Share

Bab 3 Talak dan Pernikahan

 Tania membantu Rania bangun dari sujudnya setelah melihat Paman Burhan. Wajahnya merah menandakan jika dia sedang marah besar. Mereka yakin, Paman Burhan pasti sudah salah paham terhadap Tania. 

   Rania menyeka air matanya lalu menghampiri pamannya tersebut. Dia mencium punggung tangan Paman Burhan lalu memeluknya erat. Tania mengambil barang bawaan Paman Burhan dan menaruhnya di dapur.

   "Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa kamu bisa bersujud dikaki kakakmu?" tanya Paman Burhan setelah Rania mengajaknya duduk di sofa.

   "Paman salah paham. Semua bukan karena kak Tania. Tapi karena …. " Rania menyeka air matanya yang kembali turun. 

  Tania kembali dari dapur dengan membawa air untuk Paman Burhan. Dia sengaja duduk disamping Rania yang sedang menangis. Paman Burhan melihat wajah bingung begitu tercetak jelas dari raut Tania. 

  Dia meneguk habis air yang disuguhkan Tania. Setelah merasa emosinya reda, Paman Burhan kembali bertanya pada Tania dan Rania secara bergantian. Kali ini Tania yang menceritakan maksud kedatangan Rania. 

   "Ya Allah. Malang sekali nasib kamu, Rania," ucap Paman Burhan sendu. "Lalu apa keputusan kamu sekarang, Tania?" Paman Burhan menengok ke arah Tania yang juga terlihat sedih. 

   "Tania bingung Paman. Bagaimana mungkin Tania menikah dengan adik ipar Tania sendiri? Lagipula Tania yakin, Malik pasti tidak akan setuju dengan ide Rania," jawab Tania. 

   Kring! Kring! 

  Ponsel Rania berdering disaat suasana hening. Ternyata Malik menelpon Rania, mencari keberadaannya yang hilang tiba-tiba. Rania menghela napas panjang lalu menjawab telepon Malik. 

  Terdengar nada cemas dan frustasi Malik dari sebrang telepon. Rania meminta Malik agar segera menyusulnya ke desa sekarang juga. Tania memijit keningnya yang terasa berdenyut pusing. Dia begitu dilema mendengar permintaan adiknya tersebut. 

   "Jadi Tania harus bagaimana Paman?" tanya Tania meminta masukan dari Paman Burhan. 

  "Kamu harus menolong Rania! Kamu tahu dia sedang sakit. Paman takut, kondisi Rania semakin drop jika terus memikirkan masalah pernikahan dan mertuanya," saran Paman Burhan. 

   "Lalu bagaimana jika Malik menolak?" tanya Tania lagi. 

   "Masalah Malik biar aku yang urus. Asalkan kakak setuju. Itu sudah cukup bagiku." Rania membaringkan kepalanya dipangkuan Tania. 

   "Aku lelah, Kak. Biarkan aku sejenak tidur dipangkuanmu," pinta Rania. 

  Hati Tania mencelos sakit mendegar ucapan adiknya. Kenapa takdir begitu kejam padanya? Rania memiliki mertua yang kejam dan sekarang Allah juga mengujinya dengan penyakit yang berbahaya.

  Rania tertidur diatas paha Tania. Tangan kakaknya yang lembut membuatnya begitu merasa aman dan nyaman. Rania pun tertidur dipangkuan kakak kembarnya. Setelah Satu jam lebih menunggu, akhirnya Malik datang dengan wajah cemas dan panik. 

   "Mas Malik!" panggil Rania pelan saat melihat Malik sudah berada didepan matanya.

  Malik langsung merengkuh Rania Kedalam pelukannya. "Kenapa kamu pergi meninggalkan rumah sakit begitu saja? Kamu tahu, Mas begitu panik saat melihat ruangan kosong dan ceceran darah di lantai." 

   "Maaf Mas, sudah membuat kamu cemas," jawab Rania. "Mas ada hal yang ingin aku minta padamu." 

  "Sebaiknya aku pergi ke belakang dulu." Pamit Tania. Tidak ingin mengganggu pasangan suami istri itu bicara serius. Meskipun dalam hatinya, Tania juga penasaran dengan keputusan Malik nanti.

