Início / Romansa / Aku Ingin Kau Jadi Milikku / Bab 92 - Sebuah Nama Yang Dihapus

Compartilhar

Bab 92 - Sebuah Nama Yang Dihapus

Autor: Faw faw
last update Última atualização: 2025-10-16 13:00:12
Jam hampir menunjukkan waktu makan siang. Bunyi ketikan keyboard mulai mereda, berganti dengan rasa lelah yang menyeruak di wajah setiap orang. Vin akhirnya melepaskan kacamata dari hidungnya, lalu bangkit dari kursi dengan gerakan tenang.

“Kita istirahat sejenak,” ucapnya singkat, namun tegas.

Haruto dan Eric langsung sigap. Seolah ada alarm yang berbunyi di kepala mereka, keduanya segera menyingkirkan segala peralatan kerja di atas meja. Kalau soal istirahat dan makan siang, mereka memang selalu paling bersemangat.

“Wah, pas sekali! Aku sangat lapar!” seru Eric sambil mengusap perut kurusnya dengan gaya berlebihan, seolah-olah cacing di dalam sana sudah bernyanyi paduan suara.

Haruto ikut menimpali, matanya berbinar penuh khayalan. “Hmm, menu kantin hari ini apa, ya? Jangan-jangan kari daging? Atau laksa?”

Vin menggeleng kecil mendengar perbincangan dua orang anak buahnya itu. Namun, sebelum mereka benar-benar keluar dari ruangan, suara lembut Felisha terdengar memanggilnya.

“U
Continue a ler este livro gratuitamente
Escaneie o código para baixar o App
Capítulo bloqueado

Último capítulo

  • Aku Ingin Kau Jadi Milikku   Bab 107 - Kepastian

    Sesampainya di rumah, Felisha langsung menjatuhkan diri ke atas kasur. Wajahnya tertimbun bantal, lalu terdengar suara teriakan kecil yang teredam di dalamnya. Ia menghentak-hentakkan kaki ke pinggiran kasur dengan gemas, menyalurkan segala rasa malu dan kalut yang sejak tadi berputar di kepalanya.Ketika ia mengangkat wajahnya, pipinya sudah semerah tomat. Nafasnya masih belum teratur. Bayangan kejadian hari itu berkelebat jelas di benaknya. Mulai dari ciuman di dalam lift, ciuman di dalam mobil, hingga sentuhan jemari Ace di pinggangnya yang membuat tubuhnya menegang dan bergetar.Kenangan itu seperti api kecil yang terus menyala, membuat Felisha menutup wajahnya lagi dengan kedua tangan.Ia tidak mengenali dirinya sendiri. Semua hal yang terjadi terasa di luar kendali. Ia bukan Felisha yang biasanya tenang, dingin, dan rasional. Ada sesuatu dalam diri Ace yang bisa menembus dinding pertahanannya. Dan bukannya membuat marah, hal itu justru membuatnya merasa l

  • Aku Ingin Kau Jadi Milikku   Bab 106 - Senja Di Dalam Mobil

    Perlahan, Ace menghentikan tarian jemarinya di pinggul Felisha. Tawa kecil yang sempat memenuhi kabin mobil perlahan memudar, meninggalkan keheningan yang anehnya terasa begitu hangat. Felisha menarik napas panjang, mencoba menenangkan degup jantungnya yang masih belum teratur. Ia melirik Ace sekilas. Wajahnya setengah kesal, setengah malu. Namun, seperti biasa, Ace hanya menatapnya sambil tersenyum. Senyum tenang yang entah bagaimana selalu mampu membuat Felisha tidak tahu harus berbuat apa. Ia tampak begitu rileks, seolah kebersamaan seperti ini adalah puncak kebahagiaan di dunia. “Terima kasih,” ucapnya lembut, meletakkan hadiah pemberian Felisha di celah kosong samping jok . “Aku akan memakainya besok.” Felisha tersenyum samar, tapi matanya menunduk cepat. Ada semburat merah di pipinya, karena di balik kata sederhana itu, ia bisa merasakan ketulusan yang dalam dari pria di sampingnya. Namun, senyumnya perlahan memudar. Ekspresinya ber

  • Aku Ingin Kau Jadi Milikku   Bab 105 - Hadiah Kecil, Ciuman Kedua

    Felisha menatap layar ponselnya, membaca ulang pesan balasan dari Ace di bangku taman kota yang teduh. Senyum kecil muncul di bibirnya, lalu pipinya memerah perlahan seperti bunga mawar yang baru merekah. Ia tak pernah membayangkan akan tiba hari di mana hatinya benar-benar terbuka untuk pria itu. Namun di balik senyum itu, dadanya masih terasa bergetar. Ada ragu yang halus, seperti desir angin yang tak bisa diabaikan. Apakah keputusanku ini sudah tepat? batinnya berbisik pelan. Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan debar di dadanya. Tatapannya lalu jatuh pada tas kertas kecil di pangkuannya, yakni tas berisi dasi pria yang baru saja ia beli dari toko di sudut jalan. Jari-jarinya menelusuri tali tas itu dengan gugup, membayangkan bagaimana ia akan menyerahkannya nanti. Sekadar hadiah kecil, namun entah mengapa, rasanya lebih berarti dari apa pun. Lamunannya buyar ketika terdengar suara pintu mobil ditutup dengan

