Share

suami jahat

Kartika belum turun dari sepeda, Surti segera menyerbu Iparnya dengan pertanyaan.

"Heh, Kartika. Sini kamu, kamu ngadu apa sama Mas Wahyu? "

Tanpa angin tanpa hujan, Surti serta merta menuduh Kartika telah mengadu pada suaminya, Wahyu.

"Ngadu? Aku gak ngadu apa apa Mbak! "

"Bohong. Bilang aja kamu iri kan? Kamu aku suruh kerja didapur, sedangkan keponakanku aku suruh kerja dikasir"

"Ya Allah mbak, demi Allah, aku gak ngadu apa apa. Sumpah"

"Alah, gak usah bawa nama Tuhan segala, dari mana coba mas Wahyu tahu kalau bukan kamu yang ngadu? "

"Aku gak tahu, mungkin Mas Wahyu lihat sendiri saat aku didapur"

"Gak percaya aku, pasti kamu yang ngadu kan? Ngaku kamu? "

"Sumpah mbak, aku gak ngadu, demi Allah"

"Awas aja kalau kamu ngadu yang bukan bukan sama Mas Wahyu, aku gak bakalan kasih kamu kesempatan injak kaki di Toko ini lagi"

Surti begitu angkuh dan sombong, padahal Toko itu milik Abang kandung Kartika, Wahyu.

"Astagfirullah mbak, kamu kok gitu? Salah aku apa toh mbak? "

"Alah, gak usah pasang wajah melas depan aku, kamu kira aku bakal ketipu? "

Tiba tiba disaat Surti sedang memarahi Kartika, Wahyu datang.

"Ada apa ini ribut ribut? "

Surti kaget bukan kepalang, ia segera memasang wajah sedih didepan suaminya.

"Ini Mas, Tika adikmu, dia baru berapa hari kerja disini malah berani beraninya minta pinjam uang"

Kartika geleng geleng kepala melihat kebusukan kakak iparnya itu, pandai sekali Surti menghasut dia, bahkan didepan matanya sendiri.

Wahyu mendengar hal itu malah merasa iba pada Kartika, ia tahu betul kalau keuangan adiknya sedang sulit, makanya ia minta bekerja di toko bakso miliknya.

"Berapa kamu butuh uang Tika? Bilang sama Mas" Wahyu bukannya marah, malah ingin memberi uang kepada Tika.

Surti yang ingin menghasut adiknya, malah kaget, bukannya termakan hasutannya, Wahyu malah ingin memberikan uang kepada Adiknya itu.

"Mas? Kamu apa apaan sih? Dia baru beberapa hari kerja disini"

"Katakan Tika, berapa kamu butuh uang? "

Kartika yang melihat keseriusan diwajah Abangnya malah tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, memang betul ia sedang butuh uang, apalagi suaminya tak bekerja sudah bermingu-minggu dari mana dia bisa beli beras untuk makan anaknya nanti.

"Seratus ribu aja Mas"

Wahyu segera mengambil dompet, lalu mengeluarkan uang merah satu lembar.

"Ini buat kamu, ambil saja tak usah diganti"

"Wah, makasih banyak ya Mas" Senyum kartika merekah.

Surti memasang wajah jutek, niat hati ingin menghasut malah begini jadinya.

"Uang itu dipotong saat gajian kamu nanti, "

"Tidak, ini uang pemberian ku untuk Tika, tak ada yang boleh memotong gaji Kartika, siapa yang berani moyong gaji dia, maka harus berhadapan denganku"

Wahyu sangat sayang pada adiknya, apalagi Tika adik bungsu yang kurang beruntung dalam hal keuangan.

"Makasih banyak ya Mas"

"Iya, yasudah kamu masuk aja Tika, kerjakan apa yang bisa. Oiya, kamu sudah makan? Kalau belum kamu makan dulu didapur"

"Sudah Mas, sebelum berangkat kesini Tika udah sarapan"

"Ya sudah kalau begitu, Mas tinggal dulu ya, ayo Surti ikut aku"

Surti menatap Tika dengan tatapan mengancam, ia tak suka jika suaminya terlalu royal Keluarganya. Ia menganggap jika Tika akan memoroti uang Suaminya.

***

Pukul 17.30 Kartika sudah bersiap siap untuk pulang kerumah, sebelum pulang, ia singgah diwarung untuk beli beras, telur dan juga minyak goreng.

Ia begitu senang mendapat uang seratus ribu dari Abangnya. Meski ia sangat kesal dengan Surti, kakak ipar yang selalu menggasutnya.

"Assalamu'alaikum, mama pulang"

"Mamah, mamah sudah pulang? " Si bunsu Adit begitu bahagia melihat ibunya sudah pulang.

"Mama bawa pulang apa? "

"Ini ada beras, telur, sama minyak goreng. Mama juga beli susu untuk Adit dan kakak, nih ambil"

"Wah... Susu vanilla kesukaan Adit, makasih ya mah"

"Iya sayang"

Zahara membantu mengangkat barang yang dibawa pulang ibunya, raut wajah anak sulungnya terlihat murung, pasti ada masalah dirumah.

"Wah, banyak uang kamu Hari ini? belanja pula" Bagas keluar dari kamar, tangannya masih memegang gawai pintarnya.

Kartika tidak menanggapi ucapan Bagas, ia segera ke dapur untuk masak nasi dan menggoreng telur.

