Home / Rumah Tangga / Aku Ingin Bercerai, Pak CEO! / 8. Makan Siang Di Rumah Kakek

Share

8. Makan Siang Di Rumah Kakek

last update Last Updated: 2024-06-07 21:44:35

[Aku tidak bisa menjemputmu. Pergilah naik taksi ke rumah Kakek.]

Risha membaca pesan Adhitama lantas buru-buru mengunci layar ponselnya setelah menyambut kedatangan Haris dengan pelukan.

Risha tersenyum menyapa Haris. Senyuman untuk menutupi kekecewaan Risha yang kesekiankalinya pada Adhitama.

Haris tampak mengerutkan alis melihat adik kecilnya. Curiga meski tidak sempat melihat kata-kata yang tertulis di sana.

Haris adalah anak angkat orang tua Risha. 

"Apa itu suamimu?” tanya Haris.

Risha mengangguk lalu menggenggam erat ponselnya.

“Apa dia tahu kalau kemarin kamu pingsan dan .... "

Risha menggeleng cepat.

Kedatangan pria yang sudah Risha anggap kakak kandungnya itu untuk memastikan kondisinya.

Ya, setelah bertemu Sevia waktu itu Risha pingsan di jalan dan harus dilarikan ke rumah sakit. Saat sadar Risha memilih meminta bantuan Haris untuk menjemputnya.

Pria itu bahkan sempat membuat dokter mengira sebagai suami Risha. Ucapan selamat dari dokter yang mengatakan Risha tengah hamil justru dialamatkan pada Haris. 

"Kak Haris aku mohon jangan beritahu orang lain soal itu, aku ... "

"Tenang saja!" potong Haris cepat. "Kamu bisa mengandalkanku, Sha," imbuhnya seraya menepuk pelan pundak Risha.

Pundak Risha bergetar. Risha menangis dan membiarkan Haris memeluk dan menepuk lembut punggungnya.

Haris adalah satu-satunya keluarga yang ia miliki sekarang.

Namun, Risha tak menyadari sejak ia menyambut Haris tadi, Adhitama telah berdiri lama di ujung koridor dan melihatnya berpelukan dengan Haris.

**

Siang harinya seperti apa yang Adhitama minta, Risha benar-benar datang seorang diri ke kediaman Kakek Roi.

Risha mencoba menutupi apa yang terjadi dari keluarga dengan bersikap seperti biasa. Akan tetapi, ibu tiri Adhitama seolah tak senang dan berusaha mengusik ketenangannya.

"Lho .... Risha kenapa datang sendiri, Tama mana?"

Pertanyaan Arin membuat Risha merasa terpojok. Haruskah dia jujur kalau Adhitama meminta dirinya datang lebih dulu karena mungkin sekarang suaminya itu sedang sibuk bersama Sevia?

Tidak! Tunggu dulu! Risha tidak boleh gegabah.

Lantas, ia tersenyum, namun hatinya nyeri menyadari kenyataan tengah berbanding terbalik dengan harapan. Mungkin bagi Adhitama dirinyalah yang menjadi wanita penghalang, bukannya Sevia.

 “Tama mana, Risha? Kenapa kamu melamun?” Arin menyentak Risha. Ia tidak ingat dirinya tengah melamun.

"Mas Tama, dia .... "

"Aku yang meminta Risha datang lebih dulu karena masih ada pekerjaan.”

Risha terkesiap, pandangan orang-orang kini tertuju ke arah belakang tempatnya berdiri. Risha menoleh hingga matanya bertemu dengan manik pekat Adhitama.

"Maaf kalau kedatangan Risha seorang diri membuat Mama cemas," ucap Adhitama dengan tatapan tertuju pada Arin. Pria itu berdiri di samping Risha lalu menautkan jemari tangan mereka.

Sorot mata Adhitama begitu dingin hingga Arin memilih untuk berbasa-basi membahas hal lain meskipun agak menyindir.

"Ini hari libur Tama, kenapa masih kerja? Nanti kamu kecapekan lho." Arin tersenyum miring, tetapi ucapannya terhenti saat suara Kakek Roi terdengar memanggil nama Risha.

Risha melepas tautan tangan Adhitama untuk buru-buru memeluk Kakek Roi.

“Kakek merindukanmu, Risha, kemana saja?” ucap Kakek Roi.

Risha meringis melihat wajah tua kakek yang ia sayangi. Belum sempat Risha menjawab, Kakek Roi menggandeng tangan Risha dan mengajak Risha menuju ruang makan. 

Risha dibuat terharu saat melihat hidangan di meja makan adalah makanan kesukaannya.

Namun, ada rasa aneh yang tiba-tiba membuat Risha tidak nyaman. Dia merasa mual saat hendak menyuapkan udang saus padang kesukaannya ke dalam mulut.

"Maaf!" ucapnya.

Risha buru-buru bangkit dari tempat duduk, ia berlari ke kamar miliknya dan Adhitama di kediaman Kakek Roi.

Risha masuk ke kamar mandi dan mengeluarkan isi perutnya di wastafel.

