Share

Bab 5 : Curiga

Author: Diyah Islami
last update Last Updated: 2022-11-15 17:53:45

Irfan masuk ke dalam rumah yang kini sunyi, segera melepaskan baju dan sepatunya. Naik ke atas kamar dan  berbaring di sana sembari menunggu. Kemungkinan berada di sana untuk beberapa saat sembari menunggu.

Ting ... Tong ....

Bel rumahnya berbunyi, bergema di kamarnya. Irfan membuka mata, menekan tombol audio. 

"Pak Irfan, ada yang ingin bertemu dengan Bapak," ucap seorang satpam.

Irfan menghela nafas, menetralkan debar jantungnya yang menggila. Ia memejam sejenak sebelum menjawab.

"Siapa?"

"Dua orang polisi."

Irfan memejam, ia mengatur nafas  untuk memberikan alasan serta jawaban yang sudah ia latih dalam pikirannya sejak tadi.

"Baiklah, suruh mereka masuk!"

***

"Ada apa gerangan Bapak datang kemari?" tanya Irfan pada  dua polisi di hadapannya.

"Begini, kami ingin mengabarkan sesuatu. Alya Putri Bratawijaya, benarkah alamatnya di sini?"

Irfan memicing, berusaha memasang mimik curiga.

"Ya, betul, ada apa, ya, Pak?"

"Istri Bapak telah mengalami kecelakaan tunggal dan mobilnya masuk ke dalam jurang."

"Benarkah? Istri saya kenapa bisa menyetir mobil dan masuk ke jurang? Astaga! Bagaimana keadaannya sekarang? Apa dia baik-baik saja?" 

Irfan terkejut dengan ekspresi yang ia buat seserius mungkin. Kedua polisi itu saling pandang, merasa aneh dengan tanggapan Irfan yang agak ... janggal.

Seorang suami tak mengetahui ke mana istrinya pergi saat malam hari seperti ini. Namun dua polisi itu hanya menduga-duga, tugas mereka datang hanya untuk memastikan alamat sang korban.

"Mengenai masalah itu, anehnya, jenazah saudari Alya tidak ditemukan di dalam mobil ataupun di sekitar jurang. Namun, untuk pemeriksaan lebih lanjut akan dilakukan esok hari karena ada kemungkinan jasad saudari Alya telah terbakar dan menjadi abu di dalam mobil yang juga terbakar di sana."

Irfan terdiam, berpikir dengan keras. Bagaimana bisa jenazah Alya tak ditemukan sama sekali. Padahal ia mengingat dengan jelas saat menabrakkan mobil itu tadi, ia melihat Alya ikut terguling bersama dengan mobil yang dikendarainya.

"Pak!"

Irfan tersentak, memandang kedua polisi yang menatapnya dengan bingung.

"Ah, saya hanya terlalu sedih," ucap Irfan sembari mengusap sudut matanya yang tak mengeluarkam air mata sebulirpun.  Ia menatap dua polisi tadi dengan wajah sedih.

"Kenyataan ini membuat saya terpukul, apakah saya bisa datang ke lokasi kejadian, Pak?"

"Tentu saja, anda bisa ikut bersama kami."

Irfan mengangguk, ia mengikuti dua polisi yang berjalan di depannya. Itu memutuskan untuk ikut sekedar memastikan sesuatu, jika jenazah Alya memang tidak ada di sana, itu berarti wanita itu masih selamat.

Sial!

***

Irfan tiba dengan air mata yang berusaha ia keluarkan sejak di mobil tadi. Matanya menelusuri mobil polisi di hadapannya sembari menelisik keberadaan Alya yang memang tak ada.

Bahkan tulang belulang atau  jasad yang hangus terbakar pun tidak ada. Sembari mulutnya terus mengaungkan nama Alya berulangkali. Seolah ia begitu meratapi tragedi yang menimpa sang istri.

Orang-orang yang berkerumun dan melihat tampak iba melihatnya. Beberapa warga yang lewat berusaha menghiburnya. Irfan hanya mengangguk-angguk dengan mengusap air matanya sembari mengumpat kesal dalam hati.

