Share

4. Terdesak

Author: Ka Umay
last update Last Updated: 2023-01-15 09:50:12

Ketika pemakaman paman, tunangan ku Roan datang sebentar. Dia bahkan tidak menghiburku sama sekali, cuek padahal tahu aku sedang kesulitan karena Tante Fera. Aku sempat meminta dia menikahiku saat itu juga, supaya Tante Fera tidak bisa macam-macam pada kami.

"Jangan bicarakan pernikahan sekarang, makam pamanmu saja belum kering."

"Tapi kamu tahu sendiri gimana sikap Tante Fera, aku dan Arjun bisa celaka."

"Kalau terjadi sesuatu padamu, kamu bisa minta tolong padaku."

Roan pergi meninggalkan kami di pemakaman, tidak berkunjung ataupun menghubungi lagi sampai sekarang. Kadang aku berpikir, apakah karena keluargaku tidak berpengaruh seperti dulu, Roan jadi berubah?

Setelah orang tuaku dan kakak laki-laki ku meninggal. Posisi Direktur utama sekarang dipegang orang lain, meskipun keluargaku memiliki saham mayoritas, namun tidak ada yang bisa memimpin. Aku belum lulus kuliah dan pincang, sementara Arjun adalah anak di bawah umur.

"Yua!" Teriak Tante Fera.

Aku berbalik, buru-buru menggerakkan tongkat kruk menuju pintu keluar. "Iya, Tante."

Tante, Om Nurman dan dua sepupuku. Berdiri di ruang tengah dan memandangi isi rumah, tangannya menunjuk ke setiap benda. Berbicara tentang harga dan tata letak perabot. Sepertinya mereka ingin mengganti isi rumahku seakan ini rumah mereka sendiri.

"Kamu ini gimana sih? Sudah tahu kami mau datang, tapi kamu malah di kamar aja nggak menyambut!" Tante Fera menunjuk keningku dengan jari telunjuk.

"Maaf Tante, aku lagi di kamar. Nggak tahu Tante dateng."

"Wajarin ajalah, Ma. Namanya juga pincang, nggak bisa jalan."

Aldo, sepupu berusia 24 tahun. Berprofesi sebagai petinju muda. Badannya yang besar sangat menakutkan, bicaranya yang sembarang tanpa memikirkan lawan bicara. Dia adalah orang yang sangat arogan dan berbahaya.

"Oh ya, Tante ke sini mau apa?"

"Tentu saja jagain kamu dan harta keluarga ini. Besok barang-barang kami akan dipindahkan ke sini. Kamar Bundamu di sebelah mana?"

Tante mau menempati kamar Bunda? Bahkan aku tidak menyentuh sedikitpun barang-barang bunda dan ayah. Semua masih tertata rapi seolah mereka masih hidup.

"Jangan pakai kamar Bunda, aku mohon." Aku menangkupkan tangan dengan wajah memelas. Menggeleng.

Tante mendengus kesal, matanya nyalang menatapku. Dia menggangkat tasnya, menabrak bahuku dan mencari kamar Bunda.

Aku berbalik, hendak menyusul Tante dengan menggerakkan tongkat. Namun, tongkatku di tendang Aldo. Membuatku jatuh tersungkur ke lantai.

"Hey pincang, sekarang kau sudah tidak bisa sombong lagi 'kan? Jadi harus sadar diri."

Aldo mendekatkan diri ke wajahku, bibirnya menyeringai. Aku menahan diri untuk tidak menangis, menggenggam erat tanganku. Menahan luka yang mereka torehkan ke dalam anak yatim piatu ini.

Aku berusaha meraih tongkatku yang terlempar, sedikit merangkak, sebentar lagi sampai. Lagi-lagi Aldo usil, dia menendang tongkat itu hingga terlempar lebih jauh.

Om Nurman menendang tongkatku supaya lebih dekat, membuatku mendongak melihatnya yang mau sedikit berbaik hati.

"Kalian berdua harus ingat, jangan sampai Yua dan Arjun lecet. Seminggu lagi pengacara akan datang untuk menyerahkan surat kuasa," kata Paman memberi peringatan.

Aldo mendengus kesal, dia memasukkan tangannya ke kantong baju. Sementara Mia, sepupu yang seumuran denganku tetap asik dengan ponselnya. Tidak pedulikan yang terjadi di sekitar.

Mereka mengecek seisi rumah, aku benci rasa tidak berdaya ini. Harapanku tinggal kepada Roan. Semoga dia mau menikahiku segera dan menjauhkanku keluarga Tante Fera.

