Share

Bab 4 : Sekarat

Penulis: Diyah Islami
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-15 17:53:08

Fatih terpaku, suara teriakan dan tabrakan antara lempengan besi itu terdengar memilukan di telinganya. Matanya menatap nanar pada panggilan yang tiba-tiba saja terputus di tangannya.

"Al!" panggil Farih lirih, tentu saja tak akan ada jawaban.

Detik itu juga ia berlari secepat yang ia bisa, menyusuri lorong rumah sakit tak peduli beberapa orang terus memperhatikannya dengan bingung.

Hanya satu yang ada di pikiran Fatih saat ini. Ia ingin menemukan Alya, dalam kondisi selamat, apapun yang terjadi.

***

"Mas ...," panggil Ratih dengan tubuh bergetar hebat. Pandangannya nanar menatap mobil Alya yang berguling di hadapannya. Ia menutup telinganya dengan kuat saat mendengar suara jeritan mengerikan dari sana.

"A--aku berhasil!" tukas Irfan yang tadinya menunduk kini menodngak menatap jurang di hadapannya. Laki-laki terkekeh pelan kemudian tertawa dengan keras hingga membuat Ratih menoleh perlahan. Wanita itu ketakutan melihat tingkah Irfan.

"Mas kamu sudah gila?"

"Hahaha, aku sudah menabraknya, kau lihat itu Ratih?"

Ratih menggelng, ia hendak melepas seatbelt namun dengan cepat Irfan menahan tangannya.

"Kau mau ke mana?"

"Alya, kita harus selamatkan dia, dia bisa mati!"

"Kau gila? Itu jurang, bagaimana kau akan menyelamatkannya?"

"T--tapi kita bisa membunuhnya kalau tidak segera menyelamatkannya, Mas."

"Bukankah itu tujuan kita?" 

"Mas!"

"Kamu lihat keuntungannya jika ia tiada, hartanya akan menjadi milikku seutuhnya Ratih! Selama kami menikah aku mencegahnya punya anak, dengan menanamkan iud di rahimnya. Aku menunggu saat ini, bukahkan kau harus begitu?"

"M--mas, tapi ...." 

"Sst .... " Irfan menempelkan telunjuknya di bibir Ratih. "Kau hanya perlu  mengikuti alurnya sayang. Kejadian ini, hanya kamu dan aku yang tahu, jadi kau tidak perlu takut. Kita hanya harus diam, sampai semuanya selesai, kau mengerti?"

Ratih menggigit bibirnya dengan keras, matanya berkaca mencoba mengalihkan pandangan ke arah jurang tempat Alya jatuh. Namun Irfan dengan cepat menahannya.

"Ratih, kau dengar apa yang kukatakan, kan?" Irfan memegang wajah Ratih dengan kedua tangannya erat.

Ratih mengaangguk cepat, satu bulir air matanya jatuh. 

"Bagus! Harus seperti itu! Pasang seatbeltmu kembali! Kita harus cepat pergi dari sini sebelum ada yang melihat."

Irfan berbalik sembari menghembuskan nafasnya kasar. Ia memasang seatbeltnya dan melajukan mobilnya menjauh dari tepi jurang. Mencoba menghilangkan bukti yang untungnya di sana tak ada cctv satupun.

***

Sementara itu ....

Di tempatnya, Alya tengah menguatkan diri. Darah yang mulai mengucur akibat benturan keras, juga pecahan kaca, serta posisinya yang benar-benar terjepit stir membuat Alya sesak luar biasa. Pendengarannya pun seolah menuli akibat benturan badannya ke berbagai sisi mobil yang jatuh ke badan jurang bertubi-tubi.

“Fat. To-tolong a-aku!”

Tak ada suara sahutan dari Fatih, ponsel yang ia gunakan juga sudah entah terlempar kemana. Mungkin saja sudah tidak menyala. 

Kepala Alya pusing bukan main. Posisi mobilnya saat ini terbalik, membuatnya makin tak bisa melihat ada apa di sekitaran jurang yang gelap ini.

