"Jangan ganggu aku lagi, aku batalkan rencana pernikahan kita."
Bagai disambar petir, air mata Cailey luruh semakin deras. Dadanya kian sesak sehingga dia memukul-mukul pelan dadanya agar bisa bernapas. Kata-kata Mike membuatnya hancur, pria yang selalu mencintainya dan berjanji akan selalu bersama-sama, nyatanya mengkhianati Cailey sejahat ini.
"Kamu jahat." Cailey memukul lengan, dada, dan perut Mike. Dia sangat kecewa, dia ingin meluapkan kemarahannya kepada pria di depannya ini. Cailey telah jatuh hati sedalam-dalamnya, dia sangat mencintai Mike. Sekarang cinta itu sirna di hatinya dan berubah menjadi kebencian.
"Kamu jahat, Mike," teriak Cailey lagi dan dia lebih keras memukul dada Mike.
"Hentikan wanita gila!"
Cailey didorong kuat hingga terjatuh ke lantai. Sakit di tubuhnya tidak terasa apapun, tetapi di hatinya mulai sakit lebam membiru. MIke membuang muka, Cailey bisa melihat wajah Mike yang jijik saat melihatnya. Ah ya... Status mereka tidak setara, Mike adalah pria kaya raya. Sedangkan Cailey hanya wanita beruntung yang pernah menjadi kekasih Mike.
"Kau membenciku, Mike?" Entah mengapa satu pertanyaan itu sangat membuat Cailey penasaran. Selama ini Mike selalu menunjukkan cinta padanya, dan sekarang melihat pun pria itu tidak sudi. Jika Mike tidak mencintainya, mengapa pria itu berjanji akan menikahinya bahkan mereka telah berpacaran selama lima tahun lamanya?
Cailey masih tidak mengerti. Cailey telah dibohongi dan dibodohi. Mike hanya butuh perhatiannya saja, Mike hanya memanfaatkan dirinya karena mudah dikelabuhi.
"Mike, kau membenciku?" Cailey bangkit dan dengan berani menghadap Mike.
"Ya, aku membencimu. Aku tidak pernah mencintaimu, jadi jangan berharap kau bisa menikah denganku."
"Lihat dirimu." Mike menatap Cailey dari bawah ke atas, Cailey merasa direndahkan. "Lihat penampilanmu, lusuh, dan bau. Kau memang tidak setara denganku," ucap Mike menyakiti perasaan Cailey.
"Memang benar kata mereka, kamu memang tidak pantas untukku. Lebih tepatnya aku tidak pantas untuk wanita miskin sepertimu. Kau selalu membuatku malu."
Cailey mengepalkan kedua tangannya, dia ingin meninju wajah Mike agar pria itu menjadi jelek saat diacara pernikahan nanti.
"Kau tidak sebanding dengan calon istriku. Dia cantik, modis, pintar, dan tentu dari keluarga terpandang. Tidak seperti dirimu yang hanya ingin memanfaatkan kekayaanku untuk melunasi hutang-hutang keluargamu. Ya, aku tahu kamu akan melakukan itu setelah menikah denganku." Cailey membulatkan kedua matanya, dia tidak pernah berpikiran seperti itu walau sebenarnya orang tua Cailey pernah berkata demikian. Namun, Cailey benar-benar tulus terhadap Mike.
"Kau memang ba-ji-ngan...."
Cailey muak, sungguh menyebalkan mendengar kata demi kata yang keluar dari mulut Mike. Cailey menendang kaki Mike hingga pria itu merintih kesakitan.
Cailey didorong lagi agar menjauh dari Mike. Cailey sadar diri, dia lebih memilih mundur. Cailey berbalik, ada dendam di hatinya. Dia tidak akan diam begitu saja setelah dikhianati seperti ini. Lihat saja, Cailey akan membuat Mike malu seumur hidupnya.
Cailey keluar dari ruangan Mike tanpa mengucapkan sepatah kata lagi. Dia membuka pintu yang amat tinggi dan besar itu sekuat tenaga. Dia terkejut ada seorang pria tengah berdiri di depan pintu dan kini menatapnya dengan tatapan tegas. Cailey tidak mengenalnya, mungkin salah satu tamu yang ingin bertemu dengan Mike. Dia tidak peduli, Cailey pergi dari hadapan pria itu.
Acara pernikahan Mike telah berlangsung dari lima belas menit yang lalu. Tentu saja Cailey belum benar-benar pergi dari gedung pernikahan ini. Setelah memastikan pengantin wanita berjalan di atas altar, dan saling bertautan tangan untuk mengucapkan janji pernikahan. Barulah Cailey masuk dengan garangnya ke dalam venue pernikahan yang megah itu.
Masih belum ada yang menyadari keberadaannya. Mereka semua yang ada di dalam sana sibuk bersorak dan bahagia atas pernikahan kedua mempelai. Cailey mengambil botol anggur yang dibawa oleh pelayan berkeliling meja, dia meneguknya dan sadar akan apa yang Cailey lakukan. Padahal dia belum pernah meminum minuman yang baunya menyengat itu.
