"Ayo sayang, kita lakukan dengan semangat dan penuh cinta," rancau Edo ketika dirinya hampir saja menyentuh kaki Chelsea. Saat itu Chelsea masih tidak menyadari bahwa suaminya tengah membayangkan dirinya sebagai wanita lain, wanita yang telah ia sewa sebelum ia dalam keadaan mabuk berat. Edo mulai menyentuh tubuh Chelsea hingga sentuhan itu membuat Chelsea tersadar, ia terbangun dan menyadari bahwa suaminya itu sudah ada di atasnya, saat itu Ado tersenyum begitu manis sebelum ia menyatukan bibirnya dengan bibir Chelsea. Chelsea terbelalak mendapatkan sentuhan itu, sentuhan yang tidak pernah diberikan oleh Edo selama dua tahun ini, sentuhan yang seharusnya Chelsea rasakan justeru baru bisa ia rasakan saat pernikahannya genap dua tahun. "Mas, apa-apaan ini, lepaskan aku!" berontak Chelsea saat merasa bingung ketika Edo melakukan itu padanya. "Ayolah sayang, kita habiskan malam ini berdua saja, kita nikmati dengan penuh gairah," rancau Edo yang kala itu telah mengunci tubuh Chelsea
"Ada apa si, kenapa Ibu kalian membuat keributan di kamar kakak kalian," protes tuan Bram yang merasa risih kala itu. "Tidak tahu Ayah, kesalahan apa lagi yang kakak ipar lakukan sampai membuat Ibu sangat marah," omel Raras yang merasa kesal. "Mungkin karena pagi ini kakak ipar tidak membuatkan sarapan, Kak," bisik Riri. "Kalian semua diam, jangan membuat suasana menjadi semakin ricuh, ada keributan kalian malah bikin suasana semakin ricuh!" marah tuan Bram menatap ketiga putrinya yang sedang membicarakan kakak iparnya itu. Mereka pun bungkam ketika mendengar tuan Bram, tuan Bram sendiri memutuskan untuk mendatangi kamar Edo, dan melihat nyonya Andin sedang menjambak kasar rambut Chelsea. Tuan Bram dengan cepat menghampiri nyonya Andin dan menghentikannya, saat itu tuan Bram melihat Edo masih dalam keadaan bertelanjang dada, tubuhnya hanya dibalut dengan handuk berwarna putih. Saat itu tuan Bram berpikir bahwa Edo dan Chelsea semalam sudah melakukan sesuatu yang sudah seharusny
Saat itu Edo terlihat bingung hendak menjawab pertanyaan nyonya Andin yang terlihat sangat tegas menatap dirinya, namun Edo tidak bisa menutupi kebenaran yang sudah terjadi semalam. "Maaf Ibu, aku mengingkari janjiku sendiri," ucap Edo, lirih. "Apa, apa maksud kamu, Edo?" tanya nyonya Andin sedikit bernada tinggi. "Ya, ini aku yang bersalah Ibu, aku telah melakukan sesuatu yang membuat Chelsea kehilangan keperawanannya, tapi aku melakukan itu dalam keadaan tidak sadar Ibu, semalam aku dalam keadaan mabuk berat," sergah Edo yang tidak ingin disalahkan oleh nyonya Andin, dengan membuat alasan agar ia tidak terkena omelan. "Jadi benar, sikap Chelsea yang berubah pagi ini karena kamu? Dan cara Chelsea berjalan dengan sedikit mengangkang itu juga karena ulah kamu? Iya Ado!" marah nyonya Andin mendorong dada bidang Edo. Edo terdiam saat itu, ia mengangguk mengakui semua nya, karena memang di sana, dia lah yang bersalah. Dan pengakuan itu membuat nyonya Andin sangat murka, ia tidak ter
Di tengah malam yang dingin, Chelsea tidak bisa memejamkan kedua matanya lagi seperti sebelumnya, kedatangan Edo dan sikapnya yang acuh membuat hati Chelsea luka, rasanya ingin sekali ia marah saat itu, tetapi sadar bahwa jalan yang telah ia pilih adalah jalan terbaik bagi orang tuanya. Chelsea bangkit dari tempat tidur barunya, lalu ia perlahan keluar dari kamar dan duduk di ruang keluarga, ia menuangkan minum di gelas dan meneguk nya. Saat itu Chelsea merenung seorang diri, mengingat kembali ucapan ketiga adik iparnya yang memberikan ancaman padanya. Hal itu juga yang membuat Chelsea merasa takut jika sampai dirinya mengandung anak dari Edo, perlahan Chelsea menatap perutnya yang masih kempes, dan mengelusnya lembut. Ada keinginan besar di hati Chelsea untuk bisa merasakan betapa bahagianya menjadi seorang ibu. Mengandung, melahirkan, dan menyusui putra putri yang lahir dari rahimnya sendiri. Namun keinginan itu harus dikubur dalam oleh Chelsea karena keluarga suaminya tidak men
