FAZER LOGINSuamiku memiliki gangguan obsesif-kompulsif. Segala sesuatu di rumah harus mengikuti jadwal yang sudah dia susun. Namun pada hari ulang tahun putri kami, dia malah datang terlambat bersama asistennya. Putri kami yang juga memiliki kecenderungan obsesif-kompulsif, bukan hanya tidak marah, dia malah tersenyum dan meminta mereka berdua menemaninya memotong kue ulang tahun. Melihat mereka bertiga tertawa ceria sambil berfoto bersama dengan wajah yang dipenuhi krim kue, hatiku benar-benar hancur. Keesokan harinya, aku melemparkan surat cerai ke hadapan suamiku. Dia mengernyit, tidak memahami apa yang terjadi. "Cuma karena putri kita nggak memotong kue bersamamu?" "Ya."
Ver maisKarena Tristan curiga aku menyelidikinya, maka aku sekalian saja mewujudkan tuduhan itu.Dua puluh menit kemudian, layar akhirnya berhenti memutar. Namun, lokasi konferensi pers tetap sunyi. Para wartawan saling memandang, tetapi tak ada satu pun yang bersuara. Informasi di layar terlalu banyak, bahkan beberapa hal terasa tidak masuk akal.Aku mengambil mikrofon, mulai menjawab pertanyaan wartawan sebelumnya. "Pertama, aku dan Pak Tristan memang dalam proses bercerai. Alasan perceraian juga sudah kalian lihat.""Kedua, Reisha sendiri yang menghancurkan harta miliknya. Kalau dia mau menuntut, aku akan layani. Bagaimanapun, aku nggak ingin membesarkan seorang pengkhianat yang menikamku dari belakang.""Terakhir, soal menindas orang dan meremehkan rakyat biasa? Para karyawan di perusahaanku semuanya orang biasa. Perusahaan berjalan karena mereka. Atas dasar apa aku meremehkan mereka?""Jadi, jangan menyamakan beberapa orang berbuat salah dengan orang biasa. Jangan juga memutarbalikkan fak
Dia mengenakan gaun putih. Dengan mata memerah, dia berlutut di depan Tristan. Wajahnya penuh permohonan."Pak Tristan, aku benar-benar nggak bisa hidup lagi! Setelah dipecat, aku ingin cari kerja, tapi semua perusahaan menolakku. Ibuku mengalami kecelakaan, butuh uang segera. Bahkan dokter pun nggak bisa kami panggil!""Aku mohon, tolong selamatkan aku! Aku benar-benar nggak bersalah!" Rayna berkata sambil sesekali menatapku dengan mata ketakutan, seolah-olah semua penderitaannya adalah salahku.Tristan pun terbawa arus. Dengan penuh rasa iba, dia membantu Rayna berdiri, lalu memandangku dengan jijik. "Wilda, aku bilang semuanya hanya salah paham! Kalau kamu marah, tujukan ke aku. Apa menyeret orang yang nggak bersalah itu menyenangkan? Hidup Rayna sudah cukup sulit. Apa kamu mau memaksanya sampai mati?"Reisha yang merasa tidak tega pun memegang saputangan, lalu menghapus air mata Rayna tanpa sekali pun memandangku.Aku melihat jam, lalu berkata dengan tidak sabar, "Mau cerai atau ng
"Perlu aku ingatkan kamu, apa yang kamu tanda tangani kemarin?"Wajah Tristan langsung memucat. Aku melambaikan tangan. Segera, ada satpam yang mengusirnya keluar.Sejak diusir dari rumah, Tristan dan Reisha mencoba berbagai cara untuk menghubungiku."Kami butuh kamu menjadi penghubung di proyek dengan Pak Zidan. Demi hubungan kita selama bertahun-tahun, bantu aku sekali ini.""Sekolah kasih PR, kamu cepat pulang bantu! Aku bahkan nggak mempermasalahkan kamu yang terakhir kali nggak nurut."Aku sangat jengkel, jadi langsung mengganti nomor telepon.Di pesta ulang tahun istri Zidan, aku kembali bertemu dengan mereka. Tristan yang dulu selalu percaya diri, kini tampak agak berantakan. Kantong matanya yang hitam bahkan tak bisa ditutupi. Kesombongan Reisha yang dulu seperti tuan putri pun lenyap.Mereka mengadangku di balkon tempat pesta berlangsung. Tristan tidak berbicara, hanya mendorong Reisha maju.Reisha mengernyit. Dengan enggan, dia bertanya, "Mama, jangan cerai, boleh?"Aku menat
Herman adalah kepala pelayan yang merawatku sejak kecil. Dia bekerja dengan cepat dan tegas. Aku sama sekali tidak perlu khawatir tentang cara dan kemampuannya menangani sesuatu.Aku berbaring di tempat tidur, mengingat koper yang Reisha sendiri lemparkan ke dalam api di ruang penyimpanan. Aku tertawa kecil.Di dalamnya semuanya adalah jaminan yang aku tinggalkan untuknya. Saham perusahaan properti di berbagai tempat, pulau di luar negeri, dan dana perwalian. Awalnya aku takut dia akan diperlakukan buruk setelah perceraian, jadi semua itu adalah bekal untuk hidupnya ke depan.Tak kusangka, dia justru membuang sendiri sandarannya, bahkan ingin memakai itu untuk membalas dendam padaku. Benar-benar bodoh. Aku pun tidak mungkin menyiapkan kembali barang yang dia buang sendiri.Aku tidur sampai pagi hari berikutnya. Telepon dari guru kembali membangunkanku."Apa ini orang tua Reisha? Reisha lupa membawa tas sekolah. Tolong diantar ya."Aku memutar bola mata dan menahan amarah sambil bangkit


















Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.