Sekali lagi aku menarik tubuh, tanpa harga diri berusaha mengambil tongkat. Aku merindukan Ayah dan Bunda, juga Kak Farel. Andai mereka saja mereka masih hidup.

Susah payah aku berdiri, tidak kuasa melihat Tante Fera mengambil alih kamar orangtuaku. Aku berjalan ke kembali ke kamar dengan tongkat. Hati-hati karena lutut kaki kananku terasa memar. Sakit sekali.

"Roan akan segera menjemputku, aku harus bersabar."

Di dalam kamar aku menunggu adikku Arjun dan tunangan ku Roan, hingga malam adikku itu belum juga kembali. Rasa khawatir begitu menakutkan.

Apa mungkin Roan tidak mau menikahiku dan mengabaikan kedatangan Arjun? Kalau begitu, apa yang harus aku lakukan?

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Isnia Tun
Kasihan sekali kamu Yua...Roan benar² minta di hajar
goodnovel comment avatar
Isnia Tun
Kasihan sekali Tuan...Rian benar² kurang di hajar
goodnovel comment avatar
siti yulianti
kampret nih s roan GK tulus kyknya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Aku, Kamu & Buku Nikah   103. Tamat

    Seseorang yang aku tunggu mendampingi hidupku, jodoh yang Allah takdirkan hingga membuatku bisa bersabar. Aku percaya Tuhan akan menggantikan kehilangan dengan kebahagiaan. Aku terus berusaha hingga tak kenal lelah berdoa. Menjaga adikku sembari menunggu keluarga baru yang Allah siapkan. Hingga Jexeon datang bagai pahlawan, kupikir dia memang dikirim Allah untuk menjadi bagian dari hidupku. Sejak pertemuan pertama, jantungku berdebar kencang. Kami tak saling kenal, tetapi dia mau menolong dan menjagaku. Selain hatinya digerakkan oleh Allah, tidak ada alasan lain. Kenapa kubilang begitu walaupun Jexeon menawarkan perjanjian pernikahan? Kalau sejak awal niatnya perjanjian pernikahan, maka dia tidak akan menungguku ditolak Roan. Tetapi langsung menawarkan. "Allah menghadirkanmu untuk menyempurnakan hidupku," kataku ketika awal kehamilan. Jexeon yang irit bicara hanya tersenyum, dia menggendongku sembari terus menciumi pipi. "Kau juga," balasnya singkat. Aku melingkarkan tangan di

  • Aku, Kamu & Buku Nikah   102. Harga Diri

    Aku menjalani hidup dengan penuh perjuangan sejak orang tuaku meninggal, tidak ada lagi Yuaira yang manja dan kekanakan. Setiap hari bagaikan pertarungan hidup dan mati karena orang-orang mengincar harta keluarga kami. Padahal, dulu aku bagaikan tuan putri. Melakukan apapun terserah, membuat masalah hingga masuk kantor polisi pun pernah, orang tuaku akan mengurusnya hingga kadang melimpahkan kesalahan pada orang lain. Bahkan nilai mata pelajaran yang jelek pun Orang tuaku bisa mengatasi. "Dia Evrina Arzety yang akan jadi teman sekolahmu." Ayah memperkenalkan Rin untuk pertama kali, aku tahu Rin adalah pembantu yang dijual ayahnya sendiri ke sini. Kalau tidak salah dia dihargai 10 juta. Bahkan uang jajanku sehari 200 juta. Sungguh Rin tidak lebih mahal dari harga kaos kakiku.Aku dengar Rin adalah anak cerdas yang menjadi juara satu UN SMP se-provinsi Jawa. Saat itu aku pikir ayah membeli barang bagus dengan harga murah untuk membantuku meningkatkan nilai. "Hay Evrina, kita bakal j

  • Aku, Kamu & Buku Nikah   101. Orang Asing

    "Jadi selama ini kamu membuntutiku?" tanya Jexeon. Mereka duduk berhadapan dengan tangan Yua yang tidak mau lepas, wanita berhijab merah muda memalingkan wajah, enggan menjawab tuduhan sang suami. Yua masih sama, selalu memasang raut wajah imut ketika merasa bersalah. "Aku cuma penasaran ke mana suamiku pergi, siapa tahu main cewek lain." Jexeon mengikuti arah pandangan Yua, bibirnya senyum. Terlihat jelas bahwa Yua cemburu. Padahal selama ini dia tidak ada hubungan dengan wanita manapun. Apalagi Purwati."Kenapa kamu nggak nyamperin dari dulu?" Tangan Jexeon mengambil dagu Yua, memaksa wanita itu membalas tatapannya. Kedua alis Jexeon terangkat, menunggu jawaban. "Aku nggak mau ganggu.""Lalu kenapa tiba-tiba datang, hmm?" Pandangan Yua mengarah ke Purwati lagi, memberi isyarat tanpa mau berucap, menunggu kepekaan Jexeon terhadap perasaannya. Yua tadi berkata padanya bisa menyembunyikan rasa rindu tapi tidak dengan cemburu. Selama perjalanan 3 tahun ini Jexeon tidak dekat deng

