Share

Mbak Surti yang julid

Part 5

"Adit.. Zahara... Buka pintunya!" Suara Bagas begitu nyaring dari luar.

Kartika segera membuka pintu dengan menahan kesal. Meski ia marah dan kesal pada suaminya, tapi tetap saja pintu dibuka olehnya.

Kriet...

Pintu dibuka, terlihat Bagas berdiri di depan rumah sambil menenteng sebuah plastik kresek.

"Loh, kamu udah pulang TTika? kenapa telat sekali kamu pulang? " Bagas malah memberondong Kartika dengan pertanyaan.

"Dari mana saja kamu? " tanya Kartika penuh selidik.

"Aku dari rumah ibu, ini aku bawa pulang makanan"

"Dari siang kamu tinggalkan anak anak, sekarang baru pulang, apa kamu kira anakmu tidak kelaparan, hah? " Kartika begitu kesal pada Bagas, entah dimana pikiran suaminya itu. Anak anak kelaparan ia malah pergi ke rumah ibunya.

"Heh... Kartika, aku tadi siang pergi ke rumah ibuku minta pinjam uang, sekalian aku numpang makan, setelah makan aku ketiduran, jadi habis magrib tadi aku baru dibangunin sama Ibu"

"Oh begitu? lalu apa kau tidak berpikir anakmu kelaparan di rumah? bisa bisanya kau tidur ya, Ayah macam apa kamu ini? " Geram mendengar kata kata Bagas, Kartika tak bisa menahan emosi.

"Kamu jangan salahin aku, kamu sendiri kerja dari pagi pulang malam, kamu kira kamu gak salah? " Bukannya mengakui kesalahan malah menuduh Tika yang salah.

Kartika geleng geleng kepala melihat sifat Bagas, semakin hari semakin luar biasa. Bahkan Kartika bekerja karena Bagas yang menyuruhnya, kini Bagas malah menyalahkan Kartika karena bekerja pergi pagi pulang malam.

"Kamu yang nyuruh aku kerja kan?, lalu kenapa sekarang kau malah menyalahakanku, kau malah enak enakan tidur dirumah ibumu, apa kau sudah lupa, Kau punya anak dirumah? Dimana pikiranmu? " Kartika sudah habis kesabaran.

Ingin sekali memaki laki laki yang ada di hadapan nya dengan sumpah serapah, tapi sekuat hati ia berusaha tidak mengeluarkan kata kata jahat itu.

"Kau, bilang aku apa? Coba kau ulangi? " Bentak Bagas membuat dua anaknya berlari keluar, melihat ayah dan ibunya bertengkar. Adit merasa takut jika ayahnya memukul ibunya.

"Kau laki laki tak punya otak" Ucap kartika geram, bibirnya bergetar menahan amarah.

"Bangsat..." Bentak Bagas lalu mengayunkan tangannya ingin menampar wajah kartika.

Plakk

sebuah tamparan mendarat di pipi Kartika, wajah Kartika terasa panas dan perih. Baru pulang kerja, bukannya disambut oleh keluarga, malah sebuah tamparan yang ia dapat.

Dua bocah kecil itu segera berhambur ingin menghalangi ayahnya. Namun terlambat, tangan kekar itu sudah mendarat di pipi tirus Kartika.

"Ayah jangan!. " Teriak Adit memegang kaki ayahnya.

Sedangkan Zahara memeluk ibunya. Pecahlah tangis dua bocah itu melihat ibunya dipukuli oleh Ayahnya.

"Ayah jangan pukul mamah, jangan Yah! " Adit menangis sambil memeluk kaki Ayah-nya.

Dua bocah itu harus dihadapkan pada kondisi yang akan merusak mental mereka di kemudian hari. Entah siapa yang harus disalahkan, Bagas kah, atau Kartika?

"Kau, sudah kelewatan Tika, berani sekali kau katai aku begitu, awas kalau aku dengar lagi" Ancam Bagas sambil berlalu meninggalkan Tika dan kedua anaknya.

Bagas menghentakkan kakinya, hingga terlepas Adit dari rangkulan kakinya. Laki-laki itu sangat kasar dan emosional. Semakin hari, semakin terlihat sikap buruk nya itu, bukan hanya pada istri, bahkan pada dua anaknya.

Hati Tika sakit, amat sakit. Hampir sepuluh tahun usia pernikahannya dengan Bagas, baru kali ini Bagas begitu buas dan kasar. Entah setan apa yang telah merasukinya.

