Selama Ghea berada di apartemennya, Abimanyu selalu pulang ke apartemen dulu sebelum ke rumah orang tuanya. Meski hanya untuk sekedar makan malam bersama Ghea dan membicarakan beberapa hal sebagai alasan untuk menemuinya. "Tadi suamimu ke rumah sakit. Seperti dugaan kita, dia pasti sedang kalang kabut mencari kamu sejak kemarin." "Tapi dia gak curiga 'kan aku ada dimana?" "Tentu saja tidak. Dia bahkan berbohong padaku dan mengatakan jika kamu sedang ke Singapura untuk menjenguk Tante Gita."Mendengar mamanya disebut, ekspresi Ghea berubah. Dia masih khawatir pada mamanya yang belum diketahui keberadaannya. Meski Abimanyu mengatakan untuk mempercayakan masalah keselamatan mamanya padanya, tapi tetap saja Ghea khawatir jika belum melihat sendiri kondisinya. "Kamu jangan khawatir, Ghe. Mamamu akan dalam perlindunganku." "Kamu sudah berhasil mengamankan mamaku?" Abimanyu mengangguk. Senyum lega terlihat di wajah Ghea. "Bisa aku menemuinya?""Bisa, tapi tidak untuk sekarang. Aku akan
Sudah menjadi lagu lama jika Zahera sering kepo dengan siapa putranya dekat. Dia sangat berharap putra pertamanya segera membawa pasangan untuk diperkenalkan sebagai calon menantu. Jadi begitu Abimanyu memperlihatkan gelagat di luar kebiasaannya, Zahera akan sangat sensitif dan penasaran luar biasa. Sedangkan Abimanyu sendiri, hanya bisa menyesal karena tidak sadar sudah melakukan kesalahan dengan membuat keluarganya menjadi curiga. "Masa iya sih aku jadi sering senyum belakangan ini? Perasaan biasa aja deh," gumamnya menampik kecurigaan apa yang didengar dari ibunya. Meski ingin menyanggah, tetapi dia pun tahu jika Zahera adalah sosok yang paling peka jika itu tentang anak-anaknya. Jadi, tidak mungkin wanita paruh baya itu asal bicara jika sudah berkenaan dengan putra-putrinya. "Bagaimana kalau di lain kesempatan, Eomma kembali bertanya? Apa aku harus menceritakan tentang Ghea? Dengan statusnya yang saat ini masih menjadi istri pria lain, apa Eomma bisa mengerti dan tidak berpiki
"Kamu selidiki lebih lanjut, apakah benar ada permainan di manajemen Gauta Farma atau tidak." "Baik, Mas." Seperti biasa, begitu Abimanyu mengetahui berita mengenai perusahaan Gauta Farma yang tertuduh berskandal dengan para pengedar yang belakangan ini banyak tertangkap oleh polisi bagian Satuan Reserse Narkoba, membuatnya lekas menurunkan titah pada Rusdi untuk mengemban tugas. Di satu sisi, Abimanyu tidak rela jika perusahaan farmasi milik Keluarga Gautama terjerat skandal. Di sisi lain, dia juga ingin memanfaatkannya jika benar terjadi untuk menyeret oknumnya saja ke jeruji besi. "Ternyata makin jauh, kejahatan kamu makin mengerikan" gumam Abimanyu memikirkan satu nama pria yang membuat rahangnya mengeras. Baru dua kasus yaitu kekerasan pada istrinya, juga pembunuhan kepada mertuanya saja sudah membuat Abimanyu jengah. Sekarang ditambah dengan kemungkinan ada bisnis haram yang dijalankannya juga di dalam manajemen perusahaan farmasi yang sejak dulu terkenal bersih. Ghea meman
"Bi, aku khawatir sama Ghea. Apa benar dia di Singapura buat nungguin mamanya? Kenapa perasaanku gak enak ya? Aku takut suaminya bohong dan ternyata Ghea sedang ada dalam bahaya." Frans sudah menahan diri dalam beberapa hari ini untuk tidak panik memikirkan tentang Ghea. Akan tetapi, dia tetap tidak bisa karena terlalu peduli padanya. "Kamu jangan khawatir! Ghea baik-baik aja kok.""Kamu tahu dari mana?" 'Karena Ghea ada di apartemenku,' batin Abimanyu tidak bisa mengaku secara terang-terangan. "Ya karena kata suaminya gitu," balas Abimanyu terpaksa berbohong. "Ck! Kamu gimana sih, Bi? Suaminya tuh mencurigakan, aku gak yakin sama dia." "Ya terus kalau gak percaya sama yang dia bilang, kamu mau percaya sama siapa?" Sebenarnya Abimanyu merasa bersalah karena harus menutupi keberadaan Ghea pada Frans yang jelas-jelas suka dengannya dan sangat mengkhawatirkannya. Hanya saja, dia tidak bisa membocorkan keberadaan Ghea atau nanti akan membahayakan keselamatan Ghea sendiri jika terla
