Share

Bab 2

Penulis: Arjana
Setelah bertanya lebih lanjut, penjelasan dari guru membuat hatiku benar-benar membeku. "Baru satu jam yang lalu, ayah Reisha mengirim asistennya untuk menjemputnya, katanya ada urusan mendesak. Ibu tidak tahu?"

"Ya, aku tahu. Tolong simpan dulu tasnya. Aku masih ada urusan, aku tutup dulu."

Setelah mengakhiri pembicaraan dengan guru dalam keadaan linglung, aku menatap jadwal keluarga yang tampak sempurna di grup keluarga dan merasa mual. Entah sejak kapan, jadwal itu berubah menjadi alat sempurna untuk menipuku.

Aku menarik napas panjang untuk menenangkan diri, lalu membuka pelacakan lokasi di jam tangan putriku. Mengikuti alamat itu, aku mengemudi menuju lokasi.

Lokasi menunjukkan sebuah taman bermain. Saat akhirnya menemukan putriku, aku terdiam di tempat. Tristan mengenakan kaus dan celana jeans sederhana, memeluk Rayna dengan mesra dan berinteraksi manis.

Sementara putriku duduk di atas kuda komidi putar, tertawa sambil berpose ke arah mereka. Rayna memotret Reisha sambil sesekali mencium Tristan.

Dari sudut mana pun, mereka terlihat seperti keluarga kecil yang bahagia.

Kakiku seperti tertancap di tanah. Seperti seorang pencuri, aku memandangi kebahagiaan mereka dari jauh.

Taman bermain ini sangat terkenal. Dulu, entah sudah berapa kali aku meminta untuk membawa putriku ke sini. Namun, dia selalu menatapku dengan wajah serius dan berkata, "Mama, kamu sudah dewasa. Bisa nggak jangan kekanak-kanakan? Tempat seperti ini cuma membuang waktuku."

Tristan juga sibuk bekerja, jadi aku mengurungkan niat itu. Sekarang aku baru paham, bukan karena tidak ingin pergi, tetapi tidak ingin pergi denganku.

Melihat Tristan dan Reisha yang biasanya memilih-milih makanan, kini duduk di restoran cepat saji bersama Rayna sambil makan dengan sangat lahap, aku teringat masakan yang kubuat dengan susah payah untuk pesta ulang tahun kemarin. Makanan itu tidak bisa membuat mereka tersenyum sedikit pun.

Ponselku bergetar. Sebuah nomor anonim mengirim foto manis mereka bertiga. Caption-nya tertulis.

[ Seorang istri yang layak nggak akan membuat suasana hati suami dan putrinya jadi buruk. ]

Aku menyimpan foto itu, lalu berbalik dan pergi. Sebagai pemegang kekuasaan Keluarga Tjokro, aku tidak mungkin selamanya menunduk.

Ketika putriku pulang ke rumah, aku sedang membereskan koperku. Pakaian, jam tangan, dan barang-barang kecil bisa kubiarkan pada pengurus rumah. Namun, beberapa dokumen penting harus aku periksa sendiri.

Melihat keadaanku, putriku seperti sudah mengetahui apa yang terjadi. Dengan wajah dingin, dia menegurku, "Mama, cuma karena hal sepele kamu mau bercerai? Kamu pikirkan nggak, bagaimana harga diriku di depan teman-temanku? Bisa nggak, kamu lebih dewasa sedikit!"

"Aku kasih tahu ya, kalau bercerai aku nggak akan ikut kamu! Orang egois seperti kamu sama sekali nggak pantas jadi mamaku!"

Semakin lama suaranya makin tinggi. Di matanya, tidak ada sedikit pun rasa tidak tega, yang ada hanya kejengkelan.

Menatap putri yang sudah enam tahun kurawat dengan hati-hati, aku tidak menjelaskan dengan lembut seperti biasanya. Sebaliknya, aku berkata dengan dingin, "Kebetulan. Aku juga nggak mau kamu."

Begitu kata-kata itu dilontarkan, ekspresi putriku membeku. Matanya memerah seketika, tetapi dia memalingkan wajah dengan keras kepala, menungguku untuk menghiburnya.

Namun, aku tetap melanjutkan mengemas barang-barangku, sama sekali tidak menggubrisnya.

Beberapa detik berlalu. Melihat aku diam, putriku mendengus, lalu berbalik pergi.