Sia-sia sudah semua yang dilakukannya tadi. Kalau Alya masih selamat ia harus mencari keberadaan wanita itu sebelum Alya datang dan membuat pengakuan pada dunia kalau suaminya yang telah membunuhnya.

Irfan tak bisa membiarkan hal itu terjadi.

"Alya!" 

Suara teriakan keras berasal dari sebelahnya. Irfan menoleh seketika saat melihat Brata dan Sriwati, kedua orang tua Alya datang setelah keluar dari mobil dengan menjerit histeris.

Irfan terkejut, ia lupa memberitahu kedua orang itu tadi.

"Irfan, Irfan, bagaimana keadaan putriku? Kenapa ia bisa jatuh ke jurang?" teriak Sri meraung sembari ingin turun melewati garis polisi. Beberapa warga menghalanginya.

"Mama tenanglah!" ucap Irfan mendatangi Sri dan memeluknya. Sementara Brata di belakang Irfan meski tak mengeluarkan air mata juga tampak shock.

Lelaki tua yang rambutnya hampir memutih sebagian itu perlahan memegangi dadanya yang terasa nyeri saat menatap mobil yang sudah terbalik di dalam jurang itu.

"Anakku, Alya!" ucapnya patah-patah dengan nafas terengah-engah. Orang-orang berkerumun padanya yang mendadak jatuh di tanah.

Irfan dan Sri sontak menoleh mendengar kebisingan itu. Sri langsung berlari menuju Brata sembari berteriak histeris.

"Mas!" 

Irfan terpaku di tempat dengan mulut terbuka. Ia berdecak kesal sembari memegangi kepalanya. Keadaan menjadi riweuh karena orang tua Alya.

"Papa!" teriak Irfan mau tidak mau mendekat, membopong ayah mertuanya itu masuk ke dalam mobil diiringi tangisan Sri yang mengiba.

Ia memutar kemudi dengan cepat menuju rumah sakit sembari mengumpat kesal lagi-lagi dalam hati.

"Brengs*k! Dasar tua bangka merepotkan!"

***

Begitu sampai di rumah sakit, Brata langsung di bawa menuju ruang IGD oleh para perawat dan dokter sementara Irfan dan Sri mengikuti dengan berlari kecil di belakang.

Irfan berusaha mensejajarkan langkah, dalam lorong menuju ruang IGD ia tak sengaja berpapasan dengan Fatih yang baru saja keluar dari ruangan lain.

Pandangan mereka bertemu sesaat. Irfan tidak mungkin tak mengenal Fatih, sahabat Alya itu terkadang beberapa kali bertemu dengannya. Fatih sahabat dekat Alya, beberapa kali istrinya itu meminta izin untuk pergi keluar bersama Fatih. Bahkan laki-laki itu juga selalu menghadiri acara keluarga Brata.

Sekejap sesaat setelah mata mereka bertemu, Fatih dengan cepat memutus tatapan itu sembari memperbaiki penutup wajah pada pasien yang ranjangnya sedang ia dorong.

Tangan pasien itu menjulur keluar dengan luka bakar parah di tubuhnya yang sebagian sudah diperban. Hal itu membuat langkah Irfan terhenti seketika.

Luka bakar dan tangan itu ....

Langkah Irfan yang terhenti sontak segera mengikuti langkah Fatih yang sedang mendorong ranjang. Ia sungguh penasaran dengan pasien yang sedang dibawa Fatih saat ini.

Namun, baru saja ia hendak berbelok, tangannya ditahan oleh seseorang. Irfan menoleh, Sri ada di sampingnya dengan wajah sedih.

"Kamu mau ke mana, Fan? Ruangan Papa ada di sebelah sana!" tunjuk Sri pada arah yang berlawanan.

"Ah, bukan, Ma, Irfan hanya ingin melihat sesuatu."

"Apa? Bukankah yang penting sekarang adalah kesehatan Papa? Ayo kita lihat dia!"

