Note : •Yeobo = Panggilan sayang untuk pasangan yang jelas status hubungannya, seperti suami - istri. •Jal ja = Ucapan selamat malam atau selamat tidur dalam suasana santai atau informal. •Jal ja, joh-eun kkum kkwo = Ucapan selamat malam dalam konteks santai, yang kurang lebih artinya : Selamat malam, semoga mimpi indah.
Kedatangan Frans yang tiba-tiba membuat wajah Ghea pucat. Dia tidak ingin masalah keluarganya semakin diketahui banyak orang. Abimanyu saja sudah membuat Ghea resah, bagaimana jika Frans ikut-ikutan tahu. Berbeda dengan Ghea yang terlihat gugup, Abimanyu yang ditanya Frans justru terlihat santai. Kemudian merogoh saku jas snelli yang masih dipakainya karena sebelumnya baru saja melakukan kunjungan pasien. "Cuma mau ngasih ini," katanya sambil mengeluarkan dua lembar amplop kecil berwarna hitam dengan variasi warna gold yang menghiasi lembarnya. Satu lembar amplop ditaruh di meja kerja Ghea, sedangkan satu lagi diulurkan kepada Frans yang berjalan mendekatinya. "Tadinya aku mau kasih ini ke ruanganmu setelah ngasih punya Ghea. Tapi kamu lebih dulu ke sini," terangnya lagi memperjelas alibinya. Frans justru terkekeh karena niatnya untuk mengajak istirahat Ghea ke kantin jadi ketahuan Abimanyu. "Aku cuma mau ajak Ghea makan siang bersama di kantin rumah sakit," akunya dengan jujur.
Satu pekan terasa damai sejak Ghea bekerja di Medica Center. Seperti mendapatkan berkah tersendiri, Ghea dibuat tenang dengan suaminya yang tidak lagi main tangan kepadanya. Setidaknya dalam lima hari terakhir. Selain karena Ghea mulai tahu cara mengendalikan suaminya supaya tidak sampai terpancing emosi, sepertinya Hari juga menahan diri karena tidak mau meninggalkan bekas luka yang akan membuat orang-orang yang bekerja dengan istrinya menjadi curiga. Hari juga lebih banyak tidak pulang dan entah menghabiskan malam dimana dan bersama siapa. Ghea sekalipun tidak pernah bertanya. Ghea bersikap tidak peduli dan ternyata itu lebih baik daripada dia penasaran dan pertanyaannya membuat sang suami murka. "Karena Mas Hari sering gak pulang, lukisanku jadi selesai tepat waktu," gumam Ghea sambil mengemas lukisan yang akan diantar Mak Ijah ke Galeri milik Bara. Sabtu pagi ini Ghea sudah menjanjikan Bara akan diantarkan lukisan tersebut. Karena sore nanti, si pemilik lukisan katanya akan me
"Hah?" "Ada masalah, Apoteker Ghea?" ulang Abimanyu yang justru menyeringai tipis saat melihat Ghea bertingkah semakin konyol saat disapa.Abimanyu baru saja kembali dari pertemuan dengan beberapa direktur rumah sakit lain. Dia menghadiri undangan dari Kepala Dinas Kesehatan dalam rangka Pertemuan Sosialisasi Standar Akreditasi Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL) Rumah Sakit. Tiba-tiba saat akan menuju ruang kerjanya, Abimanyu justru melihat Ghea melintas dengan tingkah absurdnya yang memukul kepalanya sendiri entah untuk alasan apa. Apalagi wajah gugup yang diperlihatkan saat tidak siap disapa olehnya. Bisa menjadi hiburan tersendiri bagi Abimanyu yang cukup lelah di akhir pekan ini. "Eng-, t-tidak. Tidak ada masalah apa-apa Pak Direktur," jawab Ghea dengan terbata-bata. "Apa kepalamu sakit? Kenapa dipukul berulang seperti tadi?" Ghea hanya bisa meringis sambil menggelengkan kepala karena baru menyadari kebodohannya yang tertangkap basah oleh orang lain yang sialn
Abimanyu menatap kepergian Frans bersama Ghea dalam satu kendaraan yang sama. Dia bisa menebak jika Frans pasti berniat untuk mengantar Ghea pulang ke rumahnya. Gelengan kepala cepat dilakukan untuk mencegah pemikiran-pemikiran yang tidak seharusnya. Kemudian berjalan cepat menuju kuda besinya untuk dibawa melaju menuju tempat pulang. Abimanyu membelah jalanan yang ramai dengan kecepatan sedang. Lajunya ditemani dengan lagu As It Was by Harry Styles yang mengalun lembut. Sejak diam-diam Abimanyu menyimak dan mendengar lagu itu di ruangan Ghea senin lalu, Abimanyu menjadi sering sekali memutar ulang lagu tersebut. Lagu yang bercerita tentang penerimaan atas perubahan hidup dengan tetap melangkah ke depan, meski banyak halangan dan tantangan. Abimanyu bisa merasakan rasa kesepian yang tertahan dalam lagu yang didengar. "Kayaknya aku terlalu berlebihan jika sudah memikirkan wanita itu. Bahkan hanya sebuah lagu yang tidak sengaja kudengar bisa membuatku berpikir sejauh ini. Padahal mun