"Nona, itu suara nyonya," ucap salah satu asisten rumah tangga yang menatap Chelsea. "Ya, aku tahu itu, ada apa ya?" sahut Chelsea bertanya-tanya. "Entah lah, mungkin dia membutuhkan bantuan, atau sengaja membuat kegaduhan seperti yang dia lakukan setiap pagi," seru lainnya yang sudah paham sekali dengan nyonya Andin. "Sssst, seberapa buruknya nyonya Andin, itu adalah nyonya kalian, kalian tidak boleh mengatakan sesuatu yang jika beliau dengar, itu akan membahayakan kalian. Lanjut kan pekerjaan kalian ya, aku akan datang ke sana." jelas Chelsea yang memberikan peringatan pada para asisten rumah tangga nya itu. Mereka menganggukkan kepala secara bersamaan, lalu setelah itu mereka pun terlihat mulai sibuk dengan pekerjaan dan urusan mereka masing-masing, sementara Chelsea hampir tiba di pintu kamar nyonya Andin, Chelsea dikejutkan dengan suara teriakan nyonya Andin yang lagi-lagi membuat Chelsea harus buru-buru datang. "Ya Bu, ini aku datang," ucap Chelsea membuka pintu kamar. "K
1 bulan kemudianChelsea merasa aneh dengan dirinya sendiri, entah mengapa pagi itu ia merasa sangat kelelahan, padahal belum ada satu pekerjaan pun yang ia kerjakan untuk kesibukan paginya, namun ia merasa bahwa tubuhnya sangat lelah sekali. Bahkan hendak bangun dari tidurnya pun ia sangat malas, hingga akhirnya Chelsea memutuskan untuk kembali memejamkan matanya. Sampai akhirnya Edo tersadar bahwa hari itu ia kesiangan, dan ia terkejut karena tidak dibangunkan oleh Chelsea yang ternyata juga sedang tertidur di bawah ranjang nya. "Astaga, jadi dia juga kesiangan? Ya ampun, gimana ini." ungkap Edo yang merasa sangat bingung saat itu. Dengan cepat Edo menyingkirkan selimut yang semalaman telah menghangatkan tubuhnya, dan ia mendekati Chelsea untuk membangunnya. Saat mendengar suara yang tidak asing di telinga Chelsea, saat itu Chelsea segera membuka mata dan Edo pun memberi tahukan padanya bahwa ini sudah pukul tujuh pagi, Chelsea terkejut bukan main, karena niatnya untuk merebahka
Tibanya di rumah sakti, tuan Bram lah yang terlihat sangat panik. Sementara keluarga yang lain hanya duduk santai di ruang tunggu, mereka justru merasa rugi dalam masalah waktu lantaran telah ikut mengantarkan Chelsea ke rumah sakit, mereka merasa begitu sangat menyesal. "Harusnya tadi kita tidak usah ikut, biar saja ayah dan kakak saja yang mengantarkan wanita itu ke sini," ucap Raras yang merasa jenuh. "Kau benar, menyesal sekali aku ikut ke sini," celetuk Rina yang tak kalah kesal. "Kalau kalian merasa jenuh di sini, ya sudah kalian pulang saja, jangan membuat kegaduhan di sini!" usir tuan Bram yang merasa terganggu dengan suara Raras dan juga Rina. Mereka pun spontan terdiam, lantaran mendengar ucapan dari tuan Bram yang begitu sangat cetus. Saat itu mereka terdiam dan tidak mengatakan apapun lagi, bahkan mereka tidak beranjak dari tempat duduk mereka karena tidak berani pada ayah mereka. Sementara Edo sendiri masih memangku tangan menanti bagaimana kabar istrinya itu, ia tid
"Chelsea, masuk ke kamar mu!" titah Edo yang sudah tidak berminat lagi untuk berangkat ke kantor. "Iya Mas." jawab Chelsea patuh, ia sama sekali tidak mengatakan apapun lagi saat itu. Perlahan tapi pasti, Chelsea sudah sampai di depan pintu kamar. Dengan cepat Edo membawa Chelsea masuk hingga membuat Chelsea setengah terkejut karena tubuhnya hampir saja terhempas di atas ranjang. "Mas, kenapa kamu melakukan ini padaku, apa salahku?" tanya Chelsea yang merasa bingung dengan sikap Edo padanya. "Apa salah mu? Kau masih bertanya apa salah mu, Chelsea. Salah mu adalah, kenapa kau bisa hamil!" marah Edo yang menghempaskan jasnya ke atas ranjang. "Mas, apa maksud kamu, pertanyaan apa itu Mas, apa kamu pikir kehamilan ku ini adalah kabar buruk yang membuat kamu semarah ini," ucap Chelsea tidak mengerti. "Ya, aku marah karena aku tahu kau hamil Chelsea. Aku hanya menyentuh mu satu kali dalam pernikahan kita, terus kenapa kau bisa hamil!" bentak Edo tidak percaya, saat itu Edo menatap nan