Tangan Irfan ditarik, sementara ia terus menoleh melihat Fatih yang masuk ke dalam salah satu ruangan. Rasa penasarannya semakin memuncak.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Aku Masih Hidup, Mas   Bab 64 : Will You Marry Me?

    "A--apa ini Fat?" tukas Alya dengan terbata."Kejutan, untukmu."Alya berbinar, perasaan bahagianya memuncak. Ia menatap Fatih lekat, lantas memeluk laki-laki itu dengan erat."Jadi ini rahasia yang kau katakan padaku?""Hm ....""Karena itu kau ngotot ingin mengajakku kemari dan membujukku yang sedang marah?""Menurutmu?""Kapan kau menyiapkan semua ini?" tanya Alya sembari melerai pelukannya dari Fatih. Tapi lelaki itu menahan pinggangnya membuat keduanya kini mengobrol sembari berpelukan."Sejak pagi, dan karena itu aku tak mau gagal untuk mengajakmu kemari. Jujur saat tadi pagi kau marah padaku, aku sempat bingung harus melakukan apa, Al.""Fat ... ini sangat menakjubkan ...." Alya mengerjap, air matanya perlahan jatuh, Fatih dengan cepat mengusap pipi Alya menggunakan punggung tangannya."Kalau begitu jangan menangis, air matamu membuatku terluka Alya," bisik Fatih lembut tepat di telinga Alya."Ini bukan tangis kesedihan, Fat. Ini tangis bahagia, aku sangat bahagia sampai bisa m

  • Aku Masih Hidup, Mas   Bab 63 : Kejutan

    Meski Alya masih merasa sedikit marah, tapi ia terlanjur penasaran dengan hal rahasia yang Fatih ingin katakan padanya. Untuk itu, ia mulai berhias dan menanti kedatangan lelaki itu untuk menjemputnya malam ini."Halo, Ma," ucap Alya sembari tersenyum pada sang Mama yang melakukan panggilan video dari rumah sakit padanya.Kesibukan Alya untuk kembali membuat perusahaan maju membuatnya terkadang tak sempat untuk datang ke rumah sakit guna menjenguk Papa dan Mamanya. Tapi, setiap hari setelah pulang dari kantor ia pasti selalu menyempatkan diri untuk melakukan panggilan video."Rapi sekali, kamu mau ke mana?" tanya sang Mama dari sebrang telepon."Diajak pergi sama Fatih, Ma. Tapi dia gak bilang mau ke mana.""Dinner, ya?" Alya tak menjawab, ia tersenyum lebar sembari memasang anting-anting di telinga."Mungkin Ma, Fatih gak bilang mau ngapain, dia juga gak bilang mau ke tempat apa. Rahasia katanya.""Mau kasih kejutan buat kamu kayaknya. Dulu Papa kamu juga gitu sama Mama. Main rahasi

  • Aku Masih Hidup, Mas   Bab 62 : Rahasia

    Seperti yang Alya harapkan. Setelah keluar dari rumah sakit ia mendapat kabar baik kalau Irfan telah mendapat tambahan masa tahanan setelah menyerangnya beberapa waktu lalu.Rasanya luka yang Alya dapatkan sebanding dengan ganjaran yang lelaki itu perbuat."Saya sudah melakukan sesuai yang Nona mau. Daftar keuangan perusahaan, kinerja karyawan selama Pak Irfan menjabat dan kondisi saham saat ini. Nona bisa memeriksanya lebih dahulu, kalau ada yang kurang saya akan bawakan kembali."Alya mengalihkan pandangannya dari ponsel yang menayangkan berita terkini. Ia menoleh pada berkas yang ia minta pada Refan lalu menatap lelaki berkacamata itu dengan senyum lebar."Terima kasih Refan, kau selalu bisa aku andalkan. Sekarang kembalilah ke ruang kerjamu, nikmati waktu santaimu sebentar agar kau tidak stress karena terus menerima perintah dariku."Tak masalah Nona itu memang pekerjaan saya.""Menurutlah kalau aku sudah memerintahkanmu untuk istirahat! Kau selalu begitu, rajin sekali. Aku yang t