Bau bensin mulai memenuhi indera penciuman Alya. Mata Alya yang tadinya mulai memejam pasrah, kini kembali terbuka. Alya meraba-raba pintu mobilnya dan berusaha membuka, tapi sayang, pintunya tetap terkunci.

“Argh!” Alya berteriak saat mencoba mengangkat kedua kakinya yang terjepit kerangka mobilnya yang penyok. 

“Tolong!!”

Alya tahu ini sia-sia, tapi ia tetap melakukannya, sembari terus mengetuk kaca mobil yang sudah tak utuh itu. Samar-samar, ia melihat sebuah pendar kekuningan dan bunyi percikan api.

Alya terlonjak, dirinya panik luar biasa saat sebuah percikan api itu mulai muncul di hadapannya. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya dengan kuat.

“Tidak!” jerit Alya tertahan.

Ia tidak mau mati sia-sia dan hangus terbakar. Ia tidak mau membiarkan suaminya menjalani hidup bahagia bersama sahabat yang telah mengkhianatinya, terlebih jika suaminya menggunakan seluruh asetnya. Sungguh, ia tak akan rela!

Padahal ia telah merencanakan dengan baik apa yang harus ia lakukan selanjutnya setelah memergoki perselingkuhan suaminya. Bukan malah menjadi tragedi untuknya seperti ini.

Alya berusaha mencari jalan keluar. Pintu mobil yang tak bisa terbuka, membuat Alya dengan cepat mengincar kaca mobil yang telah retak itu. Dengan sisa-sisa tenaga, ia pukul-pukul kaca tersebut, tak peduli kalau telapak tangannya kini mulai mengeluarkan darah. 

Usahanya memukul kaca mobil mulai berhasil. Retakan pada kaca itu semakin membesar. Ia hanya perlu mempercepat ritme pukulannya.

‘Sedikit lagi! Sedikit lagi!’ Alya menyemangati dirinya sendiri. Pukulan bertubi-tubi terus ia keluarkan, sampai akhirnya kaca itu pecah sepenuhnya, menghasilkan celah cukup besar untuknya keluar dari sana.

Perlahan, percikan api di mobil kian membesar, membakar kursi penumpang di sampingnya. Alya merasakan hawa panas yang begitu dekat di wajahnya.

Sembari merintih, ia berusaha keluar. Tak ada lagi waktu untuk merasakan sakit di sekujur kakinya yang terjepit. Terpaksa, Alya menarik kuat-kuat kakinya meski berbuah air mata dan teriakan pilu.

“Arrgggh ….”

Beberapa detik kemudian, mobil Alya yang sudah penyok itu meledak, suaranya mampu memekakkan telinga.

Duaar!

***

Irfan menyetir dengan kecepatan penuh, hening menyelimuti keduanya sampai di depan hotel tempat mereka tadi menginap, Irfan menurunkan Ratih.

"Pergilah, masuk ke dalam, ambil semua barang-barang kita lalu pulang ke apartemenmu. Aku akan memesankan taksi untukmu. Pastikan tak ada yang tertinggal dan buang baju yang kau pakai saat ini. Bertingkahlah seoalah kau tidak tahu apa-apa, Ratih."

"Mas ...," panggil Ratih dengan wajah memelas.

"Kau mengerti maksudku, kan? Kita tidak ada waktu. Polisi mungkin akan segera datang ke lokasi kejadian tadi."

Ratih menggigit bibirnya, ia mengalihkan pandangan dengan air mata mengalir. Tak pernah terlintas dalam benaknya ia akan mengalami ketakutan seperti ini.

"Aku mengerti."

"Bagus, aku harus pergi sekarang. Cepatlah masuk ke dalam, setelah itu pergi dari sini. Kau ingat apa yang kukatakan tadi, kan?"

Ratih mengangguk beranjak dari tempatnya. Irfan secepat kilat memutar kemudi, melaju dengan kecepatan penuh menuju rumahnya.

Suara sirene mobil polisi dan ambulan mengaung-ngaung berpapasan dengan mobilnya. Ia melirik sekilas untuk melihat ke arah mana mobil itu melaju.

