Share

6. Aku Pergi

last update Last Updated: 2024-06-06 17:33:48

Sudah dua hari sejak Adhitama pergi, Risha memilih tinggal di apartemennya untuk menenangkan diri.

Pagi itu dia berada di dapur untuk menyiapkan sarapan sambil melamun. Sejak suaminya pergi hari itu sampai saat ini, ia tidak memberikan kabar apa pun pada Risha. Apakah suaminya itu begitu senang bertemu dengan Sevia hingga ia melupakan istrinya sendiri?

“Kenapa aku harus pusing memikirkan mereka?”

Risha menggeleng pelan, mencoba menepis rasa penasaran dan kekesalan yang mulai timbul di hati. Risha menarik napas pelan dan memejamkan mata untuk menenangkan diri, tetapi terganggu dengan suara bel pintu apartemennya yang berbunyi.

“Siapa yang tahu aku ada di sini?” tanya Risha lantas buru-buru ke depan.

Di depan pintu Risha terpaku. Di sana Adhitama berdiri diam menatap padanya.

Risha melihat kembali sang suami. Wajahnya yang tampan, rambutnya yang hitam legam, dan mata gelap nan tajam itu pernah membuat Risha begitu mencintai Adhitama.

Hingga saat ini.

Namun, Risha telah bertekad, ia tidak boleh jatuh cinta lagi pada Adhitama.

Risha memejamkan mata dan menggelengkan kepalanya, mengusir perasaan rindu pada Adhitama yang tiba-tiba menyeruak hatinya.

Saat Risha membuka mata, napasnya tertahan. Adhitama telah berdiri begitu dekat di hadapannya.

Adhitama masih diam, namun kakinya dengan pelan melangkah masuk, membuat Risha harus melangkah mundur hingga terpojok di tembok.

Tubuhnya bergetar, tetapi ia harus tenang. Dengan seluruh kekuatan di dalam hatinya, Risha bertanya “Kenapa Mas Tama tiba-tiba datang ke sini? Bukankah Mas punya urusan penting?”

“Kenapa ponselmu mati?” tanya Adhitama dingin, tidak menghiraukan pertanyaan Risha.

Risha membalas tatapan Adhitama yang dingin. “Aku hanya ingin sendiri.”

"Apa karena hari itu kamu jadi begini?" tanya Adhitama.

Kening Risha berkerut halus, hatinya mencelos. Apa ia sedang membicarakan pertemuannya dan Sevia?

Karena Risha tidak menjawab apa pun, Adhitama kembali bersuara dengan sangat pelan hampir berbisik, hingga membuat darah Risha berdesir.

“Pulanglah.”

“Kenapa harus pulang? Aku masih ingin di sini,” balas Risha pelan sambil memalingkan wajah.

Adhitama melangkah mundur, kedua tangan ia masukkan ke dalam saku. “Kakek sangat cemas karena kamu tidak bisa dihubungi. Aku menjemputmu pulang agar kita bisa menemui Kakek bersama."

Risha tersenyum kecut mendengar ucapan Adhitama.

‘Kupikir dia datang atas keinginannya sendiri karena mencemaskanku, ternyata kedatangannya karena perintah Kakek,’ gumam Risha dalam hati penuh kekecewaan.

Seharusnya Risha tidak boleh berharap Adhitama akan berubah dan peduli padanya.

Risha melangkah menjauh dari Adhitama dan menuju meja makan sambil berkata, “Aku akan menemui Kakek nanti. Jadi, katakan saja pada Kakek untuk tidak mencemaskanku. Aku baik-baik saja.”

“Apa kamu ingin menemui Kakek sendiri karena mau menyampaikan keinginanmu?” tanya Adhitama curiga.

Risha hanya tersenyum tipis, tidak ada gunanya menjelaskan apa yang dia inginkan pada Adhitama.

“Aku minta kamu untuk tidak bertindak macam-macam,” kata Adhitama datar.

Tanpa menatap Adhitama, Risha membalas, “Permintaanku tidak macam-macam, aku hanya ingin bercerai dari Mas Tama.”

Ada perasaan tidak mengenakkan di hati Adhitama, tetapi Adhitama tetap diam lalu berjalan mengikuti Risha.

Meskipun hatinya kecewa, sebagai istri Risha tetap akan melayani Adhitama. Risha mengambil sandwich yang tadi sudah disiapkan dan telur dadar di penggorengan, ia berjalan sambil menatap Adhitama yang berdiri tak jauh dari meja makan.

“Aku hanya ingin kita tak lagi saling menyakiti,” ucap Risha sambil meletakkan piring berisi sandwich dan telur ke meja lalu menaruhnya di depan Adhitama. “Sarapan, Mas.”

Adhitama masih diam menatap Risha melihat menyiapkan sarapan lain.