  • Aku Masih Hidup, Mas   Bab 61 : Hal Menarik

    Fatih terkesiap saat merasakan gerakan dari tangan Alya yang berada dalam genggamannya. Ia mendongak dan sesaat tersenyum saat melihat Alya sudah sadar."Fat," panggil Alya kemudian. Fatuh segera mendekat, mengelus rambut wanita itu."Aku di sini Al, ada apa?""Aku haus."Fatih bernafas lega, setidaknya hal yang dikatakan Alya tak mengkhawatirkannya. Ia segera mengambil air mineral kemasan dan mengarahkannya ke mulut Alya."Sudah?"Alya mengangguk. Fatih meletakkan air mineral itu di atas nakas, lantas beralih menatap Alya sembari menggenggam tangan wanita itu kembali."Bagaimana kondisimu?" tanya Fatih sembari menaikkan kepala ranjang Alya agar ia lebih mudah menatap wanita itu.Alya terkekeh. "Menurutmu?""Ya, tidak akan ada orang yang bilang kalau setelah dirinya mendapatkan satu tembakan ia akan merasa baik-baik saja. Kupikir kau juga sama Al.""Begitulah, seperti yang kau lihat. Rasanya lumayan sakit, tapi Fat, apa kau tahu, entah kenapa aku merasa puas setelah mendapatkan tembak

  • Aku Masih Hidup, Mas   Bab 60 : Alya Tertembak

    Fatih keluar dari ruang operasi sembari melepas masker miliknya. Terdengar dering ponselnya mulai berbunyi, lelaki yang sedang mencuci tangannya itu bergegas mengeringkan tangan dan mengangkat panggilan tersebut. "Halo," ucap Fatih kemudian. " .... " "Ya, benar itu saya. Untuk reservasi jam tujuh malam." Fatih bergegas melangkah pergi sembari tersenyum lebar. " .... " "Ya, tolong dipastikan semuanya lancar dan sudah sedia saat saya datang nanti." " .... " "Baiklah terima kasih banyak." Panggilan itu terputus, Fatih mengantongi ponsel ke dalam saku. Hari ini ia sangat bahagia, semua rasanya berjalan lancar sesuai dengan keinginannya. Operasinya berjalan lancar dan rencananya juga hari ini sepertinya akan berjalan lancar. Rencana untuk melamar Alya secara romantis, tak seperti di cafe kemarin. Meski Alya berulangkali memberitahukan untuk tak melakukannya, namun Fatih memaksa. Ini lamaran untuk wanita pertamanya, dan ia mau hal ini menjadi sesuatu yang berkesan untuk Alya. Setid

  • Aku Masih Hidup, Mas   Bab 59 : Sidang

    Irfan mengerjap dengan susah payah, bahkan untuk menggerakkan bibirnya saja ia tidak sanggup. Penghuni lapas yang bersamanya benar-benar gila, memukulinya tanpa ampun, tanpa alasan yang berarti mengakibatkan tubuhnya sakit-sakitan seperti ini.Ia tidak tahu apakah hal ini dialami oleh seluruh penghuni sel tahanan yang baru atau tidak, tapi melihat ia terus berteriak meminta tolong sementara tak ada satupun sipir, walau sedang berpatroli sekalipun untuk berhenti dan melihat keadaannya, Irfan yakin ini disengaja.Ia juga berkeyakinan ini adalah ulah Alya yang tak cukup menaruhnya dalam sel penjara tapi juga mengirimnya untuk masuk ke dalam neraka.Bahkan sekarang, tiga orang yang menghuni lapas bersamanya itu tampak baik-baik saja dan makan sarapan dengan damai, meninggalkan ia seorang diri dengan perut perih menahan lapar karena jatah makannya diambil oleh si botak yang mencekiknya kemarin.Tubuhnya bahkan tergeletak di lantai yang dingin karena tak diberikan alas tidur yang memadai.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status