Share

Bab 3. Kontrak Pernikahan

Aku tetap melangkah, meskipun kini sudah tidak beriringan lagi dengan Aksa. Saat tiba di mobil, aku merasa sedikit tidak nyaman, karena duduk bersampingan dengan Aksa. Dia sedang sibuk dengan handphone di tangannya, tidak peduli dengan keberadaanku.

Beberapa menit dalam perjalanan, tidak ada yang memulai percakapan. Aku dan Aksa masih diam. Aku merasa bingung, melihat sikap Aksa yang berbeda. Apa kalimat yang akan aku katakan padanya? Haruskah menyapanya? Tetapi kata menyapa yang seperti apa, untuk orang yang berpura-pura tidak mengenal seperti ini?  Aksa yang aku kenal selama kuliah tidak begini. Meskipun bukan tipe lelaki yang tidak suka bercerita, dia cukup ramah.

Tanganku kembali berkeringat. Aksa belum juga berbicara. Aku coba memberanikan diri, menoleh untuk melihat Aksa yang menatap lurus ke depan. Bibirku bergerak untuk berkata, "aku tidak tahu, jika yang dijodohkan denganku adalah kamu."

Beberapa menit menunggu, Aksa masih memandang ke depan tanpa berucap. Dia seakan tidak mendengar perkataanku. Apa ini karakter asli Aksa yang selama ini tidak diketahui orang lain? Atau mungkin dia begini karena tidak suka dengan perjodohan ini? Tetapi kan kami sudah menikah, harusnya Aksa bisa menerima. Seperti aku yang juga ikhlas menerimanya. Pernikahan ini sudah terjadi.

Aku dan Aksa telah tiba di kediaman rumah Pak Candra. Rumah megah berwarna kuning emas mendominasi seluruh ruangan. Ada pula foto Pak Candra dan istrinya yang menghiasi dinding , terletak tepat di depan pintu masuk. Sesekali melangkah pelan, terkagum dengan indahnya rumah yang sebentar lagi aku tempati.

Tiga orang asisten rumah berjalan di belakangku. Mereka mengangkat barang bawaan. Tidak banyak, hanya ada dua koper berisi pakaian dan satu kardus berisi buku-buku kuliah. Aku seperti seorang ratu yang berjalan tanpa memegang apapun.  

Aku terus mengikuti langkah Aksa, hingga tiba di sebuah kamar yang ukurannya sangat besar. Di sisi kanan terdapat lemari besar berwarna silver muda. Di bagian tengah terdapat ranjang tidur dengan perpaduan warna peach dan cream yang tampak elegan. Aku terus memandang kagum ruangan, sambil berjalan pelan. Tanpa disadari, aku hanya sendiri dalam ruangan.

“Mereka tadi ke mana?” ujarku lirih, sambil melihat ke kiri dan kanan. Aku terlalu serius mengagumi kamar ini, hingga tidak sadar jika semua orang telah keluar dan pintu telah tertutup.

Aksa sudah pergi tanpa izin. Padahal dia belum mengajakku berbicara. Meskipun hanya berupa sapaan atau ungkapan basa-basi. Semua asisten rumah mungkin saja hanya masuk, menyimpan barang, dan langsung keluar.

Aku melangkahkan kaki, ingin mengatur barang dalam lemari. Namun saat membuka, terdapat kertas putih dengan tulisan tinta merah tepat depan mata. Aku mengambil dan mulai membacanya...

KONTRAK PERNIKAHAN!

Tidak ada interaksi diantara kita kecuali di hadapan ayahku dan orangtua kamu. Tidak melakukan hak dan kewajiban suami istri. Tidak menceritakan status kita kepada siapa pun, pernikahan ini adalah rahasia. Jika Utami tahu tentang pernikahan kita, hari itu juga aku akan menceraikan kamu. Tidak mencampuri urusan masing-masing.Tidak tidur dalam satu kamar. Pernikahan ini hanya bertahan selama tiga tahun.

Tanda-tangani kertas perjanjian ini. Tepat di bagian paling bawah yang terdapat nama kamu. Kalau kamu tidak setuju dengan kontrak pernikahan ini. Terserah! Aku tidak akan meminta kamu untuk setuju, karena aku akan tetap menceraikan kamu setelah tiga tahun pernikahan!

Aku melipat kertas putih yang ada di tangan. Enam point yang menyambut kedatanganku di Rumah megah ini. Kamar ini terlalu besar jika aku tempati sendiri. Tetapi apa daya, aku dipaksa oleh keadaan untuk tidur sendiri di sini.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status