Padahal, putriku dulu bukan begini. Dia cerdas, ceria, dan merupakan gadis kecilku yang paling manis dan dekat denganku. Namun dalam pandangannya, Tristan adalah sosok yang paling dia kagumi. Jadi, putriku menirunya untuk berulang kali menguji batas kesabaranku, sampai akhirnya benar-benar tidak menempatkanku di matanya.

Tidak masalah. Bagaimanapun, aku juga sedang menarik kembali kasih sayangku padanya.

Baru saja aku selesai membereskan sebagian kecil barang, kepala pelayan mengetuk pintu dengan wajah penuh kesulitan dan melapor.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Aku Di Sebelahmu, Tapi Jiwamu Tak Bersamaku   Bab 8

    Karena Tristan curiga aku menyelidikinya, maka aku sekalian saja mewujudkan tuduhan itu.Dua puluh menit kemudian, layar akhirnya berhenti memutar. Namun, lokasi konferensi pers tetap sunyi. Para wartawan saling memandang, tetapi tak ada satu pun yang bersuara. Informasi di layar terlalu banyak, bahkan beberapa hal terasa tidak masuk akal.Aku mengambil mikrofon, mulai menjawab pertanyaan wartawan sebelumnya. "Pertama, aku dan Pak Tristan memang dalam proses bercerai. Alasan perceraian juga sudah kalian lihat.""Kedua, Reisha sendiri yang menghancurkan harta miliknya. Kalau dia mau menuntut, aku akan layani. Bagaimanapun, aku nggak ingin membesarkan seorang pengkhianat yang menikamku dari belakang.""Terakhir, soal menindas orang dan meremehkan rakyat biasa? Para karyawan di perusahaanku semuanya orang biasa. Perusahaan berjalan karena mereka. Atas dasar apa aku meremehkan mereka?""Jadi, jangan menyamakan beberapa orang berbuat salah dengan orang biasa. Jangan juga memutarbalikkan fak

  • Aku Di Sebelahmu, Tapi Jiwamu Tak Bersamaku   Bab 7

    Dia mengenakan gaun putih. Dengan mata memerah, dia berlutut di depan Tristan. Wajahnya penuh permohonan."Pak Tristan, aku benar-benar nggak bisa hidup lagi! Setelah dipecat, aku ingin cari kerja, tapi semua perusahaan menolakku. Ibuku mengalami kecelakaan, butuh uang segera. Bahkan dokter pun nggak bisa kami panggil!""Aku mohon, tolong selamatkan aku! Aku benar-benar nggak bersalah!" Rayna berkata sambil sesekali menatapku dengan mata ketakutan, seolah-olah semua penderitaannya adalah salahku.Tristan pun terbawa arus. Dengan penuh rasa iba, dia membantu Rayna berdiri, lalu memandangku dengan jijik. "Wilda, aku bilang semuanya hanya salah paham! Kalau kamu marah, tujukan ke aku. Apa menyeret orang yang nggak bersalah itu menyenangkan? Hidup Rayna sudah cukup sulit. Apa kamu mau memaksanya sampai mati?"Reisha yang merasa tidak tega pun memegang saputangan, lalu menghapus air mata Rayna tanpa sekali pun memandangku.Aku melihat jam, lalu berkata dengan tidak sabar, "Mau cerai atau ng

  • Aku Di Sebelahmu, Tapi Jiwamu Tak Bersamaku   Bab 6

    "Perlu aku ingatkan kamu, apa yang kamu tanda tangani kemarin?"Wajah Tristan langsung memucat. Aku melambaikan tangan. Segera, ada satpam yang mengusirnya keluar.Sejak diusir dari rumah, Tristan dan Reisha mencoba berbagai cara untuk menghubungiku."Kami butuh kamu menjadi penghubung di proyek dengan Pak Zidan. Demi hubungan kita selama bertahun-tahun, bantu aku sekali ini.""Sekolah kasih PR, kamu cepat pulang bantu! Aku bahkan nggak mempermasalahkan kamu yang terakhir kali nggak nurut."Aku sangat jengkel, jadi langsung mengganti nomor telepon.Di pesta ulang tahun istri Zidan, aku kembali bertemu dengan mereka. Tristan yang dulu selalu percaya diri, kini tampak agak berantakan. Kantong matanya yang hitam bahkan tak bisa ditutupi. Kesombongan Reisha yang dulu seperti tuan putri pun lenyap.Mereka mengadangku di balkon tempat pesta berlangsung. Tristan tidak berbicara, hanya mendorong Reisha maju.Reisha mengernyit. Dengan enggan, dia bertanya, "Mama, jangan cerai, boleh?"Aku menat