“Duduklah, Mas. Mungkin ini sarapan terakhir yang bisa aku buat untuk Mas Tama,” ucap Risha dengan senyum getir menatap piring di meja.

Risha diam-diam menghela napas, tetapi dengan tenang dia menoleh pada Adhitama dan berkata, “Karena setelah ini, ada wanita lain yang setiap pagi akan menyiapkan sarapan untuk Mas Tama."

Adhitama mengernyit dan ekspresi wajahnya berubah. “Apa yang kamu bicarakan?”

Risha mengulas senyum tipis mendengar pertanyaan Adhitama. Tidak ingin menjawab pertanyaan itu, Risha lantas berucap, “Maaf karena aku sudah menjadi orang ketiga di antara Mas Tama dan wanita itu.”

Ekspresi wajah Adhitama makin berubah. Adhitama hendak menjawab ucapan Risha, tetapi ponsel di kantong celana pria itu berbunyi. Adhitama melihat nama kontak di ponselnya.

‘Itu pasti dari Sevia.’ batin Risha tersenyum masam.

"Pergilah, Mas, wanita yang Mas cintai sudah menunggu.”

Risha memutar tumit berjalan memunggungi Adhitama setelah bicara. Namun, Risha tidak tahu, wajah Adhitama berubah gelap. Dengan langkah cepat, Adhitama menggamit lengan Risha hingga membuat istrinya itu berputar cepat berhadapan dengannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (10)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
istri mu penyuka drama korea tuh jafi butuh gombalan sampah utk meyakinkannya.
goodnovel comment avatar
ramadhaniyulia
ini komunikasinya payah banget suami istri ini, ckckck
goodnovel comment avatar
Yessy Susanti
pdhl Tama it udh cinta k Risha tp gengsi jdny so jual mhal
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Happy Family : END

    Risha dan Adhitama berjalan beriringan masuk ke sekolah Lily pagi itu. Mereka terlihat beberapa kali berhenti untuk berbicara dengan orangtua teman Lily yang juga datang ke sekolah.Hari itu acara kelulusan murid digelar, Risha sudah tidak sabar melihat bagaimana penampilan putri kecilnya di atas pentas.Risha duduk sambil harap-harap cemas menunggu acara dimulai.“Dia tidak akan membuat kesalahan ‘kan?” tanya Risha sambil meremas tangan. Padahal Lily yang akan tampil, tapi dia yang grogi.Adhitama yang melihat Risha beberapa kali menggigit bibir bawah hanya tersenyum, dia meraih tangan sang istri yang ada di atas paha lalu menggenggamnya erat.“Dingin sekali, kenapa kamu yang gugup begini?” tanya Adhitama.“Aku hanya khawatir. Lihat saja banyak orang begini, bagaimana kalau dia takut hingga membuat kesalahan. Dia pasti sedih dan bisa kehilangan rasa percaya diri, ini penampilan pertamanya di depan banyak orang,” jawab Risha.“Kamu harus yakin ke Lily, dia pasti bisa. Calon penerus Ma

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Extra Part 11 : Menikah?

    Sore itu, Andre duduk di meja kerjanya sambil menatap layar laptop. Pekerjaan hari itu hampir selesai, tetapi ada satu hal lagi yang harus dia urus sebelum meminta izin pulang ke Adhitama.Andre melihat jam di tangannya, sudah hampir pukul lima sore. Andre menarik napas dalam-dalam sebelum berdiri dan melangkah ke ruangan Adhitama.“Pak, apa saya bisa bicara sebentar?” kata Andre, mencoba terdengar tenang meskipun ada sedikit kegugupan di suaranya.Adhitama yang masih berkutat dengan layar laptop menjawab, “Tentu. Ada apa?”“Saya mau minta izin, Pak. Lusa rencananya saya ingin mengambil cuti untuk jalan-jalan sebentar. Sudah lama saya tidak liburan."Adhitama sedikit terkejut mendengar permintaan Andre. Dia menghentikan pekerjaannya sejenak lalu memandang sekretarisnya itu. “Jalan-jalan? Ke mana? Memang kamu sudah punya pacar?” goda Adhitama.Andre tertawa kecil mendengar pertanyaan sang atasan. Pemuda itu sedikit berkilah dengan menjawab, “Memang pergi jalan-jalan harus bersama pacar

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Extra Part 10 : Pulang Bersama