"MIKEEE...," teriak Cailey sontak membuat seisi ruangan menatap kearahnya.
Heran! Tentu saja, mereka semua berbisik mempertanyakan siapa Cailey sebenarnya.
"MIKE, AKU HAMIL." Teriakan Cailey menggema, suara-suara kecil itu mulai mencibir dan bergosip jahat. Wajah Mike merah padam, dia menahan malu karena pengakuan Cailey yang tak pernah disangkanya. Bahkan kedua orang tua Mike juga marah, mereka memanggil penjaga untuk mengusir Cailey dari gedung ini.
"INI ANAKMU, AKU HAMIL."
"KAU HARUS BERTANGGUNG JAWAB. BATALKAN PERNIKAHAN INI."
Semua orang ricuh, kini para tamu memandang sinis ke arah Mike. Bagaimana dengan pengantin wanitanya? Tentu saja marah, dia menampar wajah Mike dan berlalu dari altar. Orang tua wanita itu menghampiri Mike, mencengkeram lehernya, lalu menghantam wajah Mike dengan pukulan keras.
Cailey tertawa nyaring di dalam hatinya. Pembalasan dendamnya berhasil, Ah... Tiba-tiba pijakannya tidak seimbang, kepalanya pusing dan berputar. Sial sekali karena Cailey terlalu banyak meneguk minuman keras itu tadi. Sebelum satpam-satpam ganas itu menangkap Cailey, dia segera pergi dari gedung pernikahan ini.
Cailey berjalan dengan limbung, tetapi dia berusaha berpijak dengan benar dan berpegangan pada dinding. Seumur hidupnya dia tidak pernah menyentuh minuman pahit itu. Di dalam hatinya dia berjanji untuk tidak menyentuh minuman itu lagi.
"Mau ke mana, Nona?" Cailey mendongak, pria bertubuh jangkung tengah berdiri di hadapannya. Setelan jas berwarna cream itu terlihat cocok dan pas di tubuhnya. Cailey menyipitkan kedua mata, pandangan kabur. Kepalanya semakin pusing, dan Cailey merasa kakinya tidak bisa berpijak lagi.
"Non...." Cailey pingsan. "Hei...." Pria itu menangkap tubuhnya.
Selang beberapa menit berlalu, Cailey merasa tubuhnya seperti terbang ke atas awan. Dia masih setengah sadar, kembali dia merasakan tubuhnya seperti berada di atas tumpukan kapas. Sangat empuk dan nyaman. Dia menggeliat dan mencari posisi yang lebih nyaman.
"Euhh...." Cailey berusaha membuka matanya. "Ah... Si-siapa?" Cailey tidak kuat melanjutkan ucapannya. Dia memejamkan kedua matanya lagi.
Yang dirasakannya saat ini adalah kenyamanan, dan dia merasa hangat seperti dalam dekapan tubuh pria yang mencintainya. Cailey lupa akan semua masalah yang terjadi dengannya beberapa jam yang lalu.
Tanpa sadar dia telah melewati malam itu dengan cepat. Cailey membuka kedua matanya karena dirasa cukup setelah tidur panjang.
Cailey membulatkan kedua mata. "HAH?" Dia sepenuhnya sadar, lalu membekap mulutnya setelah menemukan seorang pria tengan memunggunginya. "Di mana aku? Astaga bodoh bodoh."
Cailey mengecek tubuhnya. Tidak ada yang sakit. Sungguh nasibnya yang buruk, pakaiannya telah lepas hanya menyisakan pakaian dalamnya. Cailey mengacak rambutnya, sontak membuat pria itu menggeliatkan tubuhnya karena terganggu.
Dengan kekuatan kilat Cailey melompat dari ranjang, dia memunguti pakaiannya yang sudah tergeletak di lantai. Cailey memakai pakaiannya secepat mungkin, walau berantakan dia harus segera pergi dari tempat ini.
"Apa yang telah terjadi semalam?" Cailey lupa, sungguh Cailey tidak ingat apa yang terjadi tadi malam setelah aksi hebohnya itu.
