Share

7. Selalu Tak Terduga

Penulis: Adinasya Mahila
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-06 17:36:13

Adhitama tidak pernah menyangka bahwa Risha benar-benar ingin bercerai darinya tanpa ragu-ragu. Terlebih, sejak tadi Risha selalu berkata ‘wanita lain’ padanya.

Adhitama merasa marah.

Dia menatap lekat istri kecilnya di bawahnya.

Istri kecilnya ini memang cantik. Adhitama tidak merasa rugi ketika dijodohkan dan harus menikah dengan Risha. Risha juga berasal dari keluarga dengan reputasi yang baik, tetapi Adhitama tidak pernah mencintainya.

Cengkeraman Adhitama di lengan Risha cukup keras, membuat Risha meringis. “Lepaskan aku, Mas.”

Akan tetapi, alih-alih dilepas, Adhitama justru menggendong Risha dan melemparkan Risha ke sofa duduk ruang tamunya.

Adhitama menekan Risha di sofa yang sempit. Adhitama menyatukan keningnya, lalu berpindah ke hidung. Kemudian, Adhitama menggerakkan bibirnya ke belakang Risha dan berbisik, “Kamu tidak mengenalku dengan baik, Risha.”

Tubuh Risha bergetar. Sofa yang sempit ini membuat Risha kesulitan bergerak, hingga menyentuh bagian bawah Adhitama yang mengeras.

Risha ingin mendorong Adhitama, tetapi sentuhan suaminya di bawah pahanya membuatnya hampir tidak bisa menahan erangannya.

"Dua tahun ini aku terus …” Susah payah Risha menjawab Adhitama akibat sentuhan suaminya. “berusaha mengenal Mas Tama, tapi Mas Tama tidak memberi kesempatan."

Adhitama bergeming.

Di saat yang sama, ponsel Adhitama yang berada di atas meja kembali berdering, membuat Risha mencoba mendorong Adhitama menjauh.

“Kekasihmu menunggu, Mas!”

Mendengar Risha mengatakan hal itu lagi, membuat Adhitama semakin menyentuh tubuh istrinya. Penolakan Risha membuat gairahnya naik.

Risha terlihat sangat lemah di bawahnya. Rambut dan pakaian yang dikenakan Risha berantakan, tetapi membuatnya terlihat sangat menawan.

“Berhenti berbicara yang tidak masuk akal,” bisik Adhitama lantas menyasar ceruk leher Risha.

Sebagai seorang wanita biasa, Risha lemah saat Adhitama mulai membuainya. Perasaan Risha pada Adhitama begitu dalam hingga sekarang dia hanya bisa diam.

Adhitama membuat tanda kepemilikan atas istrinya di sana. Sedangkan Risha sendiri tampak memejamkan mata, dia berusaha untuk tidak mendesah karena sentuhan panas suaminya.

“Apa Mas Tama datang hanya untuk meminta hak Mas Tama sebagai suami untuk yang terakhir kali?” Tak ingin terhanyut, Risha pun menahan dada Adhitama dan melempar pertanyaan yang sukses membuat pria itu berhenti lantas menatapnya.

Akan tetapi, Adhitama mengabaikan ucapan Risha, dan justru mulai menghujam tubuh Risha di bawahnya tanpa henti.

Di sofa sempit itu, desahan berat pria dan erangan menyedihkan menggema.

Satu jam setelah percintaan panas mereka, Risha tampak diam duduk bersandar di kepala sofa sambil menggenggam erat selimut yang menutupi tubuhnya.

Adhitama sudah pergi, tetapi sebelum pergi, pria itu masih memberikan perhatian kecil dengan memberikan selimut untuk Risha.

Risha menoleh pelan pada meja makan dan menatap sarapan yang dia tawarkan pada Adhitama tadi. Sarapan itu masih utuh.

"Apa wanita itu lebih pandai memasak dariku?" Risha bergumam lirih penuh kepiluan.

Dari balik selimut yang melilit tubuhnya, ia berjalan mendekat ke meja makan, menarik kursi lantas duduk sambil mengusap pipi yang basah.

Tubuh Risha sedikit gemetar, Adhitama menghujamnya tanpa ampun terlebih dia juga belum sempat sarapan.

Risha menyuapkan roti isi yang tak disentuh Adhitama ke dalam mulut dan mengunyahnya sambil menumpahkan tangisan.

Adhitama tidak mengatakan ke mana akan pergi, tetapi hanya meminta dirinya untuk bersiap-siap. Pria itu berkata siang nanti akan datang kembali untuk menjemputnya pulang.

**

Panggilan dari Sevia menganggunya, tetapi Adhitama tetap pergi menemui Sevia.

Adhitama mengernyit melihat Sevia berada di sebuah hotel kelas melati dan kini berlari mendekat padanya yang berdiri tak jauh dari lobi.