   "Apa itu sayang?" tanya Malik dengan nada bicara yang begitu lembut begitu Tania sudah meninggalkan mereka.

   "Mas mau 'kan menikah dengan Kak Tania? Aku tidak rela Mas menikah dengan wanita lain," ujar Rania. Membuat Malik langsung syok.

  "Kenapa kamu tiba-tiba meminta hal yang tidak masuk akal itu?" Malik balik bertanya dengan nada sedikit geram.

   Rania memberitahu Malik, jika Bu Fatma meminta Rania pergi meninggalkanya. Dia sudah mencarikan wanita lain sebagai pengganti dirinya. Malik semakin terkejut mendengar semua ucapan Rania. Tubuhnya seketika merosot ke belakang sofa sambil mengusap kasar wajahnya.

   Malik  tidak menyangka jika ibunya tega melakukan hal tersebut padanya. Ditambah lagi kondisi Rania yang tengah sakit dan harus menjalani operasi secepat mungkin. Malik terduduk di sofa dengan mata yang sedikit berkaca-kaca.

   "Kita bisa melewati ini bersama. Aku tidak mungkin menikah dengan wanita lain. Aku sangat mencintai kamu, sayang," ucap Malik. 

   "Aku tahu Mas. Tapi hanya ini satu-satunya cara untuk mempertahankan rumah tangga kita. Wajah kak Tania sangat mirip denganku. Aku yakin, mama tidak akan mencurigainya," terang Rania berusaha meyakinkan suaminya. 

   "Tapi tetap saja aku tidak bisa melakukannya. Bagaimana mungkin aku menikah dengan Tania? Bertemu saja kami baru dua kali," tolak Malik. 

  "Mas, aku tahu hidupku tidak akan lama lagi. Walaupun demikian, aku tidak rela jika kamu menikah dengan wanita lain. Aku yakin, Kak Tania adalah wanita yang tepat untuk menjadi istrimu. Dia wanita sehat dan bisa memberimu keturunan." 

   Rania bersujud dibawah kaki Malik, meminta sang suami untuk mau menerima permintaannya. Mali semakin tertekan dengan keadaan yang diluar dugaannya. Rumah tangga mereka yang selama ini bahagia, harus mengalami hal yang begitu menyedihkan.

   Tania dan Paman Burhan ikut meneteskan airmata melihat kesungguhan Rania. Tania baru sadar jika tubuh adiknya begitu kurus. Tangannya mengepal kuat, Tania berjanji dalam hati akan membalas semua perbuatan Bu Fatma. 

   "Beri aku waktu untuk berpikir." Malik menghela napas, dia pergi keluar untuk menenangkan diri sejenak.

  Setengah jam kemudian. MMalik kembali masuk dan menemui Rania yang sedang menunggu keputusannya. Paman Burhan dan Tania juga sudah duduk mendampingi Rania. Malik menatap wajah Rani dan Tania satu persatu. Mereka memang berwajah mirip tapi tetap saja rasanya jauh berbeda.

  Jantung Malik bahagia saat melihat wajah Rania. Namun, dia merasa biasa saja saat melihat wajah Tania. Paman Burhan menepuk bahu Malik yang begitu tegang. 

  "Bagaimana Malik? Apa sudah kamu pikirkan baik-baik? Kamu tahu kan apa syaratnya sebelum pernikahan terjadi? Kamu harus menalak Rania lebih dulu," jelas Paman Burhan.

     "Sudah Paman. Saya menerima permintaan Rania untuk menikah dengan Tania. Tapi dengan catatan, kami akan bercerai setelah Tania berhasil hamil dan Rani sembuh," tawar Malik memberi sarat. Rania dan Tania sama-sama melongo mendengar sarat yang Malik ajukan. 

  "Aku setuju dengan saratnya," jawab Tania tegas. Dia hanya ingin menyelamatkan pernikahan adiknya. 

  "Tapi Kak …." Rania jelas keberatan. Bukan itu yang ada dalam pikirannya. Dia tidak ingin ada yang terluka suatu hari nanti.

  "Kakak yakin kamu pasti sembuh. Kakak akan melakukan apapun untuk membuatmu bahagia." 

