Share

Bab 8 : Rencana Fatih

Refan tertunduk dalam setelah keluar dari ruangan Irfan. Tangannya gemetar hebat dengan amarah memuncak saat perkataan Irfan terngiang di kepalanya.

"Dia pikir aku gila jabatan?" tukas Refan dalam hati seraya mengepalkan tangannya. "Bahkan aku rela keluar dari perusahaan ini jika harus berada di sebelah orang berhati busuk seperti dirinya!"

Refan berjalan dengan langkah menghentak. Luapan amarah membuatnya berperilaku demikian. Beberapa karyawan yang hendak menyapa memilih menyingkir karena melihat wajah masamnya.

Sesampainya ia ke dalam lift, Refan mengeluarkan ponsel, menampilkan walpapernya sedang berfoto bersama keluarga Brata dan Alya ada di sampingnya.

Keluarga Brata berjasa dalam hidupnya. Kalau bukan karena Brata Wijaya yang penuh kasih sayang itu mengangkatnya menjadi anak, ia tak akan mungkin bisa hidup sampai sekarang.

Menjalani hidup sekarang di panti tanpa orang tua dan siksaan setiap hari, membuat ia menyerah bahkan hampir mati. Ia juga harus bekerja tanpa bisa seko
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status