“Kenapa kamu ada di sini?” tanya Adhitama heran.

“Mas Adhitama kenapa tidak bisa dihubungi?”

Adhitama mengerutkan kening. “Aku sibuk,” jawab Adhitama datar.

Lantas, pria itu merogoh kantong celana untuk mengeluarkan dompet lalu memberikan beberapa lembar uang pada Sevia.

“Pulanglah ke Jogja, untuk apa kamu berada di tempat asing? Kamu tidak punya kenalan di sini.”

“Tidak punya? Bukankah di sini ada Mas Adhitama?” balas Sevia. “Mas, seperti yang Mas sarankan, aku mau bekerja dan aku mau mencari kerja di Jakarta. Aku mungkin cuma lulusan SMA tapi aku yakin kalau Mas Adhitama bisa membantuku mendapat pekerjaan,” lanjut Sevia penuh rasa percaya diri.

Adhitama mengernyit. Tetapi, ia lebih memilih untuk melihat sekeliling karena mulai merasa tidak nyaman berada di hotel rendah seperti ini.

Adhitama kembali memberikan beberapa lembar uang pada Sevia lantas berkata, “Kalau masih mau berada di Jakarta pindahlah ke hotel yang jauh lebih bagus.”

Tanpa menunggu balasan Sevia, Adhitama pergi meninggalkan hotel.

Sevia menatap punggung Adhitama yang menjauh. “Apa Risha mengadu? Bukankah seharusnya sifat Risha tidak berubah?" gumam Sevia.

Kemudian, wanita itu mengenggam erat uang yang diberikan Adhitama. Kekesalan muncul di hatinya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (15)
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
pelakor LONTEK
goodnovel comment avatar
Roroh Siti Rochmah
haduh pelakor yg iri trnyta
goodnovel comment avatar
Monica M Daely
dasar uler...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Happy Family : END

    Risha dan Adhitama berjalan beriringan masuk ke sekolah Lily pagi itu. Mereka terlihat beberapa kali berhenti untuk berbicara dengan orangtua teman Lily yang juga datang ke sekolah.Hari itu acara kelulusan murid digelar, Risha sudah tidak sabar melihat bagaimana penampilan putri kecilnya di atas pentas.Risha duduk sambil harap-harap cemas menunggu acara dimulai.“Dia tidak akan membuat kesalahan ‘kan?” tanya Risha sambil meremas tangan. Padahal Lily yang akan tampil, tapi dia yang grogi.Adhitama yang melihat Risha beberapa kali menggigit bibir bawah hanya tersenyum, dia meraih tangan sang istri yang ada di atas paha lalu menggenggamnya erat.“Dingin sekali, kenapa kamu yang gugup begini?” tanya Adhitama.“Aku hanya khawatir. Lihat saja banyak orang begini, bagaimana kalau dia takut hingga membuat kesalahan. Dia pasti sedih dan bisa kehilangan rasa percaya diri, ini penampilan pertamanya di depan banyak orang,” jawab Risha.“Kamu harus yakin ke Lily, dia pasti bisa. Calon penerus Ma

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Extra Part 11 : Menikah?

    Sore itu, Andre duduk di meja kerjanya sambil menatap layar laptop. Pekerjaan hari itu hampir selesai, tetapi ada satu hal lagi yang harus dia urus sebelum meminta izin pulang ke Adhitama.Andre melihat jam di tangannya, sudah hampir pukul lima sore. Andre menarik napas dalam-dalam sebelum berdiri dan melangkah ke ruangan Adhitama.“Pak, apa saya bisa bicara sebentar?” kata Andre, mencoba terdengar tenang meskipun ada sedikit kegugupan di suaranya.Adhitama yang masih berkutat dengan layar laptop menjawab, “Tentu. Ada apa?”“Saya mau minta izin, Pak. Lusa rencananya saya ingin mengambil cuti untuk jalan-jalan sebentar. Sudah lama saya tidak liburan."Adhitama sedikit terkejut mendengar permintaan Andre. Dia menghentikan pekerjaannya sejenak lalu memandang sekretarisnya itu. “Jalan-jalan? Ke mana? Memang kamu sudah punya pacar?” goda Adhitama.Andre tertawa kecil mendengar pertanyaan sang atasan. Pemuda itu sedikit berkilah dengan menjawab, “Memang pergi jalan-jalan harus bersama pacar

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Extra Part 10 : Pulang Bersama