Kecelakaan besar yang mengakibatkan mobil masuk ke dalam jurang itu pasti sudah dilaporkan wadga yang kebetulan lewat pada polisi.

Untuk itu, ia harus cepat sampai sebelum polisi datang dan menemukannya tak ada di rumah.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Lilis Kaniasari
lanjut smoga Alya selamat
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Aku Masih Hidup, Mas   Bab 64 : Will You Marry Me?

    "A--apa ini Fat?" tukas Alya dengan terbata."Kejutan, untukmu."Alya berbinar, perasaan bahagianya memuncak. Ia menatap Fatih lekat, lantas memeluk laki-laki itu dengan erat."Jadi ini rahasia yang kau katakan padaku?""Hm ....""Karena itu kau ngotot ingin mengajakku kemari dan membujukku yang sedang marah?""Menurutmu?""Kapan kau menyiapkan semua ini?" tanya Alya sembari melerai pelukannya dari Fatih. Tapi lelaki itu menahan pinggangnya membuat keduanya kini mengobrol sembari berpelukan."Sejak pagi, dan karena itu aku tak mau gagal untuk mengajakmu kemari. Jujur saat tadi pagi kau marah padaku, aku sempat bingung harus melakukan apa, Al.""Fat ... ini sangat menakjubkan ...." Alya mengerjap, air matanya perlahan jatuh, Fatih dengan cepat mengusap pipi Alya menggunakan punggung tangannya."Kalau begitu jangan menangis, air matamu membuatku terluka Alya," bisik Fatih lembut tepat di telinga Alya."Ini bukan tangis kesedihan, Fat. Ini tangis bahagia, aku sangat bahagia sampai bisa m

  • Aku Masih Hidup, Mas   Bab 63 : Kejutan

    Meski Alya masih merasa sedikit marah, tapi ia terlanjur penasaran dengan hal rahasia yang Fatih ingin katakan padanya. Untuk itu, ia mulai berhias dan menanti kedatangan lelaki itu untuk menjemputnya malam ini."Halo, Ma," ucap Alya sembari tersenyum pada sang Mama yang melakukan panggilan video dari rumah sakit padanya.Kesibukan Alya untuk kembali membuat perusahaan maju membuatnya terkadang tak sempat untuk datang ke rumah sakit guna menjenguk Papa dan Mamanya. Tapi, setiap hari setelah pulang dari kantor ia pasti selalu menyempatkan diri untuk melakukan panggilan video."Rapi sekali, kamu mau ke mana?" tanya sang Mama dari sebrang telepon."Diajak pergi sama Fatih, Ma. Tapi dia gak bilang mau ke mana.""Dinner, ya?" Alya tak menjawab, ia tersenyum lebar sembari memasang anting-anting di telinga."Mungkin Ma, Fatih gak bilang mau ngapain, dia juga gak bilang mau ke tempat apa. Rahasia katanya.""Mau kasih kejutan buat kamu kayaknya. Dulu Papa kamu juga gitu sama Mama. Main rahasi

  • Aku Masih Hidup, Mas   Bab 62 : Rahasia

    Seperti yang Alya harapkan. Setelah keluar dari rumah sakit ia mendapat kabar baik kalau Irfan telah mendapat tambahan masa tahanan setelah menyerangnya beberapa waktu lalu.Rasanya luka yang Alya dapatkan sebanding dengan ganjaran yang lelaki itu perbuat."Saya sudah melakukan sesuai yang Nona mau. Daftar keuangan perusahaan, kinerja karyawan selama Pak Irfan menjabat dan kondisi saham saat ini. Nona bisa memeriksanya lebih dahulu, kalau ada yang kurang saya akan bawakan kembali."Alya mengalihkan pandangannya dari ponsel yang menayangkan berita terkini. Ia menoleh pada berkas yang ia minta pada Refan lalu menatap lelaki berkacamata itu dengan senyum lebar."Terima kasih Refan, kau selalu bisa aku andalkan. Sekarang kembalilah ke ruang kerjamu, nikmati waktu santaimu sebentar agar kau tidak stress karena terus menerima perintah dariku."Tak masalah Nona itu memang pekerjaan saya.""Menurutlah kalau aku sudah memerintahkanmu untuk istirahat! Kau selalu begitu, rajin sekali. Aku yang t

