Share

Bab 3. Si Paling Manipulatif

"Pakai baju dan perhiasan itu untuk acara jamuan makan malam bersama kolega bisnisku nanti malam. Kamu akan aku jemput jam 7 malam," ujar Hari sebelum pergi ke kantor sambil meletakkan paper bag berisi gaun malam dan satu set perhiasan yang hanya diberikan di saat ada pertemuan penting seperti ini. 

Hari memang iblis bertopeng malaikat. Di depan orang lain, dia akan menunjukkan istrinya sebagai kebanggaan. Memujanya seakan dirinya adalah pria paling beruntung yang dipilih menjadi pendamping seorang Putri Gautama. 

Hari selalu memuji dan menunjukkan kecantikan Ghea di depan banyak orang. Dia juga akan bersikap romantis dan perhatian jika sedang melakukan pencitraan. Padahal saat di rumah atau saat hanya berdua dengan istrinya, dia tidak akan segan-segan menyakiti fisik maupun psikis istrinya. 

Ghea hanya bisa mengambil napas panjang saat harus kembali dibuat muak dengan pencitraan yang akan dilakukan suaminya. Sandiwara dengan senyum bahagia harus menghiasi wajahnya nanti malam. Ghea selalu ingin tertawa jika mengingat betapa munafiknya mereka di setiap datang ke sebuah jamuan. 

"Pastikan tidak ada bekas memar yang terlihat dari tubuhmu di saat jamuan nanti. Atau kamu akan tahu sendiri akibatnya," desisnya lagi kembali memberi ancaman. 

Ghea yang diam saja meski sudah tahu tanpa diingatkan kembali, akhirnya mendapatkan jambakan kasar karena Hari merasa tersinggung dan marah diabaikan olehnya.

"Kamu punya mulut kan? Kenapa tidak menjawab saat aku bertanya? Hem?" hardik Hari dengan nada tinggi. 

Ghea berusaha tidak memperlihatkan rasa sakitnya. Dia berjanji pada dirinya sendiri untuk lebih tangguh lagi. Ghea menjawab dengan datar seakan jambakan suaminya sama sekali tidak terasa di kulit kepalanya. Padahal rambut panjangnya sudah seperti akan lepas dari tempatnya. 

"Bukankah kamu sendiri tahu, Mas? Kalau aku gak punya pilihan selain menuruti apapun maumu. Terus buat apa aku harus repot-repot menjawabmu, Mas?" 

"Makin berani kamu ya?" geram Hari menarik rambut istrinya semakin kuat. 

Beruntung dering di saku celananya menghentikan kekejaman Hari pagi ini. Hari segera melepaskan jambakannya dan menjawab panggilan dengan sedikit menjauh dari Ghea yang merasa kepalanya sangat nyeri. 

Tidak lama setelah Hari menerima panggilan, dia memilih langsung pergi ke kantor tanpa kembali menyapa Ghea. Ghea pun tidak lagi berharap lebih. 

Ghea sekarang yakin jika impian sederhananya dulu sebelum menikah, untuk melepas suami bekerja dengan salaman dan cium tangan yang dibalas dengan ciuman di kening tidak akan benar-benar terjadi di pernikahannya dengan Hari Hardana. 

Ghea juga yakin jika suaminya tidak pernah mencintainya. Tertarik dengannya pun sepertinya tidak. Padahal Ghea sudah sering berpenampilan terbaik untuk menyenangkan suaminya. Tapi Hari tetap saja tidak menunjukkan rasa tertariknya pada Ghea. 

"Mungkin sebenarnya dia sudah punya wanita lain dan menikahiku dengan terpaksa karena punya tujuan tertentu. Aku akan selidiki siapa wanita yang dicintainya. Siapa tahu aku bisa memanfaatkan wanita itu untuk membebaskan aku dari penjara yang dibuat suamiku ini." 

Bukan tanpa alasan Ghea berpikir seperti itu. Itu semua karena selama sebulan pernikahan, Hari sama sekali tidak terlihat berniat menjamah istrinya. Meskipun Ghea sudah mencoba menggodanya sekalipun, Hari tetap tidak menunjukkan keinginannya pada si istri. 