"Tunggu sebentar, ya? Aku beresin kerjaan sebentar. Kamu gak lagi buru-buru, kan?" Abimanyu sedang ada janji temu dengan Davin. Teman bermain semasa di Educa Center yang sekarang sudah menjadi anggota kepolisian. "Gak kok, tenang aja," balas Davin yang sudah duduk di sofa ruang kerja Abimanyu. "Tumben banget aroma ruangan kamu gak steril begini? Kamu habis makan dimsum di ruangan ini?" Abimanyu baru menyadari jika aroma dari makanan kiriman Ghea siang tadi masih menyisakan bau yang khas. Tidak mungkin untuk mengelak, dia pun mengangguk apa adanya. "Serius? Kayak bukan Abimanyu banget, deh!" Abimanyu tidak lagi menanggapi. Dia membiarkan sahabatnya berpikir apapun tentangnya. Dia masih butuh fokus sepenuhnya untuk mengerjakan tumpukan berkas di atas meja. Davin, abdi negara yang hari ini berpakaian casual demi menuruti permintaan kawannya yang mengajak pertemuan, tersenyum samar membayangkan sesuatu yang menyenangkan hatinya sebelum masuk ke ruangan tersebut. 'Kalau tahu Abi bel
"Aku kayak lagi gambar mimpiku sendiri," gumam Ghea sambil menilik sketsa gambar buatannya. Masih di tahap awal pembuatan rancangan karena seharian tadi Ghea lebih banyak mencari ide dan membayangkan seperti apa karya yang ingin dibuatnya. Ghea sudah menikah, tetapi tidak sempat membuat foto pernikahan yang layak bersama suaminya. Jadi, untuk menuruti permintaan Abimanyu membuat foto pernikahan versinya sendiri berdasarkan imajinasinya, Ghea benar-benar dibuat berpikir. "Kira-kira Pak Abi mau pakai lukisan ini buat apa, ya? Apa dia berniat untuk memberikannya kepada calon istrinya? Tapi sepertinya dia gak lagi dekat dengan siapa-siapa."Ghea hanya bisa menerka tanpa berani bertanya secara langsung. Karena menggambarnya sambil memikirkan Abimanyu, tanpa sadar Ghea juga membuat karakter mempelai pria dalam lukisannya seperti Abimanyu. Postur tubuh dan cara bagaimana dia biasanya berdiri dengan pakaian yang biasa membungkus tubuhnya di acara resmi seperti pernikahan tergores begitu s
Keberadaan Ghea pagi ini di Medica Center cukup mengejutkan staf rumah sakit yang jelas tahu wanita itu sudah beberapa hari tidak masuk kerja. Apalagi, kedatangan Ghea hari ini juga bukan untuk bekerja seperti biasanya. Melainkan untuk menjalankan pemeriksaan visum dengan surat permintaan yang sah dari kepolisian atas kasus pelaporan tindak kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh suaminya. Salah satu pekerja rumah sakit yang terlihat paling syok tentu saja Frans, si Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Dia menatap nyalang pada Abimanyu yang berusaha tetap tenang. "Ini maksudnya apa, Bi?" cecarnya tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya. "Tunggu, nanti aku ceritakan," ujar Abimanyu dengan suara rendah. Frans yang sudah tersulut emosinya merasa tidak bisa menunggu lagi. Dia mencekal kerah kemeja Abimanyu yang dilapisi jas snelli dengan geram. Emosinya meledak-ledak karena merasa sudah dibohongi. "Jelas-jelas kamu tahu aku khawatir banget sama Ghea! Ternyata kamu tah
"Aku boleh jenguk Loretta kan?" "Boleh. Sebentar saja ya? Dia juga belum keluar dari ICU." Ghea mengangguk tanda mengerti akan penjelasan singkat mengapa Abimanyu membatasi waktu untuknya. Dia tidak membuang waktu lagi dan segera mendatangi ruang dimana Loretta dirawat. Tentu saja setelah dia puas diinterogasi Frans. Begitu langkahnya mulai dekat dengan ruang yang dituju, Ghea semakin merasa sangat bersalah pada Loretta karena tahu siapa dalang dibalik kecelakaannya, tapi belum punya bukti untuk menyeretnya ke penjara. Yang pertama didapatinya berada di luar ruangan adalah Choki yang selalu setia menunggu Loretta yang terbaring di rumah sakit. Pria itu berusaha melebarkan senyum saat Ghea, Abimanyu dan Frans menyapa.Abimanyu dan Frans yang selalu update dengan kondisi Loretta tentu saja tidak berbasa-basi lagi di depan Choki selain memberikan sentuhan ringan di punggung dan bahunya hanya demi membagi sedikit kekuatan untuk sang sahabat. Ghea kembali merasa bersalah saat menginga