"Cailey, tolong antarkan di lantai dua."Hari kedua Cailey bekerja di pub dan dia sudah bisa beradaptasi dengan baik. Cailey sudah hafal seluruh bagian di kafe malam ini. Dia sangat bersemangat untuk bekerja, dia sangat hati-hati agar tidak membuat kesalahan. "Tapi...." Shopia menahan lengan Cailey, "Kau harus hati-hati orang-orang ini sangat nakal.""Eugh... Tolong aku, perutku sakit sekali." Shopia memegang perutnya, lalu pergi begitu saja. Cailey hanya menggelengkan kepalanya, dia mengambil napas untuk bersiap-siap menghadapi pria-pria nakal seperti kata Shopia. Kedua mata Cailey menyusuri setiap meja yang ada di lantai dua ini. Setelah menemukan meja yang hendak ia tuju, Cailey memberanikan diri untuk mendekat. Sebelum menaruh minuman itu, dia tersenyum sangat ramah tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Saat Cailey berjongkok, satu tangan mengusap kepalanya lalu turun ke punggungnya. Cailey sudah panas dingin, tetapi dia masih bersikap tenang selama pria itu tidak melakukan hal y
"Oh dia... pria yang waktu itu," ucap Cailey berbisik. Pria dengan tatapan tegas itu yang Cailey temui di acara pernikahan Mike. Ya dia ingat sekali wajah pria yang menatapnya sangat intens kala itu. Dan benar saja, pria itu juga menatapnya dengan tatapan elang seolah ingin melahap Cailey saat ini. Cailey segera menundukkan kepala. Namun, yang membuatnya heran, aroma parfum itu mengingatkannya dengan hal lain. Dia merutuki ingatannya yang kian hari menurun. "Silahkan dinikmati, Tuan." Cailey mundur beberapa langkah, lalu berbalik untuk kembali ke tempat Shopia. "Tunggu!" Cailey menghentikan langkahnya, dia berbalik lalu menghadap pria yang tak diketahui namanya itu. Pria itu menuangkan Limoncello ke dalam gelas, menyeruputnya dikit demi sedikit sembari memejamkan kedua matanya."Kulihat kau sedang kesulitan, Nona," ucapnya dengan suaranya yang berat. Itu pertama kalinya Cailey mendengar suara pria itu. "Tahu dari mana dia?" Cailey membatin, mungkinkah wajahnya begitu kentara jika
"Aku pulang...."Byuuurrrr...Satu ember air dingin itu membasahi tubuh Cailey. "Mom?" Plakkk...Cailey memegang pipinya yang perih. Sudah hal biasa dia mendapatkan perlakuan kasar dari ibunya seperti ini. Dia tidak perlu menebaknya, pasti ibunya telah tahu bahwa dia telah berpisah dengan Mike. Berita itu sudah menyebar ke seluruh negeri, itulah yang membuat ibunya marah karena gagal mendapatkan menantu kaya raya. "Dasar tidak becus. Bagaimana bisa kekasihmu menikah dengan wanita lain?" Nora, ibu Cailey hampir menamparnya lagi. Namun, Cailey segera menahan tangan sang ibu. "Itu kehendaknya, Mom. Aku tidak bisa memaksa Mike untuk menikah denganku.""Itu karena kamu bodoh. Merayu pria saja tidak bisa." Cailey memejamkan kedua matanya, dia tidak bisa mendebat perkataan sang ibu karena pastinya dia selalu kalah. Dia melihat ayahnya yang sedang menonton perdebatan mereka di belakang sang ibu dengan wajah pucat di atas kursi roda. Sang ayah seperti ingin berbicara untuk membela Cailey,
"Jangan ganggu aku lagi, aku batalkan rencana pernikahan kita." Bagai disambar petir, air mata Cailey luruh semakin deras. Dadanya kian sesak sehingga dia memukul-mukul pelan dadanya agar bisa bernapas. Kata-kata Mike membuatnya hancur, pria yang selalu mencintainya dan berjanji akan selalu bersama-sama, nyatanya mengkhianati Cailey sejahat ini. "Kamu jahat." Cailey memukul lengan, dada, dan perut Mike. Dia sangat kecewa, dia ingin meluapkan kemarahannya kepada pria di depannya ini. Cailey telah jatuh hati sedalam-dalamnya, dia sangat mencintai Mike. Sekarang cinta itu sirna di hatinya dan berubah menjadi kebencian. "Kamu jahat, Mike," teriak Cailey lagi dan dia lebih keras memukul dada Mike. "Hentikan wanita gila!" Cailey didorong kuat hingga terjatuh ke lantai. Sakit di tubuhnya tidak terasa apapun, tetapi di hatinya mulai sakit lebam membiru. MIke membuang muka, Cailey bisa melihat wajah Mike yang jijik saat melihatnya. Ah ya... Status mereka tidak setara, Mike adalah pria kay
"Tidak mungkin... Tidak mungkin." Tubuhnya lemah dan gemetar menembus jalanan yang padat dan ramai. Hingga berhenti di pembatas antara trotoar dan jalan raya, Cailey menghentikan langkahnya, lalu menunggu lampu lalu lintas itu menampakkan warna hijau. Namun... Cailey menghitung tiap detiknya di dalam hati, dia tidak sabar untuk menyeberangi jalanan aspal ini. Hatinya kian bergemuruh, kalau bisa dia ingin menerobos saja. Sayangnya dia masih sayang dengan nyawanya. Akhirnya lampu berwarna hijau itu muncul. "Tidak mungkin...." Cailey bergumam kecil, pikirannya sedang kacau saat ini. Tubuhnya gemetar saat mengingat berita yang bermunculan di televisi. Dia berjalan dengan sisa-sisa kekuatannya menuju lokasi yang disebutkan oleh berita beberapa menit yang lalu. "Dia mencintaiku, dia tidak akan...tidak-tidak." Tangis Cailey pecah, dia berusaha menjemput kekasihnya.Dari pintu masuk menuju gedung pencakar langit itu banyak mobil-mobil mewah berdatangan. Cailey berusaha tetap tenang. Dia