Ghea sendiri awalnya berniat menggoda hanya untuk melakukan tugasnya sebagai seorang istri. Tapi kemudian dia juga berpikir jika mungkin saja jika terjadi kontak fisik dengan suaminya, rasa cinta akan tumbuh dan mampu mengubah karakter suaminya yang kasar padanya menjadi lebih lembut karena adanya cinta. 

Sayangnya, usahanya gagal dan Ghea belajar mengambil hikmahnya. Setidaknya sampai saat ini dirinya masih bersegel meskipun statusnya sudah bersuami.  

"Aku harus bereskan rumah dengan cepat, kemudian menyelesaikan lukisanku dengan segera karena malam ini harus pergi ke jamuan makan malam. Baiklah, semangat Ghea! Kamu pasti bisa melewati semua ini!" 

Tidak ada yang bisa dilakukannya saat ini selain berusaha bertahan dengan menyemangati dirinya sendiri. Sejak menikah, akses dan relasi Ghea dibatasi oleh Hari. Ghea tidak diijinkan bekerja dan berhubungan dengan teman-temannya. 

Ghea bahkan hanya diberikan sedikit uang supaya Ghea tidak bisa melakukan macam-macam di belakangnya. Untuk itu, Ghea diam-diam membuat lukisan yang dititipkan ke galeri seni milik temannya untuk mendapatkan uang sendiri. 

Itu pun Ghea menghubungi temannya secara sembunyi-sembunyi dan dibantu asisten rumah tangga yang tidak datang setiap hari di rumah mereka. Mak Ijah biasanya hanya datang seminggu dua kali untuk mencuci baju dan bersih-bersih rumah secara menyeluruh. 

Untuk masak dan beberes harian dikerjakan oleh Ghea seorang diri atas keinginan Hari. Rumah yang mereka tempati sebenarnya adalah rumah milik Keluarga Gautama yang sudah dibalik nama menjadi milik Hari Hardana. 

Mak Ijah sendiri adalah asisten rumah tangga Keluarga Gautama sejak dulu. Dia pura-pura tidak tahu jika anak mantan majikannya diperlakukan tidak baik oleh suaminya. Sehingga Hari masih mempekerjakan Mak Ijah meski tidak setiap hari. 

Besok Mak Ijah akan mengambil lukisan pesanan buatan Ghea untuk dibawa ke galeri seni, maka dari itu Ghea harus menyelesaikan sore ini juga sebelum pergi ke jamuan makan malam, supaya besok sudah siap diberikan kepada Mak Ijah. 

"Akhirnya selesai," gumam Ghea setelah memastikan lukisannya sempurna. 

Bukan hal sulit baginya karena Ghea sudah mendalami hobi melukis sejak dia kecil. Meskipun dia kuliah di jurusan Farmasi saat S1 dan jurusan Manajemen Farmasi saat S2, tapi disamping kuliah dia juga mempelajari seni lukis pada ahlinya selama bertahun-tahun, yaitu sang mama yang merupakan seorang seniman. 

Mas Hari : 

[Satu jam lagi aku sampai]

Ghea segera bersiap karena suaminya sudah memberi kabar kapan dirinya akan dijemput. Ghea bisa bersiap dengan cepat karena sebelumnya sudah disiapkan dengan rapi semua yang dia butuhkan. 

Tapi Hari justru tiba lebih cepat dari apa yang dia katakan sebelumnya. Ghea yang sedang menggunakan 'alat tempurnya' menjadi terkejut dengan kedatangan Hari. 

"Dandan yang cantik, Ghe! Karena hari ini kita akan bertemu dan menyapa orang penting yang baru mulai bekerja sama dengan perusahaan Gauta Farma. Ingat untuk tidak bertingkah di depan mereka."

"Iya," jawab Ghea singkat tidak mau merusak mood suaminya atau dirinya akan dibuat semakin sulit karena bisa jadi memar di tubuhnya semakin bertambah. 

Hari cukup puas dengan respon Ghea yang menurut. Dia juga memperhatikan bagaimana Ghea yang ahli dalam memainkan alat make up untuk menyamarkan bekas memar yang biasanya tertinggal di wajah atau bagian lehernya. 

"Sisakan tanda merah sedikit di bagian lehermu biar mereka mengira itu adalah bekas percintaan kita," kekeh Hari membuat Ghea mual mendengarnya. 

'Ternyata aku benar-benar punya suami gila dan manipulatif!' batinnya dengan tetap menurut.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status