengangkat kepalanya. Namun, kedua netra Adel langsung membulat.

***

Kayana melangkah lemas mendekati tubuh yang tergolek bersimbah darah. Lantas gadis itu melepaskan jaketnya dan menutupi jasad sahabatnya. Kay berdiri dan memperhatikan sekelilingnya, bahkan dia mengangkat kepalanya ke atas melihat orang-orang yang terus memperhatikan dia. Kay melihat semua murid SMA Harapan justru mengabadikan momen itu lewat ponsel mereka. Sama sekali mereka tidak berpikir untuk membantu atau menolongnya. Buliran bening pun lolos dan mengalir mengikuti lekuk pipinya.

Semua murid-murid hanya diam tanpa ada yang mau membantu atau mendekatinya. Bahkan para guru juga melakukan hal yang sama. Suasana hening dan satu persatu anak-anak masuk ke dalam kelas mereka masing-masing. Bu Ratna yang mengetahui kejadian itu tampak terkejut dan tidak percaya. Begitu juga Bu Dewi yang mendapatkan kabar itu langsung meluncur ke SMA Harapan. Bu Dewi meminta kasus kematian Adel diselidiki sampai tuntas. Wanita itu tidak terima atas meninggalnya Adel yang diduga loncat dari atas gedung sekolahnya.

Tentu saja hal itu membuat kepala sekolah khawatir akan pengaruh yang akan menimpa SMA Harapan dan hari itu juga polisi mendatangi sekolah tersebut. Bima, salah satu polisi yang akan menangani kasus kematian Adel dan juga akan mengusut tuntas tragedi tersebut.

Bima menduga mungkin kejadian itu berhubungan dengan kasus yang sedang marak saat itu, yaitu kasus tentang Bullying. Lantas Bima ingin menginterogasi murid-murid yang satu kelas dengan Adelia.

Tadinya hal itu ditolak oleh kepala sekolah SMA Harapan, tapi karena para guru menyetujui cara itu agar kasus cepat selesai dan tidak menghambat ujian akhir sekolah.

Satu per satu murid di interograsi oleh Bima. Saat giliran Sarah, Freya, dan juga Jehan. Ketiga gadis itu menjawab dengan penuh percaya diri sehingga membuat alibi mereka kuat. Giliran Kayana yang di interograsi dengan keadaan mata yang masih basah. Kayana menjawab dengan tenang dan apa adanya yang dia tahu.

Penyeledikan pertama yang belum menemukan titik terang. Bima pun tetap akan mengusut tuntas kasus kematian Adelia. Sebelum meninggalkan SMA Harapan, Bima sempat menemui Kayana dan memberikan kartu namanya pada Kayana, karena Bima merasa bahwa gadis itu butuh perlindungan.

"Hubungi aku jika kau menemukan sesuatu yang mencurigakan atau jika kau dalam keadaan mendesak seperti dalam bahaya, mungkin." Bima mengulurkan tangannya dan Kayana menerima uluran sebuah kartu dari polisi muda itu.

Setelah kepergian Bima, perasaan Kayana menjadi tidak enak. Dia mulai gusar dan khawatir. Kayana masih memikirkan kalimat yang baru saja diucapkan oleh polisi muda itu.

"Apa maksud dari kalimat itu? Kenapa perasaanku tiba-tiba seperti ini? Aku menjadi tidak tenang. Apakah akan terjadi sesuatu padaku?" Rasa gelisah mulai menyerangnya. Kayana mengangkat tangan kanannya dan membaca secarik kertas berwarna putih yang dia pegang. Gadis itu mengeja satu persatu kata-kata yang tertulis di sana. Jantung Kayana mulai berdetak tidak menentu dan dia membalikkan badannya menatap gedung sekolahnya yang berdiri kokoh. Kejadian pagi itu kembali melintas di otaknya. "Apakah aku akan———"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status