Pagi-pagi sekali Purnomo sudah bangun tidur dan langsung mendatangi Mayang yang juga baru terjaga dari tidur.Dilihatnya bayi Calvin masih tertidur di atas ranjang yang sama yang biasanya ia tempati bersama istri pertamanya itu.Purnomo pun mengulas senyum masam. Bayi ini, sejak pertemuannya dengan Mila, selalu menjadi masalah. Dari keberatan istri mudanya itu saat pertama kali dipinang olehnya sebab tak mau berbagi posisi jika ia sendiri juga punya anak kandung bersama Purnomo nanti, sampai saat ini saat istri mudanya itu merasa terganggu oleh tingkah laku rewel bayi itu sementara Mayang justru lebih memilih tetap mempertahankan bayi lelaki itu ketimbang mengembalikannya ke orang tua kandungnya sendiri atau pun menyerahkannya ke panti asuhan.Dan itu membuat hati Purnomo benar-benar gundah. Benar-benar bayi ini membuat masalah, pikirnya."Ada apa, Mas?" tanya Mayang
Usai berucap demikian, Mayang membalikkan badannya lalu mendekati tempat tidur dan menggendong Calvin yang terbangun karena teriakannya.Wanita itu segera mengganti baju putra angkatnya lalu memasukkan pakaiannya sendiri ke dalam tas. Setelah itu segera bersiap pergi.Sementara Purnomo hanya menatap Mayang dengan bibir tersungging senyum tipis. Seolah kehilangan istri yang sudah mendampingi hidupnya sekian lama itu tak terlalu menjadi masalah baginya."Permisi! Aku pergi!" ucap Mayang dengan nada ketus pada lelaki yang masih berstatus sebagai suaminya itu.Diambilnya kunci mobil dan tas pakaiannya lalu berjalan cepat ke luar kamar.Purnomo hanya mengedikkan bahu lalu mengikuti langkah Mayang ke luar kamar."Nyonya, Nyonya sama Den Calvin mau ke mana? Kok bawa tas segala?"Di
Setelah perjalanan selama kurang lebih satu jam lamanya, Mayang menghentikan mobilnya di depan sebuah rumah besar bertingkat dua di kawasan perumahan yang cukup jauh dari permukiman penduduk.Mayang memang sengaja menuju rumah ini. Selain rumah ini merupakan peninggalan dari kedua orang tuanya yang sudah meninggal dunia, suasana yang asri dan adem memang membuat wanita itu merasa lebih kerasan tinggal di sini ketimbang tinggal di kompleks perumahan yang padat penduduk dan sumpek.Di sini ia tentu bisa menenangkan diri dengan lebih baik ketimbang di lokasi perumahan yang ramai.Usai memarkir kendaraannya, Mayang pun turun sambil menggeret tas pakaiannya sementara Bi Intan mengikutinya dari belakang sambil menggendong Calvin dan menjinjing tas di tangannya.Saat sedang berjalan, Bi Intan membuka mulutnya."Ini rumah siapa ya, Nya? Kita baka
"Sayang, kamu kenapa?" Purnomo cemas bukan main saat sosok istri mudanya mendadak lunglai dan hampir tumbang jika tak buru-buru ia pegangi. Sementara dalam dekapannya, Mila terus menghela nafas berulang-ulang, berusaha meredakan gejolak batinnya yang menjerit meronta-ronta. Ya, benarkah Calvin adalah putra kandung yang pernah dijual Heru pada sepasang suami istri yang butuh keturunan? Dan pasangan suami istri itu ternyata adalah Mayang dan Purnomo, laki-laki yang saat ini telah resmi menjadi suaminya? Ya, Tuhan. Mengapa dunia bisa jadi sesempit ini? Keluh Mila. Selama ini ia sering bertanya-tanya ke mana perginya putra yang pernah ia lahirkan dulu. Namun, tanpa ia duga-duga ternyata bayi itu sudah ada di depan matanya tetapi tak disadari karena kebodohan, keegoisan dan ketidakpekaan dirinya s