  "Baiklah jika kalian sudah sepakat. Tapi kamu tahu kan Malik. Syarat yang harus kamu lakukan sebelum pernikahan itu bisa di laksanakan. Kamu harus memberi talak Rania," jelas Paman Burhna.

   "Rania Binti Larasati binti almarhum Zulvikar hari ini kamu saya talak satu," ucap Malik dengan nada suara berat dan mata berkaca-kaca. Rania menangis dipelukan Tania.

  Setelah berunding cukup lama. Akhirnya mereka sepakat melangsungkan pernikahan sore itu juga. Rania membantu Tania bersiap dengan sedikit memberi riasan. Sementara Paman Burhan menghubungi salah satu anggota keluarga mereka yang berprofesi sebagai penghulu.

  Rania mendandani Tania dengan sangat cantik. Sebisa mungkin menahan airmatanya untuk tidak jatuh. Sedangkan Tania terus menghela napas panjang dan berat. Pengorbanannya tidak seberapa dibanding beban yang Rania pikul.

  "Saya terima nikah dan kawinnya Tania Mahewari binti almarhum Zulvikar dengan mas kawin tersebut tunai." Malik membaca kabul dengan sekali helaan napas. 

  "Bagaimana saksi sah?" tanya Penghulu kepada saksi.

  "Sah," jawab para saksi kompak. 

   Rania melepaskan cincin nikah dari jarinya lalu menyerahkannya pada Malik. Tanpa bicara Malik bisa menebak isi pikiran istrinya itu. Tania menahan tangisnya agar tidak turun. Dia sangat yakin, jika hati Rania pasti sedang menangis pilu. 

  Malik meminta Tania mengulurkan tangan. Tangan Tania gemetar saat menerima cincin pernikahan milik adiknya. Matanya menatap sendu Rania, Rania menganggukkan kepala seraya mengulas senyum padanya.

  "Tania, kamu boleh mencium tangan pria yang sudah sah menjadi suami kamu," pinta pak penghulu. 

  Tania mengangkat tangan Malik dengan ragu-ragu kemudian menciummya. Bola mata Malik terus melihat kearah Rania penuh permohonan. Rania tersenyum pada Malik menandakan bahwa dirinya baik-baik saja. 

  Sungguh pemandangan dramatis bagi Paman Burhan. Dia harus menjadi wali nikah kedua kalinya untuk kedua keponakannya namun dengan lelaki yang sama. Setelah acara pernikahan selesai mereka mengadakan acara syukuran.

  "Kak, mulai hari ini aku titipkan Malik padamu," pinta Rania.

  "Maksudnya?" 

   "Aku akan tinggal bersama paman disini. Kakak harus pulang bersama Malik agar ibu mertuaku tidak curiga. Suasana desa sangat cocok untukku menenangkan diri." 

  "Tapi kamu harus menjalani operasi," potong Malik mengingatkan.

  "Beri aku waktu untuk berpikir Mas. Aku ingin menenangkan hati dan pikiranku dulu," tawar Rania. 

  Ketiganya duduk dengan wajah muram dan sedih. Mereka larut dalam perasaan dan pikiran yang berkecamuk. Sebagai seorang wanita normal, hati Rania tetap saja tergores melihat suaminya menikah lagi walaupun semua atas permintaannya. 

  Malamnya Malik dan Tania sudah bersiap untuk kembali ke kota. Tania terus memeluk erat Rania. Keduanya saling terisak dibalik tubuh yang mereka peluk. Paman Burhan memberi sedikit wejangan pada Malik agar bisa memperlakukan Tania sebagaimana mestinya. Malik merengkuh Rania kedalam pelukannya sebelum pergi.

   "Aku tunggu di mobil," ucap Tania. Paham jika Malik dan Rania butuh waktu berdua sebentar.

  "Jaga diri kamu baik! Telepon Mas setiap hari," ucap Malik pada Rania.

  "Iya Mas, aku tahu," jawab Rania. Suaranya berat dan bergetar.

  Malik melambaikan tangan sebelum masuk kedalam mobil. Rania dan Paman Burhan melambaikan tangan pada Malik. Tubuh Rania merosot kebelakang setelah mobil melaju pergi. 

  "Ya Allah, Rania." Paman Burhan berteriak panik karena tubuh Rania jatuh ke tanah

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status