Elroy tersenyum dan mengecup bibir Rhea ringan. Ia tidak mengatakan bahwa apa yang dikatakannya baru saja benar benar serius. Rhea tertegun sejenak, melirik pintu sejenak. Dirasa aman, Rhea tidak lagi malu atau menjaga jarak dan mencium Elroy dengan intens. Entah sudah berapa lama, Rhea merasakan sedikit rasa dingin di jari manisnya. Ketika ia membuka mata dan menoleh, ia melihat sebuah cincin indah tersemat di jari manis tangan kirinya. Matanya membelalak tak percaya, menatap Elroy dengan tatapan terkejut. "Apa ini? Cincin pernikahan?" Tanya Rhea dengan nada gembiranya. Elroy menganggukkan kepalanya, ia mengulurkan tangannya dengan isyarat. Rhea yang sedang asik menonton cincinnya, tersenyum melihat hal ini. Ia mengambil cincin pria dari dalam kotak cincin dan memasangkannya pada jari manis tangan kiri Elroy. Kedua tangan itu di sandingkan, cincin pernikahan yang sederhana namun mencolok itu begitu indah. Jantung Rhea berdebar kencang menatap lekat pada cincin pernikahan di jar
"Aku ada jadwal wawancara, apa kamu mau ikut?" Tanya Elroy sambil mengenakan jas nya, ia merapikan jam tangannya dan memeriksa handphone nya. Rhea baru saja selesai merapikan jas nya, dan ia menghampiri Elroy dengan senyum gembira. "Aku boleh ikut?" Tanya Rhea dengan sedikit rasa tidak percaya. "Tidak apa apa, tapi tutup wajahmu jika kamu tidak ingin dikenali." Jawab Elroy sambil menyerahkan masker juga topi pada Rhea. Mengikat rambut wolf cut miliknya. Rhea mengenakan topi dan masker. Keduanya berjalan keluar kamar hotel dan di bawah perlindungan begitu banyak bodyguard, naik ke dalam mobil. Di gedung cabang Morris Group. Rhea duduk di sofa yang ada di kantor Elroy. Saat ini ia sedang melakukan interview online bersama Chloe. Tentu saja ada kelompok calon karyawan yang terpilih dalam jadwal interview kali ini. "Baiklah, izinkan aku bertanya. Jika kalian mendapat kesempatan untuk bergabung dalam perusahaan kami. Apa kontribusi yang bisa kalian berikan?" Tanya Rhea dengan wajah se
Tiba di hotel, kelompok bodyguard sudah lebih dulu mengerumuni mobil Elroy dan Rhea. Pasalnya sejak pagi ini, hotel tempat Elroy menginap sudah terungkap pada publik. Sebelum turun, Elroy meraih topi dan memasangkannya di kepala Rhea, kacamata hitam dan masker menutup seluruh wajah istrinya. Elroy bahkan melepas mantelnya dan mengenakannya pada Rhea. Ketika pintu terbuka, ia lebih dulu turun dan memimpin. Kemudian ia membantu Rhea turun dari mobil. Begitu Elroy dan sosok Rhea yang tertutup turun dari mobil, seluruh kamera langsung menyala dan flash berkedip cepat. Rhea merasa beruntung bahwa ia mengenakan kacamata hitam. Jika tidak, melihat begitu banyak lampu flash berkedip, Rhea takut matanya akan langsung buta. Elroy meraih pinggang Rhea dan tidak terburu buru masuk ke dalam hotel. Elroy menatap tenang sekelompok reporter dan wartawan tersebut. Nampak memahami isyarat Elroy, mereka menghentikan penangkapan gambar tersebut. "Aku dan Anastasia sudah memberikan klarifikasi. Sekali
Rhea baru saja turun dari pesawat. Menatap kota asing di depan matanya dengan ekspresi menertawakan dirinya sendiri. "Aku tidak menyangka bahwa aku akan meninggalkan karier begitu saja dan datang jauh jauh ke negara asing untuk memarahi seorang pria!" Tawa Rhea sambil menarik kopernya berjalan menyusuri bandara dengan dagu terangkat sombong. Ini menunjukkan sikapnya bahwa ia siap berperang! Keluar dari bandara, Rhea menatap langit yang sudah menunjukkan waktu hampir malam. Cahaya jingga menyebar mewarnai langit yang sebelumnya berwarna biru. Mentari sudah tenggelam di sisi barat tertutup oleh gedung gedung tinggi yang ada di kota. Rhea menghentikan sebuah taksi dan masuk ke dalam mobil. "Pergi ke cabang Morris Group, tuan." Ucap Rhea dengan bahasa Internasional yang fasih. Lagipula ini bukan kali pertama Rhea pergi ke negeri asing. Rhea sendiri sudah hadir di banyak negara asing untuk mengikuti berbagai macam olimpiade. Menguasai bahasa internasional adalah hal yang diperlukan pa
Rhea dan Chloe berkeringat deras. Duduk di sofa yang baru saja di tata. Melihat keseluruhan ruangan yang luas itu berubah menjadi ramai. "Aku lelah." Keluh Chloe sambil merebahkan tubuhnya ke atas sofa. Menatap langit langit di depan matanya dengan nafas tersengal sengal. "Pesan makan siang." Ucap Rhea tiba tiba sambil menyerahkan tab nya pada Chloe. Begitu mendengar kata makan, Chloe langsung bangkit dari sofa dan menelusuri berbagai jenis menu makanan terutama ia mencari pada menu minuman dan memesan es yang paling menyegarkan. "Kamu ingin makan apa? Aku sudah memesan beberapa makanan dan minuman." Tanya Chloe tanpa memalingkan matanya pada Rhea. "Belikan saja yang mengenyangkan, aku sangat lapar. Untuk es nya sama kan saja denganmu" Rhea menjawab dengan senyum lelah. Ia memejamkan matanya sejenak namun setelah beberapa saat ia tidak mendapat respon dari Chloe membuat alisnya mengerut. Rhea membuka matanya, melihat Chloe yang nampak terdiam dan termenung di tempat. Alisnya terk
"Kalau begitu, apa kamu punya waktu untuk melakukan panggilan video? Aku merindukanmu" Begitu kemarahan sudah berakhir, rasa rindu yang meluap juga di utarakan. Elroy benar benar merasa jatuh cinta sekali lagi dengan sosok istrinya muda. Ia muda dan cantik, perhatian dan pengertian, manja dan genit. Ia memenuhi semua ekspektasi yang Elroy inginkan dari seorang pendamping hidup. "Tunggu sebentar, ketika aku kembali ke hotel aku akan langsung menghubungimu." Ucap Elroy kemudian.Ketika ia kembali ke mejanya, Anastasia sudah tak lagi ada di sana. Elroy menatap sekretarisnya dan sekretarisnya mengatakan bahwa Anastasia pergi lebih dulu karena ada beberapa hal yang terburu buru perlu diurus. Elroy juga mengabaikannya, ia berjalan turun dan meminta sopir untuk mengantarnya kembali ke hotel. Baru setelah Elroy mengenakan handuk baju setelah membilas tubuhnya. Ia membuka handphone nya dan melakukan panggilan video dengan Rhea. Ketika panggilan video terhubung, Elroy melihat Rhea begitu l