Namun, baru saja menyeka mulutnya, Risha terkejut melihat Adhitama di belakang tubuhnya dan mengunci pintu kamar mandi.

"Mas Tama," lirih Risha.

"Apa karena ini kamu meminta berpisah?"

Tatapan dingin dari mata Adhitama di kaca sukses menghujam jantung Risha.

Risha mengusap mulut setelah itu membalikkan diri dan bertanya," Apa maksud Mas Tama?"

"Kamu terus mengatakan bahwa aku memiliki wanita lain, tapi bukankah sebenarnya kamu sendiri yang memiliki pria lain?" kata Adhitama dingin.

Adhitama tidak peduli siapa pria itu, tetapi ia tidak suka ada pria lain yang menyentuh miliknya.  

"Kita belum bercerai, tapi kamu sudah memiliki pria lain. Hebat juga kamu," cibir Adhitama.

"Apa?"

Risha tak bisa berkata-kata. Dia terlalu terkejut mendengar tuduhan Adhitama yang kejam.

"Betapa bodohnya aku berpikir kalau kamu itu wanita baik dan polos."

 Pernyataan Adhitama menyayat hatinya.

"Mas Tama, sal–”

Risha tak bisa melanjutkan kalimat karena Adhitama lebih dulu meraih tengkuk lantas mencium kasar bibirnya.

Risha sekuat tenaga meronta, hingga berujung menggigit bibir Adhitama agar pria itu melepaskan tautan bibir mereka.

"Apa tidak cukup Mas Tama memperlakukanku seperti pelacur?"

"Kamu sendiri yang membuat dirimu tampak seperti itu."

Risha tercekat. Air mata jatuh membasahi pipi. Hatinya remuk bagai tertimpa batu besar.

Selama ini dia selalu menjaga harga dirinya dan Adhitama sebagai suami, tapi pria itu malah menuduhnya sekejam ini.

Risha mendorong Adhitama menjauh. Ia sudah tidak tahan berada dekat dengan Adhitama. 

Dia buru-buru menghapus air mata setelah itu sekuat hati berkata, "Bukankah sekarang ada alasan yang kuat bagi Mas Tama untuk menceraikanku?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (19)
goodnovel comment avatar
Nita Yuliyanti
jgn buat lemah sih thor, ada ya wanita lemah & b**** begini
goodnovel comment avatar
Nita Yuliyanti
dih, kesel bacanya,, ada ya wanita lemah & b**** begini,,
goodnovel comment avatar
Siti Harpiah
Bagus sekali cerita ini, semoga author sehat selalu, Aamiin ...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Happy Family : END

    Risha dan Adhitama berjalan beriringan masuk ke sekolah Lily pagi itu. Mereka terlihat beberapa kali berhenti untuk berbicara dengan orangtua teman Lily yang juga datang ke sekolah.Hari itu acara kelulusan murid digelar, Risha sudah tidak sabar melihat bagaimana penampilan putri kecilnya di atas pentas.Risha duduk sambil harap-harap cemas menunggu acara dimulai.“Dia tidak akan membuat kesalahan ‘kan?” tanya Risha sambil meremas tangan. Padahal Lily yang akan tampil, tapi dia yang grogi.Adhitama yang melihat Risha beberapa kali menggigit bibir bawah hanya tersenyum, dia meraih tangan sang istri yang ada di atas paha lalu menggenggamnya erat.“Dingin sekali, kenapa kamu yang gugup begini?” tanya Adhitama.“Aku hanya khawatir. Lihat saja banyak orang begini, bagaimana kalau dia takut hingga membuat kesalahan. Dia pasti sedih dan bisa kehilangan rasa percaya diri, ini penampilan pertamanya di depan banyak orang,” jawab Risha.“Kamu harus yakin ke Lily, dia pasti bisa. Calon penerus Ma

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Extra Part 11 : Menikah?

    Sore itu, Andre duduk di meja kerjanya sambil menatap layar laptop. Pekerjaan hari itu hampir selesai, tetapi ada satu hal lagi yang harus dia urus sebelum meminta izin pulang ke Adhitama.Andre melihat jam di tangannya, sudah hampir pukul lima sore. Andre menarik napas dalam-dalam sebelum berdiri dan melangkah ke ruangan Adhitama.“Pak, apa saya bisa bicara sebentar?” kata Andre, mencoba terdengar tenang meskipun ada sedikit kegugupan di suaranya.Adhitama yang masih berkutat dengan layar laptop menjawab, “Tentu. Ada apa?”“Saya mau minta izin, Pak. Lusa rencananya saya ingin mengambil cuti untuk jalan-jalan sebentar. Sudah lama saya tidak liburan."Adhitama sedikit terkejut mendengar permintaan Andre. Dia menghentikan pekerjaannya sejenak lalu memandang sekretarisnya itu. “Jalan-jalan? Ke mana? Memang kamu sudah punya pacar?” goda Adhitama.Andre tertawa kecil mendengar pertanyaan sang atasan. Pemuda itu sedikit berkilah dengan menjawab, “Memang pergi jalan-jalan harus bersama pacar

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Extra Part 10 : Pulang Bersama