"Jadi istri saya hamil dan sekarang keguguran? Benar begitu ya, dokter?" tanya Purnomo lemah. "Benar, Pak. Dan kita harus melakukan pembersihan rahim secepatnya supaya istri anda cepat pulih kembali. Gimana, Pak?" "Baiklah, dokter! Lakukan yang terbaik untuk istri saya. Masalah biaya tidak usah dipermasalahkan dok, berapa pun biayanya, akan saya sanggupi." "Baik, Pak. Kalau begitu, saya siapkan operasinya segera." "Terima kasih, dok. Tolong istri saya ya. Sudah bertahun-tahun saya mendambakan keturunan tetapi ternyata kenyataannya seperti ini. Hanya satu harapan saya, istri saya segera pulih kembali, dan bisa hamil lagi, dok!" sahut Purnomo. Dokter mengangguk lalu mengaminkan doa dan harapan Purnomo. ***** Purnomo menatap lemah saat sosok Mila didorong menuju ruang operasi. Hatinya remuk redam tak karuan. Harapannya kandas. Namun, tak ada yang bisa ia lakukan selain pasrah karena semua sudah terlambat. Mila sudah
"Jadi, Nyonya beneran hamil? Alhamdulillah. Saya ikut seneng dan bahagia mendengarnya, Nya. Akhirnya Nyonya akan punya keturunan juga. Ya, Allah. Seneng mendengarnya, Nya. Kesabaran Nyonya akhirnya dibalas Allah dengan kebaikan seperti ini," pekik Bi Intan dengan ekspresi bahagia yang sangat saat Mayang pulang kembali ke rumah dan mengabarkan soal kehamilannya pada asisten rumah tangga setianya itu.Mayang tersenyum bahagia lalu memeluk sang bibi dengan haru biru."Makasih ya, Bi. Untung aja tadi Bibi udah ingetin saya buat cepet-cepet periksa ke dokter kandungan. Kalau nggak, mungkin sampai sekarang saya belum tahu kalau sedang hamil dan nggak jaga kesehatan. Makasih ya, Bi. Sudah ingatin saya," sahut Mayang terharu."Sama-sama, Nya. Walaupun sekarang hidup sendiri, saya pernah ngerasain hamil dan melahirkan. Dan tanda-tandanya seperti yang Nyonya alami beberapa hari ini sehingga saya yakin, Nyonya juga kemungkinan sedang mengandung. Oh ya, sudah berapa b
Purnomo menatap layar ponsel dalam genggamannya lalu mengernyitkan keningnya. Arga? Ah, ia baru ingat hari ini ada janji bertemu dengan rekan bisnisnya itu untuk membahas suatu pekerjaan yang sedang mereka kerjakan sama-sama. Mungkin lelaki itu menghubunginya perihal itu.Cepat digesernya tombol terima panggilan pada layar ponselnya lalu menyahut.[Ya, Pak Arga, gimana? Jadi kita ketemu makan siang ini?] tanya Purnomo.[Jadi, Pak. Bapak di mana sekarang? Saya otewe ke Resto Cempaka sekarang kalau Bapak sudah ready?][Hmm, gimana ya, Pak, sepertinya saya nggak bisa sekarang. Soalnya istri saya pagi tadi masuk rumah sakit dan langsung operasi, Pak. Sekarang sudah di kamar perawatan, tapi nggak ada yang nungguin karena lagi gak punya ART, Pak.] sahut Purnomo lagi.[Oh, kalau gitu lain kali saja ya, Pak. Tunggu Bapak ada waktu dulu baru kita ketemu lagi?][Hmm, kalau Bapak mampir sebentar ke rumah sakit ini nggak bisa ya, Pak? Saya butuh berkas
Hari ini Mila sudah boleh pulang ke rumah. Begitu sampai di rumah, Purnomo langsung menyuruhnya istirahat supaya lekas sembuh kembali seperti sedia kala.Di atas pembaringan, Mila membuka mulutnya."Mas, kita cari asisten rumah tangga baru ya, soalnya Bi Intan kan sudah ikut Mayang. Nggak mungkin kita nggak punya ART kan?" ujarnya saat Purnomo membantunya membaringkan tubuh di atas atas ranjang.Purnomo mengangguk."Ya, nanti mas carikan ART untuk bantu kamu di rumah," sahut laki-laki itu. Namun, Mila menggelengkan kepalanya. Ia berencana mencari asisten rumah tangga sendiri yang bisa diatur untuk menjalankan rencananya, melumpuhkan Purnomo diam-diam. Itu sebabnya ia ingin mencari ART sendiri."Nggak usah, Mas. Biar aku aja yang nyari. Kebetulan aku punya kenalan orang yang biasa kerja rumah tangga," tolak Mila."Tapi kamu masih sakit, gimana caranya mau jemput dia ke sini? Biar mas aja yang nyari.""Tapi, Mas ... aku sudah meng