Kartika pun tak dapat mengontrol lagi ucapannya, ia geram sekali pada Bagas, lantaran sejak siang hingga dia pulang kerja, anak anaknya kelaparan, mereka tidak dikasih makan oleh Bagas, ibu mana yang tak akan marah jika anaknya ditelantarkan begitu, sementara Bagas malah enak enakan habis makan malah tidur di rumah ibunya, laki laki tidak punya otak si Bagas itu.

Malam semakin larut, anak anak sudah lelap tidur di kamarnya. Tika masih duduk termenung diruang tamu sambil menonton TV tabung pemberian orang tuanya.

Jam sudah menunjukkan pukul 23.00 , namun dia belum juga tidur. Ia enggan masuk kamar, melihat suaminya saja ia sudah kesal, apalagi tidur seranjang dengannya.

Akhirnya Tika, tidur di ruang tamu. Meski tanpa kasur dan bantal, tak mengapa baginya.

---

Pagi menjelang, hari baru mulai menyapa. Pagi pagi sekali Tika bangun, ia menanak nasi dan juga menggoreng telur.

Suami dan anak anaknya masih tidur, ia sudah sibuk didapur.

Setelah memasak nasi dan telur, ia menyuci baju dan beberapa kain kotor. Meski ia harus berangkat kerja tapi ia tak lupa akan kewajiban nya dirumah.

Pukul setengah tujuh lagi, Tika membangunkan dua anaknya.

"Adit... Zahara.. Bangun nak, mandi lalu sarapan"

Dua bocah itu segera bangun, si bungsu mengucek mata lalu menguap.

"Mamah... "

"Iya nak, pergi mandi sana, hari ini sekolah kan? "

"Adit gak mau pergi sekolah sama ayah"

"Kenapa nak? "

"Ayah marah marah didepan teman teman Adit, Adit malu mah"

"Kok ayah marah marah, kenapa? "

"Iya, gara gara Adit minta uang jajan, tapi ayah gak ada uang, Adit nangis, terus ayah marah marahin Adit didepan teman sekolah Adit mah"

"Ya sudah, nanti buat mamah yang antar sekolah, ayo bangun cepat"

Kedua bocah itu segera menuju sumur yang terletak dibelakang rumah.

Rumah Mereka amat sederhana, kamar mandi pun tidak beratap, hanya terbuat dari seng bekas. Rumah itu mereka sewa sudah lima tahun terakhir, meski rumah itu sudah cukup tua, tapi masih layak untuk dihuni. Harga sewa yang murah makanya mereka bertahan dirumah tua itu.

"Kalau sudah siap mandi, pakai baju sekolah, terus sarapan ya" Ucap Tika seraya menata piring dan gelas untuk kedua anaknya.

"Iya mah"

Dua bocah itu sudah siap memakai seragam merah putih, Tika menaruh nasi dan telur dadar diatas piring mereka.

"Makan dulu ya, sebelum makan jangan lupa baca doa"

"Iya mah"

Mereka bertiga makan bersama, hal yang setiap hari mereka lakukan tanpa Bagas. Bagas akan bangun disaat perutnya lapar, Tika sudah tidak mau membangunkan laki laki itu lagi.

Hari ini, Tika yang akan mengantarkan kedua anaknya sekolah. Setelah mengantarkan dua anaknya, barulah Tika berangkat kerja ke toko bakso milik Abangnya.

"Adit, Zahara, nanti pulang sekolah mama gak bisa jemput, kalian pulang sendiri ya, pulang lewat jalan kecil saja, terus pulang sekolah jangan lupa makan, mama sudah simpan telur dadar didalam lemari kalian"

"Baik ma, Adit pergi sekolah dulu"

"Zahara juga ma"

Kedua bocah itu mencium punggung tangan ibunya.

"Sekolah yang rajin ya nak, mamah pergi kerja dulu"

"Iya mah, hati hati"

"Iya sayang"

Kartika mengayuh sepeda menuju tempatnya bekerja, meski ia merasa capek setelah melakukan pekerjaan rumah tangga, ia terpaksa harus bekerja lagi. Semua dia lakukan demi kedua anaknya.

Ketika kartika tiba didepan toko Wahyu, Surti sudah menunggu didepan toko dengan wajah tidak bersahabat.

' Ada apa dengan Mbak Surti, kenapa dia berdiri didepan toko sambil berwajah masam begitu? ' batin kartika.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status