"Kak, kakak udah makan ? "

Zahara menggeleng, wajahnya masih murung.

"Kakak kenapa, lapar? "

Zahara mengangguk pelan.

"Sabar ya, ini mamah lagi masak nasi sama goreng telur"

"Mah, besok kakak gak pergi sekolah ya Mah"

"Loh, kenapa kak? "

"Kakak gak punya baju lagi"

Zahara mulai menceritakan masalahnya sangat Ibu, seharian Kartika bekerja anak anak dirumah bersama Ayahnya. Hari ini Zahara telat pulang sekolah karena ada tugas kerja kelompok, Zahara pulang sore hari.

Ketika sampai dirumah, Zahara langsung dipukuli oleh Bagas, tanpa bertanya Bagas langsung memukul Zahara tanpa ampun.

"Kurang ajar kamu ya, aku capek jemput kamu ke sekolah, kamu malah kelayapan, mau jadi apa kamu hah? Mau jadi perempuan jalanan? Iya? " Bentak Bagas sambil memukul tanpa henti, Seragam sekolah Zahara dirobek Bagas.

"Tidak usah kamu sekolah lagi, kalau kerjaanmu cuma kelayapan, aku bakar saja baju sekolahmu ini"

"Jangan yah, jangan... " Pekik Zahara menahan perlakuan jahat Ayahnya.

Semakin Zahara melawan, Bagas semakin jadi jadi, ia kembali memukuli anak perempuan sulungnya itu.

Pemandangan yang begitu menyedihkan diiringi jerit tangis Zahara.

Adit segera berlari memeluk kakaknya yang sedang dipukuli, malah Adit ikutan dipukul oleh Bagas yang sedang kesetanan.

"Awas kamu Dit, dia harus diberi pelajaran, masih kecil sudah berani kelayapan, gimana nanti kamu besar hah? "

Zahara ingin memberi penjelasan mengapa ia telat pulang, pukulan demi pukulan membuatnya tak punya kesempatan hanya untuk membela diri.

Bagas bagai orang kesetanan, dia tak peduli anaknya sudah kesakitan dan menjerit jerit. Ia baru berhenti saat ada tetangga yang datang mengetuk pintu.

Pak Budi datang kerumah mereka untuk mengetahui apa yang terjadi, beliau tak kuasa mendengar jerit tangis pilu Zahara.

"Ada apa Bagas, kenapa anakmu menjerit jerit begitu kencang? Apa kamu memukulinya? "

"Iya, aku memukulnya, dia sudah berani kelayapan pulang sekolah, bulannya pulang kerumah malah kelayapan, aku capek capek jemput dia kesekolah, dia malah pergi tanpa memberi tahu"

"Apa kamu sudah tanya kemana anakmu pergi, kamu jangan egois jadi orang tua, dengarkan dulu penjelasannya, apa tang kamu lakukan itu salah, kamu bisa dipenjara karena sudah melakukan KDRT, apa kamu mau mendekam dalam penjara? "

Bagas yang tadinya sangar mulai ketakutan, membayangkan berada dalam jeruji besi membuat mentalnya ciut. Bagas segera meninggalkan Zahara lalu pergi entah kemana.

Zahara segera berlari mendekati Pak Budi, gadis kecil itu begitu ketakutan.

"Huhuhu... " Tangis Zahara sambil memeluk seragam sekolahnya yang sudah koyak.

"Sudah... Sudah, jangan nangis lagi ya, kamu sudah aman sekarang. " Pak Budi mengusap rambut bocah perempuan itu layaknya anak sendiri. Setelah tenang, Zahara bercerita kepada Pak Budi kalau dia pulang sekolah kerumah temannya untuk mengerjakan tugas kelompok, ia mengaku salah tidak memberi tahu ayahnya terlebih dahulu. Namun, perbuatan Bagas juga tidak dapat dibenarkan.

Beliau sangat menyayangkan perlakuan Orang tua Zahara, Bocah sekecil itu harus mendapat kekerasan dari Ayah kandungnya sendiri. Orang yang seharusnya melindungi dan menjaganya, malah menyakiti fisik dan juga mentalnya.

Mendengar penuturan Zahara, darah Kartika mendidih. Tak disangka, laki-laki yang masih berstatus Suaminya itu begitu jahat, bukan hanya Kartika yang sudah mendapat kekerasan darinya, bahkan anak perempuan nya juga. Bagas sudah sangat keterlaluan.

"Ayah macam apa dia? Berani sekali dia mengasari anak kandungnya sendiri"

Kartika ingin memaki dan menyumpah serapah Bagas, amarahnya sudah mencapai ubun ubun, namun, Bocah kecil itu menahan tangannya.

"Ma, jangan Ma, nanti Ayah pukul mamah lagi, Kakak gak mau Mamah dipukuli Ayah, "

"Sayang, anak Mamah. Harus memberi pelajaran pada Ayahmu agar dia tidak semena mena pada kita"

"Jangan Mah, jangan, kakak mohon Mah" Tangis Zahara kembali tumpah, ia tak mau ibunya mendapat perlakuan kasar dari Ayahnya.

Akhirnya Tika mengalah, ia tak sanggup melihat air mata anaknya. Sekarang ia akan mengalah, tapi ia berjanji akan menuntut suaminya jika laki-laki itu mengulang kesalahannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status