  • Aku Ingin Kau Jadi Milikku   Bab 104 - Hangat Yang Tertinggal

    Felisha berlari menuruni tangga darurat dengan napas memburu. Wajahnya masih terasa panas, seperti terbakar. Rasa malu menelannya bulat-bulat, apalagi mengingat beberapa pasang mata yang tadi menatapnya di lobi, menyaksikan ciuman pertamanya dengan Ace, pria yang selama ini ia hindari. Kakinya berhenti ketika tiba di basement parkir yang sepi. Suara langkahnya bergema samar, hanya ditemani desiran AC dan aroma khas beton. Ia bersandar pada dinding dingin, berusaha menenangkan diri, tapi jantungnya tetap berdegup kacau, tak juga mereda. Dus di pelukannya bergerak kecil, membuatnya tersadar. Si induk kucing di dalamnya mengeong pelan, seakan ikut merasakan kegelisahan gadis itu. Felisha menunduk, membuka sedikit tutup dus. Sepasang mata bulat penuh rasa ingin tahu menatapnya. Senyum tipis tersungging di wajahnya, meski pipinya masih merah. “Jangan lihat aku seperti itu…” bisiknya lirih pada kucing tersebut, seakan berbicara pada dirinya sendiri. “Aku benar-benar tidak tahu harus

  • Aku Ingin Kau Jadi Milikku   Bab 103 - Pertunjukan Tak Terduga

    Beberapa menit sebelumnya: Merasa sudah terlalu lama menunggu, Bonita —artis papan atas yang gemerlap kariernya selalu menjadi sorotan media—mulai kehilangan kesabaran. Duduk di sofa lobi dengan kaki disilangkan, ia mengetukkan jarinya pada lengan kursi, menandakan kekesalan yang kian menumpuk. Setelah beberapa menit, ia akhirnya bangkit dengan anggun, meraih kacamata hitam yang sedari tadi hanya tergeletak di sampingnya, lalu mengenakannya dengan gerakan penuh gaya. Bibirnya melengkung, menyunggingkan gumaman sarkastis yang hanya cukup terdengar oleh dirinya sendiri. “Beraninya dia membuatku menunggu selama ini. Padahal aku baru saja ingin mempertimbangkan pria seperti apa dia. Dan ternyata? Cuma pebisnis biasa yang bahkan tidak tahu cara menghargai wanita berkelas sepertiku ini.” Bonita mulai melangkah, gaun mewahnya berayun mengikuti gerakan tubuhnya. Aroma parfum mahal yang ia kenakan menebar ke udara, membuat beberapa karyawan yang lewat sempat menoleh tanpa berani berkomentar

  • Aku Ingin Kau Jadi Milikku   Bab 102 - Masih Ingin Mempercayaimu

    “Kau berjanji tidak akan meninggalkanku, dan aku mempercayaimu.” Felisha mengatupkan bibirnya erat-erat, lalu melanjutkan dengan suara yang nyaris pecah. “Tapi begitu aku membuka mata di rumah sakit, aku tidak melihatmu di sampingku. Kau meninggalkanku. Bahkan tidak membiarkanku merasakan pelukan hangat itu lagi…” Ace membeku. Setiap kata yang keluar dari mulut gadis itu bagai pisau yang menusuk ke dalam dadanya. Hatinya terasa tercabik-cabik. “Sekarang kau ingin aku bagaimana?” tanya Ace akhirnya, suaranya berat dan dalam. Sorot matanya tegas, menusuk, seolah memaksa Felisha untuk tidak lagi bersembunyi di balik diam. Felisha tertegun, matanya masih basah oleh sisa air mata. Jantungnya berdegup semakin kencang mendengar pertanyaan itu. Ia tahu. Sungguh, sebenarnya ia tahu apa yang ia inginkan. Secara samar, ia bisa merasakannya. Namun untuk mengatakannya terasa begitu mustahil. Gadis itu hanya menggenggam erat ujung roknya, berusaha menenangkan diri. Setelah diterpa kebimbanga

Mais capítulos
Explore e leia bons romances gratuitamente
Acesso gratuito a um vasto número de bons romances no app GoodNovel. Baixe os livros que você gosta e leia em qualquer lugar e a qualquer hora.
Leia livros gratuitamente no app
ESCANEIE O CÓDIGO PARA LER NO APP
DMCA.com Protection Status