Share

Bab 3: Permintaan Bang Teguh

Penulis: Bemine
last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-03 11:09:54

“Baru pulang kamu?!” hardik ibu mertua tepat setelah Nita menginjak lantai rumah.

Aku yang baru memarkirkan mobil di garasi, menghela napas dalam-dalam. Entah bagaimana caranya menyelamatkan Nita dari kekangan ibu mertua, jika dirinya saja tidak mau berusaha lepas darinya.

“Enak ya ... dibelain Gina?! Kamu deketin Gina sekarang biar kecipratan kaya, gitu?” Lagi ... ibu mertua tanpa henti mencibir. Bukan! Lebih tepatnya menghina. Suaranya menggema jelas hingga ke teras rumah. Entah apa kata tetangga setiap mendengar keruhnya suasana rumah ini. Raungan tanpa henti dari ibu mertua seolah menjadi melodi yang akan terus berputar.

Kulangkahkan kaki, menyusul Nita agar ibu mertua sedikit melunak padanya. Namun, kutemukan sesuatu yang mencengangkan saat ini.

Pria yang kunikahi dua tahun lalu itu, sudah duduk santai di sofa, menikmati makanan yang kupesan melalui ojek online. Sedang ibu mertua, masih saja melanjutkan marah-marahnya.

“Itu istrimu, Guh!” Ibu Mertua ikut menyorotiku. Tatapannya jadi sinis dan berani, berbeda jauh dengan saat pagi tadi.

“Bang ... cepet banget pulangnya? Ini masih siang. Memangnya Bang Teguh enggak kerja?” tanyaku pada suamiku itu— pria yang masih sibuk mengunyah paha ayam bakar dengan ganasnya bak kelaparan.

Aku mendekati Bang Teguh setelah memberi isyarat pada Nita agar beranjak ke kamar. Kurasa, sakitnya hati Nita saat ini berkat hardikan ibu mertua tidak perlu bertambah. Wanita itu sebaiknya kuselamatkan lebih dulu, sebelum air matanya tumpah ruah dengan caci-maki berikutnya.

“Bang? Aku nanyain loh!” protesku pada Bang Teguh.

“Kamu ini, Gin! Tunggu sebentar, suamimu sedang makan!” Ibu mertua menyahut.

Entah kenapa, kuperhatikan jika wanita tua ini seringkali begitu berani di depan Bang Teguh. Bahkan tidak segan-segan menghardik diriku.

“Gin ... Abang mau bicara sama kamu,” ujar Bang Teguh. Paha ayam yang sedari tadi dia gerogoti tulangnya mulai terlepas dari tangan.

Bang Teguh menarik secarik tisu dari box, kemudian menyeka sudut-sudut bibirnya yang berlepotan bumbu dan minyak. Sebenarnya, aku mencelos hati saat melihat dua dari lima porsi ayam bakar nasi uduk itu kandas diterjang Bang Teguh. Menyisakan nasi tok dengan sayur timun serta gorengan tempe. Syukurnya, aku sempat memesan beberapa potong ayam goreng tepung dari toko langgananku, jadinya dua bungkus itu masih bisa terselematkan.

“Bicara langsung di depan Ibu, Guh!” sela ibu mertua lagi.

Dua anak-beranak ini jadi semakin mencurigakan. Seolah-olah mereka baru saja menyusun rencana untuk menyakiti diriku seperti yang dilakukan ibu mertua serta anaknya dari siaran tivi ikan terbang. Semoga saja, nasib-nasib mengenaskan itu tidak menimpa diriku.

“Oke, Bu.” Bang Teguh patuh.

Diliriknya kembali aku yang berdiri di depannya dengan wajah tersenyum puas. Padahal, pertanyaanku tentang dirinya yang pulang kerja jauh sebelum waktunya belum dijawab.

“Gini loh, Gin ... itu, temen Abang lagi cari orang buat beli tanah kebun bosnya. Harganya dua em, kamu minat, enggak?” Bang Teguh nyengir setelah memberitahuku maksud dari hatinya.

Dua em? Aku sendiri tersentak saat mendengar nilai dari harga tanah yang ditawarkan Bang Teguh. Tabunganku bisa terkuras hingga setengahnya jika benar-benar membeli tanah itu. Aku menggeram, ternyata ini tujuan suamiku dan ibu mertuanya. Pantas Bang Teguh segera pulang meski masih siang.

“Tidak, Bang!” Aku menekan kalimatku. “Baru bulan lalu kita beli tanah, masa beli lagi? Harganya juga tiga kali yang kemarin.”

“Itu kan tanah buat kamu, atas nama kamu, Gin. Yang ini, atas nama suamimu,” sambut ibu mertua yang membuat batinku mendadak nyeri.

“Apa maksudnya, Bu? Kenapa aku harus beli tanah buat Bang Teguh? Memangnya ....”

“Abang juga pengen kayak temen Abang, Gin. Dia punya tanah luas buat dipake berkebun. Terus hasil kebunnya dia jual dan sekarang dia jadi pengusaha sukses. Gimana tuh? Ngiler, kan?” Bang Teguh senyam-senyum, mungkin membayangkan hamparan kebun hijau di dalam tanah luas yang harganya masih tidak masuk di kepalaku.