  • Aku, Kamu & Buku Nikah   100. Buku Nikah

    Malam ini Jexeon duduk di atas mobil camping sembari makan mie instan. Matanya memandang langit. Bulan sabit dengan bintang di sekitarnya. Terlihat indah menghiasi langit.Sudah 3 tahun dia meninggalkan Yua dan si kembar, besok ia akan kembali ke Jakarta. Memulai hidup baru tanpa masa lalu.Semua masa lalu telah dia singkirkan, termasuk uang haram hasil mencuri. Dia menjual semuanya dan diberikan kepada fakir miskin. Sebagian digunakan menyekolahkan anak-anak kurang mampu. Setahun lalu uangnya habis. Jexeon menjadi sangat miskin.Hidup tanpa uang adalah sesuatu yang tidak mungkin, Jexeon mencari cara menghasilkan uang dengan cara halal dan tanpa merugikan orang lain.Dia juga membuka jasa mengembalikan data perusahaan yang hilang, data yang diretas ataupun membantu KPK dalam menelusuri data para koruptor. Pekerjaan di bidang IT terbilang lancar sebagai sosok misterius. Ia menerima bayaran mahal, lalu dikumpulkan dan diberikan kepada Elgar. Di penthouse sana, Elgar mengelola uang Jexeo

  • Aku, Kamu & Buku Nikah   99. Cari Kesempatan

    Hidup memang seperti ini, orang-orang datang dan pergi. Perbedaannya hanyalah kesan. Saat masih bersama apakah berkesan sampai tidak sanggup melupakan atau hanya berlalu tanpa ingin dikenang. Aku dan Roan sudah memilih jalan berpisah tanpa harus diingat kembali. Kenangan berupa cincin pertunangan tidak begitu berarti. Pertunangan bukanlah janji suci yang mengikat hati sampai ke akhirat. Roan hanyalah salah satu pria yang pernah hadir sebagai calon suami, tidak lebih dari itu. Perasaanku padanya padam sejak melepas cincin pertunangan di gedung Nathanael.Akhir cerita bersama Roan sebenarnya tidak jauh berbeda dengan Jexeon. Suamiku itu pergi dan menyuruhku tidak menunggu. Mereka sungguh bersaudara. Bagaimana bisa dua saudara itu sama-sama mencampakkanku? Namun, ada sedikit perbedaan antara Roan dan Jexeon, janji Jexeon padaku disaksikan Tuhan. Cinta di antara kami juga membuahkan dua bayi kembar, anak hasil persatuan raga dengan bumbu cinta. Hubungan kami tidak bisa hanya menjadi ke

  • Aku, Kamu & Buku Nikah   98. Sedang Menunggu

    Las Vegas adalah kota terpadat di negara bagian Nevada, ibu kota Clark County, Amerika serikat. Ini adalah pertama kalinya aku mengunjungi kota yang terkenal karena sejumlah resor kasino dan hiburan sejenisnya. Lampu kota Las Vegas bersinar terang, gedung pencakar langit berdiri kokoh. Keindahan kota dapat aku lihat dari lantai 25 apartemen milik Tante Amel. Jendelanya dibuka, membuat angin musim panas masuk ke dalam. Aku memejamkan mata, merasakan angin itu menerpa wajah. Rambutku yang lurus panjang tertiup angin, berkilau indah terkena pantulan lampu. Rambut itu yang setiap malam Jexeon cium karena suka aromanya. Awalnya aku pikir ia yang sudah tobat tidak suka dengan kota ini. Namun, ternyata dia memang tidak berniat datang. Pria itu meninggalkan kami dengan menitipkan surat pada Tante Amel. Berulang kali aku mencoba menghubunginya. Bahkan menanyakan keberadaan Jexeon pada Lazio dan Elgar. Aku kehilangan Jexeon seperti orang yang hilang akal."Teman macam apa kalian tidak tahu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status