    Seminggu kemudian Alma dan Haris mengadakan syukuran atas kelahiran anak mereka.Syukuran di rumah mereka berjalan meriah. Tamu-tamu yang datang silih berganti, membawa suasana hangat penuh canda tawa.Alma, yang baru saja melahirkan putra pertamanya, tampak bahagia menyambut satu per satu tamu yang hadir.Andre melangkah masuk dengan senyum kecil di wajah. Berbaur dengan tamu-tamu lain yang sebagian besar dia kenal. Namun, saat melihat sosok gadis yang tengah mengobrol di sudut lain ruangan, Andre segera berjalan mendekatinya. Ia sudan lama tak bertemu dengan Mahira, tapi dia sebenarnya sudah menduga pasti akan bertemu dengan Mahira di rumah Alma."Andre! Lama nggak ketemu. Apa kabar?" tanya Mahira sambil tersenyum lebar.Andre mengangguk kecil. "Baik. Kamu gimana?""Aku? Baik juga. Ngomong-ngomong, kabar mamamu gimana? Sehat kan?""Sehat kok," jawab Andre.Mereka terlihat canggung, Mahira bahkan ingin menjauh tapi entah kenapa ada perasaan yang membuatnya ingin terus mengobrol denga

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Extra Part 9 : Satu Malam Indah

    Risha baru saja keluar dari kamar Lily malam itu. Dia berjalan pelan sambil memandang pintu ruang kerja Adhitama. Risha ragu mungkinkah Adhitama masih berada di sana atau sudah kembali ke kamar mereka. Risha mengedikkan bahu, memilih mempercepat langkah menuju kamar tidur. Baru saja menutup pintu, Adhitama membuat Risha terkejut karena sudah berada di dalam. “Astaga Mas Tama!” pekik Risha setelah sebelumnya berjengket karena kaget. “Kamu itu kenapa?” Adhitama terkekeh kecil lalu menekuk tangan di depan dada. “Aku pikir Mas masih di ruang kerja,” balas Risha sambil naik ke atas ranjang lalu duduk di samping Adhitama. “Apa ada masalah lagi di Mahesa?” tanyanya penuh perhatian. “Tidak ada, hanya mengecek dan memastikan sesuatu.” Adhitama membalas sambil melingkarkan tangan melewati punggung Risha, memberi isyarat kalau dia ingin memeluk istrinya itu. “Bagaimana Pembangunan kantor dan pabrik barumu? Bukankah seharusnya bulan depan pabrik sudah bisa mulai beroperasi?” tanya Adhitama

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Extra Part 8 : Kode Ke Suami

    “Sudah sayang, kamu sudah cantik!”Ucapan Adhitama membuat Risha menoleh dan tersenyum. Adhitama berjalan mendekat pada Risha yang masih mematut diri di depan cermin, memeluk pinggang lalu mencium pundak istrinya itu.“Lily sudah siap?” tanya Risha sambil memandang Adhitama dari pantulan kaca di hadapannya.“Sudah, dia senang sekali mendengar kita mau mengajaknya pergi belanja,” balas Adhitama. “Ternyata semua wanita sama, suka sekali dengan hal berbau materi,” imbuhnya.Risha tertawa lebar, dia memutar tubuh lalu memandang Adhitama yang semakin hari semakin terlihat menawan di matanya.“Jadi selama ini Mas Tama pikir aku ini matre? Begitu?” goda Risha.“Hm .. bagaimana aku menjawab? Yang pasti aku bahagia bisa memberimu segalanya.” Adhitama meraih pinggang Risha. Menarik tubuh wanita itu hingga menempel padanya.“Aku hanya butuh Mas cintai dan jadikan satu-satunya wanita di dalam hidup Mas Tama,” ujar Risha. Senyum tipis dan tatapan matanya yang penuh cinta melenakan Adhitama hingga

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Andre - Mahira : Pantas Bahagia

    Andre sedang duduk di meja kerjanya, memeriksa laporan yang harus diserahkan ke Adhitama saat atasannya itu baru saja datang.Andre langsung berdiri dan menyapa dengan sopan. “Selamat pagi, Pak.”"Pagi, ikut ke ruanganku, ada yang mau aku bicarakan," ucap Adhitama seraya melangkah masuk.Andre mengangguk, dia berdiri dari kursinya kemudian menyusul Adhitama. Meskipun terdengar serius, tapi raut Adhitama tidak tampak mengintimidasi."Aku mendengar dari pengacara kalau masalah dengan ayahmu itu belum ada titik temu, bagaimana perkembangannya?” tanya Adhitama.Andre menarik napas dalam sebelum menjawab. “Sebenarnya semalam saya bertemu dengannya, yang bisa saya baca dia mulai terlihat khawatir. Mungkin karena saya bilang bekerja di Mahesa dan memiliki dukungan penuh dari perusahaan.”Adhitama tersenyum tipis. “Baguslah kalau begitu. Orang seperti Papamu itu biasanya hanya menggertak. Kalau ada yang kamu butuhkan, jangan ragu untuk bicara, aku pasti akan membantu,” ucapnya.“Terima kasih,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status