    Seminggu kemudian Alma dan Haris mengadakan syukuran atas kelahiran anak mereka.Syukuran di rumah mereka berjalan meriah. Tamu-tamu yang datang silih berganti, membawa suasana hangat penuh canda tawa.Alma, yang baru saja melahirkan putra pertamanya, tampak bahagia menyambut satu per satu tamu yang hadir.Andre melangkah masuk dengan senyum kecil di wajah. Berbaur dengan tamu-tamu lain yang sebagian besar dia kenal. Namun, saat melihat sosok gadis yang tengah mengobrol di sudut lain ruangan, Andre segera berjalan mendekatinya. Ia sudan lama tak bertemu dengan Mahira, tapi dia sebenarnya sudah menduga pasti akan bertemu dengan Mahira di rumah Alma."Andre! Lama nggak ketemu. Apa kabar?" tanya Mahira sambil tersenyum lebar.Andre mengangguk kecil. "Baik. Kamu gimana?""Aku? Baik juga. Ngomong-ngomong, kabar mamamu gimana? Sehat kan?""Sehat kok," jawab Andre.Mereka terlihat canggung, Mahira bahkan ingin menjauh tapi entah kenapa ada perasaan yang membuatnya ingin terus mengobrol denga

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Extra Part 9 : Satu Malam Indah

    Risha baru saja keluar dari kamar Lily malam itu. Dia berjalan pelan sambil memandang pintu ruang kerja Adhitama. Risha ragu mungkinkah Adhitama masih berada di sana atau sudah kembali ke kamar mereka. Risha mengedikkan bahu, memilih mempercepat langkah menuju kamar tidur. Baru saja menutup pintu, Adhitama membuat Risha terkejut karena sudah berada di dalam. “Astaga Mas Tama!” pekik Risha setelah sebelumnya berjengket karena kaget. “Kamu itu kenapa?” Adhitama terkekeh kecil lalu menekuk tangan di depan dada. “Aku pikir Mas masih di ruang kerja,” balas Risha sambil naik ke atas ranjang lalu duduk di samping Adhitama. “Apa ada masalah lagi di Mahesa?” tanyanya penuh perhatian. “Tidak ada, hanya mengecek dan memastikan sesuatu.” Adhitama membalas sambil melingkarkan tangan melewati punggung Risha, memberi isyarat kalau dia ingin memeluk istrinya itu. “Bagaimana Pembangunan kantor dan pabrik barumu? Bukankah seharusnya bulan depan pabrik sudah bisa mulai beroperasi?” tanya Adhitama

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Extra Part 8 : Kode Ke Suami

    “Sudah sayang, kamu sudah cantik!”Ucapan Adhitama membuat Risha menoleh dan tersenyum. Adhitama berjalan mendekat pada Risha yang masih mematut diri di depan cermin, memeluk pinggang lalu mencium pundak istrinya itu.“Lily sudah siap?” tanya Risha sambil memandang Adhitama dari pantulan kaca di hadapannya.“Sudah, dia senang sekali mendengar kita mau mengajaknya pergi belanja,” balas Adhitama. “Ternyata semua wanita sama, suka sekali dengan hal berbau materi,” imbuhnya.Risha tertawa lebar, dia memutar tubuh lalu memandang Adhitama yang semakin hari semakin terlihat menawan di matanya.“Jadi selama ini Mas Tama pikir aku ini matre? Begitu?” goda Risha.“Hm .. bagaimana aku menjawab? Yang pasti aku bahagia bisa memberimu segalanya.” Adhitama meraih pinggang Risha. Menarik tubuh wanita itu hingga menempel padanya.“Aku hanya butuh Mas cintai dan jadikan satu-satunya wanita di dalam hidup Mas Tama,” ujar Risha. Senyum tipis dan tatapan matanya yang penuh cinta melenakan Adhitama hingga

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Andre - Mahira : Pantas Bahagia

    Andre sedang duduk di meja kerjanya, memeriksa laporan yang harus diserahkan ke Adhitama saat atasannya itu baru saja datang.Andre langsung berdiri dan menyapa dengan sopan. “Selamat pagi, Pak.”"Pagi, ikut ke ruanganku, ada yang mau aku bicarakan," ucap Adhitama seraya melangkah masuk.Andre mengangguk, dia berdiri dari kursinya kemudian menyusul Adhitama. Meskipun terdengar serius, tapi raut Adhitama tidak tampak mengintimidasi."Aku mendengar dari pengacara kalau masalah dengan ayahmu itu belum ada titik temu, bagaimana perkembangannya?” tanya Adhitama.Andre menarik napas dalam sebelum menjawab. “Sebenarnya semalam saya bertemu dengannya, yang bisa saya baca dia mulai terlihat khawatir. Mungkin karena saya bilang bekerja di Mahesa dan memiliki dukungan penuh dari perusahaan.”Adhitama tersenyum tipis. “Baguslah kalau begitu. Orang seperti Papamu itu biasanya hanya menggertak. Kalau ada yang kamu butuhkan, jangan ragu untuk bicara, aku pasti akan membantu,” ucapnya.“Terima kasih,

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status