Ghea duduk di depan meja rias di kamarnya untuk mengobati pergelangan tangan yang membiru hanya karena ditarik dengan kasar oleh suaminya. Selesai dioles dengan salep memar Ghea menyimpan kembali senjata andalannya untuk menyamarkan bekas luka kekerasaan dari sang suami. Hari sendiri sudah kembali meninggalkan rumah mereka setelah melampiaskan amarahnya hanya karena melihat Ghea diantar pulang oleh Frans. Padahal Ghea sudah menjelaskan jika dia tidak sengaja minta diantar pulang, tapi Hari sama sekali tidak peduli. "Padahal lukanya gak sesakit biasanya, tapi mataku gak bisa berhenti berair begini," gumam Ghea sambil sesenggukan. Luka fisik yang diterimanya hari ini memang tidak separah biasanya. Tapi luka hati dan trauma yang ditinggalkan sang suami masih terasa jelas dan semakin menumpuk di dalam dadanya. Rasanya Ghea sangat lelah dengan situasi yang terasa tidak berpihak padanya. Fisiknya lelah, batinnya lebih lelah lagi. Kepalanya terasa penuh dan dadanya sesak. Tidak ada seo
Ghea melihat pergelangan tangan kanannya yang masih meninggalkan bekas memar. Padahal kemarin sudah dioles dengan salep memar, tapi bekasnya belum sepenuhnya hilang. "Harusnya aku punya gaun pesta lengan panjang yang bisa dipakai di saat urgent seperti ini. Sayang banget aku baru kepikiran sekarang," gumam Ghea membolak-balikkan pergelangan tangannya sendiri. Dia tidak mungkin memperlihatkan bekas luka itu di saat menghadiri undangan pesta. Atau luka itu akan membuat orang-orang curiga dengan kondisi rumah tangganya. "Harusnya jam tangan ini bisa menyamarkan warnanya," lirih Ghea sambil mengganti cara pakai jam tangan yang tadinya di lengan kiri, kini dipindah ke lengan kanan. "Mudah-mudahan tidak ada yang memperhatikan," harapnya. Ghea selesai berdandan saat Hari masuk ke kamar mereka. Sudah dengan setelan yang serasi dengan gaun yang dipakai Ghea. Seperti biasa, Hari lah yang mengatur pakaian mana yang akan mereka kenakan saat ke pesta. Seperti biasanya, Ghea akan diberikan ga
Sapaan hangat dari Liam dan Zahera mengubah suasana mencekam menjadi hangat kembali. Semua menyahut dan menyambut keramahan tuan rumah dengan senang hati. Termasuk Hari yang sudah tidak meneruskan tatapan tidak sukanya dengan kehadiran Frans yang sok akrab dengan istrinya. "Selamat atas perayaan ulang tahun pernikahannya, Tuan dan Nyonya Lim." "Kehormatan bagi kami turut diundang di perayaan ulang tahun pernikahan Tuan Liam dan Nyonya Zahera," sahut Hari memperlihatkan rasa senangnya. "Kami juga senang dan merasa terhormat karena kalian semua sudah mau datang menghadiri undangan kami." Pasangan Liam dan Zahera yang datang bersama putra sulung mereka diperkenalkan dengan yang ada satu meja dengan Ghea. Mereka semua adalah kenalan Abimanyu, sehingga Abimanyu lah yang berinisiatif memperkenalkan. Liam dan Zahera tentu saja menyimak dan memperhatikan setiap penjelasan sang putra. Pada Frans, Eldi, dan Choki, mereka sudah tidak asing lagi karena ketiganya merupakan teman satu sekolah s
"Uhuk, uhuk, uhuk!" Abimanyu refleks terbatuk-batuk saat Keiza bercanda membawa serta dirinya. Meskipun setelahnya Keiza mengkonfirmasi kepada semua orang jika dia hanya bergurau, tapi sepertinya Abimanyu terlanjur tersedak meski tidak sedang memakan atau meminum apapun. "Ah, Oppa begitu aja udah salting. Gak seru, huuu," seru Keiza semakin mengejek. "Bukan salting, Jagiya! Tapi kamu yang gak tau tempat buat bercanda. Untung Pak Hari dan Bu Ghea gak marah dan salah paham sama ucapanmu. Coba kalau mereka tersinggung gimana?" gerutu Abimanyu setelah batuknya mereda. 'Jagiya?'Ghea termenung mendengar sebutan 'Jagiya' dari mulut si tuan direktur. Dia merasa dejavu seakan pernah mendengar panggilan dengan nada yang sama. 'Jadi panggilan sayang yang aku dengar setelah wawancara waktu itu, untuk adiknya ini?' monolog Ghea dalam hatinya. Ghea hampir dibuat melamun jika tidak mendengar suara permintaan maaf dari adik direktur yang ikut serta menyebut namanya. "Iya, maaf, Oppa. Maaf ju