Memang ini kota besar. Tetapi, tetap saja aku keberatan. Membeli tanah senilai milyaran dan atas nama Bang Teguh? Enak saja mereka!

“Maaf, Bang. Aku enggak mau. Kita enggak perlu beli tanah lagi. Yang lama juga enggak pernah digarap. Cuma dibiarkan terlantar!”

“Itu luasnya kurang, Gin! Yang ini ....”

“Tidak, Bang. Abang ini, jangankan berkebun, kerja saja suka bolos. Memangnya ... kerja apa sih, Bang? Memangnya ... ada ya kantor yang ngizinin pegawainya keluar masuk begitu?” sindirku.

Sebenarnya, aku tidak tega berperilaku begini. Namun, kelakuan Bang Teguh hari ini semakin menjadi-jadi. Dengan wajah tanpa dosanya, dia pulang lalu memintaku membelikannya tanah. Padahal, nafkahnya untukku saja sering terlewatkan.

“Kamu ini, Gin! Jangan begitu sama suamimu! Dosa kamu!”

“Bu ... aku berdosa? Terus kalau ibu dan Bang Teguh meras aku kayak gini, apa itu nggak dosa? Aku kerja banting tulang siang sampai malam itu demi keluargaku di kampung. Bukan cuma buat kalian di sini. Lagian, Bu ... urusanku di sini sebagai mantu, bukan sebagai tulang punggung. Sudah cukup aku jadi donatur di sini.” Aku mendengkus dengan sorot mata yang menyala-nyala lalu ngacir sejauh mungkin hingga ke kamar kami.

Sempat kudengar ibu mertua yang ngomel-ngomel pada Bang Teguh soal aku yang terus menentang dirinya, enggan memberinya uang. Lalu, diungkitnya perihal aku yang juga menolak membayar COD-nya. Yah ... aku sudah terbiasa dengan ibu mertua yang senang menyudutkan mantunya. Soal wanita tua itu, aku masih bisa tahan. Tapi, jika sudah menjalar hingga ke Bang Teguh, aku tidak terima.

Mereka berdua, tidak boleh kubiarkan menghisapku lebih jauh dari ini!

Bersambung ...

@bemine_3897

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (5)
goodnovel comment avatar
Sarti Patimuan
Mertua parasit
goodnovel comment avatar
cutetylytis pretty
geram pulak baca
goodnovel comment avatar
Yuli Defika
Ternyata Teguh cuma manfaatin Gina
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Aku Dimanfaatkan Mertua dan Suamiku   End: Kisah yang Dinanti

    Ting ... ting ... ting ....Suara adukan teh menjadi nada pengiring di antara aku dan ibu. Wanita yang berusaha menguatkan dirinya usai diterpa kenyataan itu terus memaksa untuk membuatkan minum.Deru napasnya terdengar lebih jelas dari pada biasanya sejak tadi. Aku sadar, umur ibu dan bapak kian bertambah setiap harinya. Resah yang dirasakan tidak lagi soal ikan yang terlalu mahal atau uang yang tak pernah cukup hingga hari esok, melainkan tentang anak-anaknya, terutama aku yang belum lama ini bercerai.“Ya-yakin mau jadi istrinya?” Ibu terbata-bata saat menanyaiku. Kalimat yang mungkin ingin ditanyainya sejak pertama kali melihat Mas Zildi.Wanita itu memutuskan untuk diam sesaat. Cangkir-cangkir di depannya dibiarkan kosong, padahal Mas Zildi sudah duduk di ruang tamu selama beberapa waktu.“Bu ... kemarin, Ibu keberatan karena Gagah tidak punya pekerjaan yan

  • Aku Dimanfaatkan Mertua dan Suamiku   Bab 57: Mampir ke Rumah Ibu

    Aku memastikan sekali lagi pintu rumah sudah terkunci rapat sebelum meninggalkan hunian. Sesuai dengan janji semalam, aku akan mengantar Adinda menuju kampung halamannya meski hati kecil ini dongkol luar biasa.Setelah subuh tadi, salah satu admin mengantarkan mobil Jazz merahku yang manis. Sebab, beberapa jam usai kami berangkat kemarin, Range Roverku dijemput oleh salah satu pekerja di bengkel Mas Zildi untuk dipoles kembali. Walau nantinya akan utuh seperti semula, nyatanya tetap tidak terasa sempurna.Terkadang, aku ingin meluapkan hal ini pada Adinda, yang sedang duduk diam di teras rumah seperti orang kehilangan jiwanya. Tetapi sekali lagi kutegaskan di dalam hati, jika Adinda juga korban dari kekejaman Bang Teguh dan ibunya. Dia tidak bersalah, hanya dipaksa keadaan untuk melakukan sesuatu demi menyelamatkan bayinya.“Berangkat sekarang, Din?” tawarku sebab Adinda masih diam di kursi. Dia memandang ke

