Hari pernikahan sudah tiba, tepat pukul tujuh pagi Grace sudah berada di depan cermin ruangan yang lain. ia sudah harus bersiap berdandan dan mengenakan gaun yang cukup terbuka tersebut.Namun, semakin lama ternyata Grace tidak pergi dari sana. ia hanya dipotret saja dengan banyak gaya namun tidak ada tanda-tanda sama sekali ada Tuan Maverick yang akan menikah dengannya.“Pernikahan sudah dilangsungkan, Non Grace sekarang sudah resmi menjadi istri dari pemilik rumah ini.”“Hah? Bagaimana bisa? Dari tadi saja aku di sini sama kalian, bahkan aku hanya berfoto bagaimana bisa aku sudah menikah dengan Tuan kalian?” tanya Grace yang sangat tidak percaya.Beberapa orang yang ada di sana hanya tersenyum saja, sepertinya mereka memang sudah mengetahui apa yang direncanakan oleh Tuannya. Hanya Grace sendiri yang tidak mengetahui apa-apa sama sekali.“Pernikahan dilangsungkan tanpa ada Non Grace di sana, tetapi memang sudah resmi. Semuanya sudah diatur. Sekarang hanyalah sesi pemotretan biasa, d
“Kamu jangan macam-macam!”“Memangnya kenapa lagi? Apa salahnya aku membuka baju di kamarku sendiri?”Saat itu Liam sepertinya senang sekali mendekati dan membuat Grace marah, perlu diketahui jika tubuh Grace mungkin memang sesuai dengan tipe dari Liam. Ia memiliki paras yang cantik, cukup mulus dan tinggi semampai.Apalagi saat ini ia hanya mengenakan pakaian yang cukup minim, membuat Liam sepertinya senang saja menggoda Grace, ia tahu jika Grace sudah ketakutan juga padanya.“Kamu tahu ada perempuan di kamarmu, seharusnya jangan buka baju sembarangan!”“Aku gerah, lagi pula kamu istriku bukan?”“Aku saja bahkan tidak menganggapku sebagai suami.”Entah mengapa saat itu Liam mulai mendekati Grace kembali, ia menatapnya cukup tajam dan dengan sengaja mendorong Grace hingga tertidur di atas tempat tidur. Sekarang tepatnya Liam sudam berada di atas tubuh Grace.Bukan main Grace membelalakan matanya. Ia snagat terkejut dengan kejadian tersebut, bagaimana pun ia tidak mau memberikan masa
Saat itu mata Grace cukup memandangi orang yang baru saja memasuki rumah Liam. Orang tersebut adalah Tuan Maverick, laki-laki yang pada bayangan Grace akan menjadi suaminya. Namun ternyata semuanya salah. “Bagaimana dengan putraku? Apakah tidak menolak jika dinikahi olehnya?” “Kamu punya mulut gunakan untuk menjawab, bukan hanya diam saja!” bentak Liam dengan kasar pada Grace. “Liam, pelan sedikit, tidak perlu mengerluarkan tenaga yang banyak untuk berbicara dengan gadis ini.” Grace sedikit menghela napasnya, ia kebingungan dengan tingkah dari Tuan Maverick seolah membantunya, namun di sisi lain Tuan Maverick lah yang membuat hidup Grace menjadi tidak karuan seperti ini. Sepertinya pagi itu Tuan Maverick memang memiliki kepentingan dengan Liam, setelah Liam membentak Grace tidak lama kemudian Tuan Maverick meminta Liam berbicara dengannya di ruangann lain. Ruang kerja lantai 1 “Sudah kamu apakan santapan yang Ayah berikan untukmu?” “Belum aku sentuh sama sekali, belum berminat.