  • Aku Masih Hidup, Mas   Bab 61 : Hal Menarik

    Fatih terkesiap saat merasakan gerakan dari tangan Alya yang berada dalam genggamannya. Ia mendongak dan sesaat tersenyum saat melihat Alya sudah sadar."Fat," panggil Alya kemudian. Fatuh segera mendekat, mengelus rambut wanita itu."Aku di sini Al, ada apa?""Aku haus."Fatih bernafas lega, setidaknya hal yang dikatakan Alya tak mengkhawatirkannya. Ia segera mengambil air mineral kemasan dan mengarahkannya ke mulut Alya."Sudah?"Alya mengangguk. Fatih meletakkan air mineral itu di atas nakas, lantas beralih menatap Alya sembari menggenggam tangan wanita itu kembali."Bagaimana kondisimu?" tanya Fatih sembari menaikkan kepala ranjang Alya agar ia lebih mudah menatap wanita itu.Alya terkekeh. "Menurutmu?""Ya, tidak akan ada orang yang bilang kalau setelah dirinya mendapatkan satu tembakan ia akan merasa baik-baik saja. Kupikir kau juga sama Al.""Begitulah, seperti yang kau lihat. Rasanya lumayan sakit, tapi Fat, apa kau tahu, entah kenapa aku merasa puas setelah mendapatkan tembak

  • Aku Masih Hidup, Mas   Bab 60 : Alya Tertembak

    Fatih keluar dari ruang operasi sembari melepas masker miliknya. Terdengar dering ponselnya mulai berbunyi, lelaki yang sedang mencuci tangannya itu bergegas mengeringkan tangan dan mengangkat panggilan tersebut. "Halo," ucap Fatih kemudian. " .... " "Ya, benar itu saya. Untuk reservasi jam tujuh malam." Fatih bergegas melangkah pergi sembari tersenyum lebar. " .... " "Ya, tolong dipastikan semuanya lancar dan sudah sedia saat saya datang nanti." " .... " "Baiklah terima kasih banyak." Panggilan itu terputus, Fatih mengantongi ponsel ke dalam saku. Hari ini ia sangat bahagia, semua rasanya berjalan lancar sesuai dengan keinginannya. Operasinya berjalan lancar dan rencananya juga hari ini sepertinya akan berjalan lancar. Rencana untuk melamar Alya secara romantis, tak seperti di cafe kemarin. Meski Alya berulangkali memberitahukan untuk tak melakukannya, namun Fatih memaksa. Ini lamaran untuk wanita pertamanya, dan ia mau hal ini menjadi sesuatu yang berkesan untuk Alya. Setid

  • Aku Masih Hidup, Mas   Bab 59 : Sidang

    Irfan mengerjap dengan susah payah, bahkan untuk menggerakkan bibirnya saja ia tidak sanggup. Penghuni lapas yang bersamanya benar-benar gila, memukulinya tanpa ampun, tanpa alasan yang berarti mengakibatkan tubuhnya sakit-sakitan seperti ini.Ia tidak tahu apakah hal ini dialami oleh seluruh penghuni sel tahanan yang baru atau tidak, tapi melihat ia terus berteriak meminta tolong sementara tak ada satupun sipir, walau sedang berpatroli sekalipun untuk berhenti dan melihat keadaannya, Irfan yakin ini disengaja.Ia juga berkeyakinan ini adalah ulah Alya yang tak cukup menaruhnya dalam sel penjara tapi juga mengirimnya untuk masuk ke dalam neraka.Bahkan sekarang, tiga orang yang menghuni lapas bersamanya itu tampak baik-baik saja dan makan sarapan dengan damai, meninggalkan ia seorang diri dengan perut perih menahan lapar karena jatah makannya diambil oleh si botak yang mencekiknya kemarin.Tubuhnya bahkan tergeletak di lantai yang dingin karena tak diberikan alas tidur yang memadai.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status