    Seminggu kemudian Alma dan Haris mengadakan syukuran atas kelahiran anak mereka.Syukuran di rumah mereka berjalan meriah. Tamu-tamu yang datang silih berganti, membawa suasana hangat penuh canda tawa.Alma, yang baru saja melahirkan putra pertamanya, tampak bahagia menyambut satu per satu tamu yang hadir.Andre melangkah masuk dengan senyum kecil di wajah. Berbaur dengan tamu-tamu lain yang sebagian besar dia kenal. Namun, saat melihat sosok gadis yang tengah mengobrol di sudut lain ruangan, Andre segera berjalan mendekatinya. Ia sudan lama tak bertemu dengan Mahira, tapi dia sebenarnya sudah menduga pasti akan bertemu dengan Mahira di rumah Alma."Andre! Lama nggak ketemu. Apa kabar?" tanya Mahira sambil tersenyum lebar.Andre mengangguk kecil. "Baik. Kamu gimana?""Aku? Baik juga. Ngomong-ngomong, kabar mamamu gimana? Sehat kan?""Sehat kok," jawab Andre.Mereka terlihat canggung, Mahira bahkan ingin menjauh tapi entah kenapa ada perasaan yang membuatnya ingin terus mengobrol denga

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Extra Part 9 : Satu Malam Indah

    Risha baru saja keluar dari kamar Lily malam itu. Dia berjalan pelan sambil memandang pintu ruang kerja Adhitama. Risha ragu mungkinkah Adhitama masih berada di sana atau sudah kembali ke kamar mereka. Risha mengedikkan bahu, memilih mempercepat langkah menuju kamar tidur. Baru saja menutup pintu, Adhitama membuat Risha terkejut karena sudah berada di dalam. “Astaga Mas Tama!” pekik Risha setelah sebelumnya berjengket karena kaget. “Kamu itu kenapa?” Adhitama terkekeh kecil lalu menekuk tangan di depan dada. “Aku pikir Mas masih di ruang kerja,” balas Risha sambil naik ke atas ranjang lalu duduk di samping Adhitama. “Apa ada masalah lagi di Mahesa?” tanyanya penuh perhatian. “Tidak ada, hanya mengecek dan memastikan sesuatu.” Adhitama membalas sambil melingkarkan tangan melewati punggung Risha, memberi isyarat kalau dia ingin memeluk istrinya itu. “Bagaimana Pembangunan kantor dan pabrik barumu? Bukankah seharusnya bulan depan pabrik sudah bisa mulai beroperasi?” tanya Adhitama

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Extra Part 8 : Kode Ke Suami

    “Sudah sayang, kamu sudah cantik!”Ucapan Adhitama membuat Risha menoleh dan tersenyum. Adhitama berjalan mendekat pada Risha yang masih mematut diri di depan cermin, memeluk pinggang lalu mencium pundak istrinya itu.“Lily sudah siap?” tanya Risha sambil memandang Adhitama dari pantulan kaca di hadapannya.“Sudah, dia senang sekali mendengar kita mau mengajaknya pergi belanja,” balas Adhitama. “Ternyata semua wanita sama, suka sekali dengan hal berbau materi,” imbuhnya.Risha tertawa lebar, dia memutar tubuh lalu memandang Adhitama yang semakin hari semakin terlihat menawan di matanya.“Jadi selama ini Mas Tama pikir aku ini matre? Begitu?” goda Risha.“Hm .. bagaimana aku menjawab? Yang pasti aku bahagia bisa memberimu segalanya.” Adhitama meraih pinggang Risha. Menarik tubuh wanita itu hingga menempel padanya.“Aku hanya butuh Mas cintai dan jadikan satu-satunya wanita di dalam hidup Mas Tama,” ujar Risha. Senyum tipis dan tatapan matanya yang penuh cinta melenakan Adhitama hingga

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Andre - Mahira : Pantas Bahagia

    Andre sedang duduk di meja kerjanya, memeriksa laporan yang harus diserahkan ke Adhitama saat atasannya itu baru saja datang.Andre langsung berdiri dan menyapa dengan sopan. “Selamat pagi, Pak.”"Pagi, ikut ke ruanganku, ada yang mau aku bicarakan," ucap Adhitama seraya melangkah masuk.Andre mengangguk, dia berdiri dari kursinya kemudian menyusul Adhitama. Meskipun terdengar serius, tapi raut Adhitama tidak tampak mengintimidasi."Aku mendengar dari pengacara kalau masalah dengan ayahmu itu belum ada titik temu, bagaimana perkembangannya?” tanya Adhitama.Andre menarik napas dalam sebelum menjawab. “Sebenarnya semalam saya bertemu dengannya, yang bisa saya baca dia mulai terlihat khawatir. Mungkin karena saya bilang bekerja di Mahesa dan memiliki dukungan penuh dari perusahaan.”Adhitama tersenyum tipis. “Baguslah kalau begitu. Orang seperti Papamu itu biasanya hanya menggertak. Kalau ada yang kamu butuhkan, jangan ragu untuk bicara, aku pasti akan membantu,” ucapnya.“Terima kasih,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status