“Enggak usah jauh-jauh bayanginnya bagaimana. Yang jelas enggak ada kecocokan sama sekali, antara aku sama dia itu. Orang itu benar-benar benci juga dengaku, sama saja aku juga benci. Bahkan di rumah dia rasanya kepala ingin pecah.”“Bahaya kalau telingamu bisa pecah. Tapi, gimana dengan pekerjaan kamu?”“Oh itu rencananya nanti pulang kuliah mau ke sana.”“Masih lanjut kerja?”Grace sedikit menggelengkan kepalanya, ia bingung juga dengan apa yang akan ia lakukan berikutnya. Ia masih mempertimbangkan bagaimana nantinya akan melanjutkan pekerjaan paruh waktu dan tetap berkuliahnya.Setelah sore itu selesai, ia habiskan hampir 1 harinya untuk berkuliah dan sorenya sengaja ia segera pergi ke minimarket tempatnya bekerja. Sebelum sampai ke tempat, Grace sudah diberi lambaian tangan oleh Melani, sang pemilik toko tersebut. dengan balasan lambaian tangan juga senyuman Grace kembali menyapanya.“Aku kira kamu enggak akan ke sini, soalnya beberapa menit lagi kamu enggak ke sini aku mau tut
“Pekerjaanmu terlalu rendah sekali, Grace.”“Pekerjaan yang rendah itu pekerjaan Ibuku! Kamu jangan samakan aku dan dia.”“Kamu dan Ibumu apa bedanya?”Air muka Grace terlihat sangat mengumumkan amarah sekali. Ia tidak senang jika Liam selalu menyamakan dirinya dengan Ibunya. Meskipun Grace lahir dari Rahim Ibunya langsung, sikapnya sangat jauh berbeda sekali, sikapnya seperti langit dan bumi. Jika Grace berani melawan Liam habis-habisan, ia ingin sekali untuk menampar mulut Liam yang tidak pernah berbicara yang baik-baik padanya.“Jaga mulutmu, Liam. Aku memang lahir dari Ibuku seorang pramuria, tapi sampai hari ini aku memang masih menjaga diriku dengan baik!”“Oh ya? Bisa buktikan?” tantang Liam.Wajah Grace kembali terlihat muram, ia segera pergi ke kamarnya, membanting pintu kamarnya dengan keras sekali, sampai membuat Liam menggelengkan kepalanya. Anehnya, Grace memnag marah namun ia hanya kembali pada kamar yang ada di rumahnya Liam, bukan kabur dari rumahnya Liam.Hal baru yan
Melihat Melani memperhatikan arah Liam, begitupun dengan Grace. ia melihat Liam yang sering melirik jam tangannya, seolah memberikan kode pada Grace untuk segera bergegas.Grace pun menganggukkan kepalanya.“Iya, dia orangnya, Kak.”Entah mengapa Melani malah menghela napasnya dan memperhatikan Grace kembali. Saat itu Grace tidak memiliki banyak waktu untuk berbincang-bincang lebih lama dengan Melani.“Kak, aku benar-benar minta maaf atas semua kesalahan dan tindakan selama kerja di sini, dan terima kasih banyak sudah menganggap Grace sebagai adik kakak sendiri. Mulai hari ini Grace tidak bisa lagi kerja di sini, Kak.”“Sebenarnya kakak sudah nyaman kamu kerja di sini. kalau begini, kakak jadi sulit mengetahui kondisimu.”“Bagaimana lagi, Kak. Mungkin nanti suatu saat aku bisa bebas dari sana.”Melihat gerak gerik Liam yang sudah tak tenang menatap Grace, kini perlahan Grace berpamitan. Mereka sempat berpelukan dahulu sebelum akhirnya Grace meninggalkan toko tersebut. Setelah Grace s
Liam pun menjawab panggilan telepon tersebut. “Bicaralah,” Liam menyuruh Grace berhenti bicara karena ia sedang menjawab panggilan telepon yang tampaknya dari kantor.[“Tuan hari ini ada pertemuan dengan beberapa CEO Mancanegara, apa Tuan ingat jadwal tersebut?”]“Pukul berapa?”[“Pukul 08.00 pagi ini, Tuan. Undangannya juga tertera untuk 2 orang, apa saya perlu menemani Tuan Liam?”]“Tidak usah, kirimkan saja alamatnya sekarang.”[“Tunggu Tuan, ini sepertinya memang mengharusnya 2 orang yang mendatangi caraa tersebut.”]Sepertinya sekretaris Liam tampak memaksakan jika Liam harus menghadiri acara tersebut tidak hanya seorang diri, tujuannya pun ingin dirinya ikut bersama Liam.Akan tetapi, panggilan telepon tersebut segera mungkin dimatikan oleh Liam. Padahal sepertinya sekretaris pribadinya masih ingin berbicara.Grace masih memandangi Liam diam di tempat tidur, ia juga hendak berbicara lagi namun Liam sudah lebih dahulu berbicara padanya.“Jangan dilanjutkan bicaramu, aku sibuk.
Siapa yang bisa menyangka akan mengalami perubaha drastic seperti yang Grace alami? Bahkan Grace sendiri pun tidak pernah menyangkanya.*** Kali ini Grace dan Liam sudah memasuki ruangan. Di sana sudah banyak CEO luar negeri yang hadir, dan sepertinya acara juga akan segera dimulai.“Liam, oh my God, long time no see you.”“Ya, I think so.”“Is this your wife?”“You right, she is my wife. You can call her Grace,” ujar Liam yang mengenalkan Grace pada temannya tersebut.Secara spontan Grace turut tersenyum manis untuk memberikan sapaan pada teman suaminya tersebut.“A beautiful name, according to your wife’s face, liam.”“Thank you, she is beautiful,” timpal Liam yang mmebuat Grace tersipu malu.Belum pernah Grace mendengarkan Liam memujinya sekalipun, entah kali ini dikatakan secara tulus atau tidak oleh Liam, namun Grace tetap cukup senang mendengarnya.“Thank you very much,” ucap Grace yang malu menerima sanjungan-sanjungan dari rekan kerjanya Liam. Acara sudah dimulai dengan