  • Aku Di Sebelahmu, Tapi Jiwamu Tak Bersamaku   Bab 5

    Herman adalah kepala pelayan yang merawatku sejak kecil. Dia bekerja dengan cepat dan tegas. Aku sama sekali tidak perlu khawatir tentang cara dan kemampuannya menangani sesuatu.Aku berbaring di tempat tidur, mengingat koper yang Reisha sendiri lemparkan ke dalam api di ruang penyimpanan. Aku tertawa kecil.Di dalamnya semuanya adalah jaminan yang aku tinggalkan untuknya. Saham perusahaan properti di berbagai tempat, pulau di luar negeri, dan dana perwalian. Awalnya aku takut dia akan diperlakukan buruk setelah perceraian, jadi semua itu adalah bekal untuk hidupnya ke depan.Tak kusangka, dia justru membuang sendiri sandarannya, bahkan ingin memakai itu untuk membalas dendam padaku. Benar-benar bodoh. Aku pun tidak mungkin menyiapkan kembali barang yang dia buang sendiri.Aku tidur sampai pagi hari berikutnya. Telepon dari guru kembali membangunkanku."Apa ini orang tua Reisha? Reisha lupa membawa tas sekolah. Tolong diantar ya."Aku memutar bola mata dan menahan amarah sambil bangkit

  • Aku Di Sebelahmu, Tapi Jiwamu Tak Bersamaku   Bab 4

    Tatapan Tristan sempat bergetar sedikit, lalu dia kembali berbicara dengan nada penuh keyakinan, "Pegawai yang berprestasi harus dikasih hadiah. Aku merasa jam itu paling cocok untuknya. Kamu punya begitu banyak jam mewah, nggak perlu sepelit itu!"Setelah berkata demikian, dia berbalik menuju rekan bisnisnya sambil tersenyum dan mencoba meredakan suasana.Rayna sengaja berjalan paling belakang. Berbeda dari kelemahannya tadi, kini dia menatapku dengan penuh tantangan. "Terima kasih kepada Pak Lucas yang berhasil mendapatkan proyek itu. Aku jadi ikut mendapat keuntungan!"Melihat tatapan puas di matanya, aku langsung menampar wajahnya tanpa ragu.....Suasana langsung membeku. Seluruh pesta seketika menjadi sunyi senyap.Terdengar teriakan Rayna. Tristan segera memapahnya bangkit, lalu menatapku dengan marah. "Wilda, apa yang kamu lakukan!"Bahkan putriku ikut berdiri di depan Rayna. "Mama jahat! Aku benci Mama!"Aku mengabaikan pertanyaan Tristan. Aku mengambil gelas anggur dan melang

  • Aku Di Sebelahmu, Tapi Jiwamu Tak Bersamaku   Bab 3

    "Nyonya, Nona bersikeras masuk ke gudang untuk mencari boneka masa kecilnya. Kami benar-benar nggak bisa menahannya.""Ruangan itu sangat berdebu. Kalau sampai memicu asmanya ...."Aku menutup koper dan menghela napas. "Aku yang cari. Kalian tahan dia."Namun begitu aku masuk ke ruang penyimpanan, pintu tiba-tiba tertutup rapat. Suara putriku terdengar dari luar dengan penuh kepuasan."Mama, hari ini Mama melanggar aturan dan jadwal. Mama harus menerima hukuman. Kalau Mama minta maaf padaku, aku akan membukakan pintu. Kalau nggak, malam ini Mama hanya boleh tinggal di gudang."....Melihat aku tidak menjawab, suara Reisha mulai terdengar cemas. "Ponsel Mama ada di luar. Nggak ada yang bisa menyelamatkan Mama."Aku menyalakan lampu gudang dan menjawab dingin, "Terserah kamu.""Malam ini Papa akan bawa Bibi Rayna pulang untuk merayakan pesta kemenangan. Mama tinggal di sini saja, jangan mengganggu!"Mendengar jawabanku, suara putriku berubah tajam. Lalu, dia menendang pintu dengan keras

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status