  • Aku Dimanfaatkan Mertua dan Suamiku   Bab 56: Dia Milikku

    Aku berseru, kemudian berjalan secepat mungkin menuju Adinda. Wanita yang masih menyusui bayinya itu terlihat tidak mengerti dengan teguranku barusan. Dia sibuk meninabobokan si kecil, sesekali menggodanya dengan botol susu meski sudah mendengar teriakanku sekalipun.Di depan netra ini, Adinda menyajikan pemandangan yang membuat jakun pria manapun akan bergetar. Adinda menyusui bayinya, membiarkan bagian dari tubuhnya yang berharga itu terlihat di depan siapapun. Tidak ada sehelai kain pun yang digunakannya untuk menutupi, setidaknya menghalangi, mengingat ada Mas Zildi di sini.Lekas aku berdiri di depan Adinda, menghindarkan Mas Zildi dari pemandangan yang mampu menodai matanya itu. Berulang kali aku menegur Adinda, geram sekaligus kesal. Bagaimana bisa dia bersikap begitu sembrono di depan seorang pria walau sedang dalam keadaan sulit sekalipun?“Mau pamer kamu, Din? Hah?” sergah Anha tanpa mau menanti.Dia menyerang

  • Aku Dimanfaatkan Mertua dan Suamiku   Bab 55: Nasib Adinda

    Proses pemeriksaan berjalan dengan lancar, meski awalnya perilakuku yang terkesan kasar karena merusak pintu rumah Bang Teguh sempat disinggung oleh pihak kepolisian. Tidak hanya mengenai adegan pengrusakan pintu itu, namun semua detail yang kutahu dan Adinda ingat, kami jabarkan tanpa cela. Semuanya harus berakhir di sini, tidak boleh lagi ada korban berikutnya yang muncul akibat dendam yang bersarang di hati Bang Teguh.Setelah berjam-jam berlalu, kami keluar dari kantor kepolisian dengan perasaan lega. Tugasku hanyalah menyerahkan rekaman CCTV dan bukti mobil yang tergores ke pihak kepolisian. Begitu juga dengan Adinda, semua kesaksiannya akan memperkuat hukuman untuk Bang Teguh nantinya ... semoga.Pamit dari kantor kepolisian, aku membawa Adinda dan bayinya pulang dengan menumpang mobil Mas Zildi. Wajah Adinda kusam dan lelah, sedang bayinya sesekali merengek tak nyaman dalam tidur.Mas Zildi memberi kami tumpangan hingga berhenti di sebua

  • Aku Dimanfaatkan Mertua dan Suamiku   Bab 54: Bang Teguh Ditangkap

    “Adinda!” Bang Teguh menjeritkan nama wanita yang telah memberinya bayi mungil itu.Kami yang sedari tadi menjadi saksi lekas menolehkan wajah. Berharap di dalam hati jika Adinda tidak akan lagi bisa digoyahkan oleh pria yang telah menghancurkan hidupnya, juga berdo’a agar Adinda tidak lagi dibohongi oleh Bang Teguh.Aku menanti harap-harap cemas, wanita yang terlihat begitu bimbang didekat istri Pak RW itu. Dia memeluk bayi mungilnya yang terus merengek lapar. Bahkan bibir bayi itu mengering, tubuhnya pun pucat dan kecil. Aku yakin benar, si mungil yang dilahirkan Adinda tidak mendapatkan gizi yang cukup. Parahnya lagi, saat Adinda melepas dekapan bayinya, kutemukan sesuatu yang mencengangkan. “Adinda!” seruku sebelum dia kembali tergugah dengan suaminya yang sedang menanti akhir kisah.Mas Zildi serta dua wanita dewasa lainnya pun menoleh. Mereka mengikuti arah gerakku yang mencoba membuka selimut lusuh bayi mala

  • Aku Dimanfaatkan Mertua dan Suamiku   Bab 53: Kehancuran Keluarga Jahat Itu

    Adinda, ibu mertua dan Bang Teguh, mereka ada di dalam sana. Aku buru-buru mendekat, mengintip dari jarak yang begitu tipis agar bisa mendengar dengan jelas apa yang mereka bicarakan hingga menimbulkan bunyi yang begitu keras. Sesuatu terlihat melayang, piring keramik menyentuh dinding dan terbelah.“Abang?” Adinda kutemukan merintih di lantai.Dia bersimpuh di depan Bang Teguh dan ibu mertua. Bayi kecilnya ternyata dipeluk oleh wanita paruh baya gembrot yang sibuk tersenyum sinis pada Adinda.“Kamu itu bodoh, ya? Aku sudah bilang kan, setiap hari kamu harus kerja di sana. Hancurkan semua barang-barangnya Gina biar dia bangkrut!” balas ibu mertua yang ternyata disetujui Bang Teguh.“Bu ... kemarikan bayiku. Dia lapar, Bu ... hari ini belum nyusu sama sekali,” rintih Adinda dengan tangan terulur.“Enak saja, kamu itu enggak kerja hari ini. Artinya kamu itu lebih mendukung Gina d

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status